Rhama Purna Jati/Dhanang David Aritonang/ Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
Kemeriahan Asian Games 2018 tak hanya memamerkan ketangguhan para atlet. Warna-warni kreativitas manusia Indonesia menjaga warisan nenek moyang dan berkreasi mengikuti zaman turut diperlihatkan dengan bangga.
Datanglah ke sentra industri Kelurahan 30 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, untuk melihat warna-warni itu. Di sana, banyak butik songket, kain tenun khas Palembang, menawarkan karya. Salah satu yang bisa jadi pilihan adalah milik Vicky Ansory. Songket miliknya kerap jadi duta Indonesia di mancanegara.
Songket adalah tenun warisan nenek moyang di Sumsel, Sumatera Barat, hingga Riau. Songket palembang dikenal punya motif lebih kompleks.
Tak sembarang orang bisa membuatnya. Butuh keterampilan tinggi menjalin benang emas jadi sepotong kain. Tak jarang, butuh waktu 1-3 bulan untuk menghasilkan karya terbaik. Proses panjang itu membuat songket dihargai sepadan. Vicky mematok Rp 1,5 juta-Rp 5 juta per potong.
Akan tetapi, Vicky mengakui, penjualan songket kini tak secerah warnanya. Setidaknya tiga tahun terakhir, ia sulit menjual lebih dari 20 potong songket per bulan. Persoalan harga jadi kendala. ”Semoga Asian Games ikut memberikan masa depan cerah songket,” kata Vicky.
Zainal Arifin, pemilik Gerai Zainal Songket, punya cara mempromosikan songket selama Asian Games. Dia memperlihatkan proses pembuatan songket agar calon konsumen tahu kompleksnya pembuatan songket di gerai miliknya di kawasan Ilir Barat, Palembang.
”Selain menarik konsumen, kami juga ingin memperkenalkan sejarah budaya Sumsel,” kata Zainal yang sudah menyiapkan 8.000 potong songket seharga Rp 250.000-Rp 7,5 juta per potong tergantung bahan dan motif.
Jika kantong belum cukup membeli songket, kaus berbahan serat bambu milik Yoki Firmansyah bisa jadi pilihan. Dia menyiapkan 100 kaus edisi terbatas bertema Asian Games. Harganya unik, Rp 180.185 per potong.
”Ajang olahraga seperti ini kami manfaatkan untuk promosi produk. SEA Games 2011 lalu, saya jual 50 kaus,” kata pemilik empat gerai di Kota Palembang itu.
Ondel-ondel Betawi
Di Jakarta, kemeriahan Asian Games juga dirayakan Ekawati Prayitno (52) bersama kelompok usaha Anggrek 05, Kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ratusan boneka mirip barbie berbalut pakaian khas sejumlah provinsi di Indonesia jadi andalannya. Boneka dijual Rp 20.000 per buah.
”Kami membeli kain batik, ulos, kebaya Bali, dan kain tradisional daerah lain untuk dijahit jadi pakaian boneka,” katanya.
Boneka ondel-ondel khas Betawi juga tak absen. Sepasang ondel-ondel di dalam wadah kaca dijual Rp 200.000 per buah. Ada juga boneka ondel-ondel dari limbah botol plastik yang dijual Rp 40.000 per pasang. Semuanya, kata Ekawati, bisa ditemui dalam Pameran Lenggang Jakarta di Monas selama Asian Games berlangsung.
Syamsi Dhuha (50) dari komunitas Paraplegia Jakarta juga membuka stan di Monas. Komunitas disabilitas ini punya jagoan kerajinan tas tote bergambar ragam kehidupan Jakarta. Karya anak-anak disabilitas rungu itu dijual seharga Rp 120.000.
”Ada juga motif kain batik, kekayaan wastra Nusantara. Keunikan itu diharapkan bisa menarik minat wisatawan,” kata Syamsi.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, dan Perdagangan DKI Jakarta Irwandi mengatakan, pihaknya sudah menyeleksi produk yang dipamerkan. Ada 120 perajin yang bakal memperlihatkan karyanya. ”Selain di Monas, ada perajin lain yang akan mempromosikan karya di Kota Tua, Grand Mall Cakung, Lorong 103 Jakarta Utara, dan Blok M Square,” ujarnya.
Asian Games diharapkan memberikan kebahagiaan bagi beragam kalangan. Tak hanya memperlihatkan prestasi atlet Indonesia, tetapi juga kreativitas para perajinnya.