Upaya Merawat Relasi yang Telah Terjalin Ribuan Tahun
Oleh
Iwan Santosa dari Chengdu, China
·3 menit baca
Hubungan antara rakyat China dan Asia Tenggara berjalan mulus ribuan tahun. Berbagai dimensi positif muncul dalam relasi ini.
Pada Pertemuan Internasional Pemimpin Organisasi Hubungan Antarrakyat (People to People) ASEAN-China ke-2 di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, awal Agustus 2018, berbagai aspek positif hubungan kedua wilayah disampaikan pemimpin delegasi. Peserta pertemuan adalah 10 anggota ASEAN dan China.
Mantan Wakil PM Thailand Korn Dabbaransi, yang juga Presiden Asosiasi Persahabatan Thailand-China, memuji hubungan baik dua negara. ”Hubungan kakak-adik China dan Thailand serta hubungan ASEAN-China adalah contoh baik bagi relasi damai di dunia,” katanya.
Menurut dia, dalam upaya penyelamatan 13 orang yang terperangkap di goa di Thailand, China aktif membantu Thailand bersama relawan negara lain.
Hubungan kakak-adik China dan Thailand serta hubungan ASEAN-China adalah contoh baik bagi relasi damai di dunia.
Wakil dari Vietnam, negara yang pernah hidup lama di bawah pengaruh politik dan budaya China, menyampaikan komitmen menjaga hubungan baik kedua pihak. Mantan Menlu dan Duta Besar Vietnam untuk China, Nguyen Van Tho, mengatakan, Asosiasi Persahabatan Vietnam-China terus berkembang, tersebar di di seluruh Vietnam. Khusus di Hanoi, ada sekitar 5.000 orang yang menjadi anggotanya.
”Vietnam memberi bantuan ketika Chengdu dan Sichuan pada tahun 2008 luluh lantak akibat gempa bumi,” kata Van Tho.
Guru Besar Universitas Kyushu, Aishawa Nobuhiro, dalam percakapan di Fukuoka, Jepang, menceritakan, banyak pria Jepang, Korea, Taiwan, dan China menikah dengan perempuan dari negara Asia Tenggara, seperti Vietnam, Kamboja, serta Thailand.
Bagi keluarga kelas menengah atas di China, kehadiran guru bahasa Inggris atau pengasuh anak asal Filipina menjadi simbol status karena menunjukkan kemampuan mereka. Banjir wisatawan China di Asia Tenggara juga diharapkan mendekatkan hubungan ASEAN-China.
Konferensi Asia-Afrika
Ketua Delegasi Indonesia Adi Harsono, yang mewakili Ketua Lembaga Indonesia China Sudrajat, mengingatkan, hubungan baik Indonesia dan China sudah berlangsung ribuan tahun. ”Dalam tradisi Islam di Indonesia, diajarkan untuk mencari ilmu sampai ke negeri China. Hal itu tertanam karena ada hal-hal positif yang bisa dipelajari kedua pihak,” katanya.
Adi juga mengingatkan, pada 1955, Indonesia, China, India, dan Mesir menggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) yang mendorong gerakan kemerdekaan di dua benua itu.
Menurut dia, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung adalah bagian dari konektivitas yang dikembangkan China dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) guna menghubungkan negara itu dengan Asia, Eropa, dan Afrika. Konektivitas ini adalah versi modern jejaring perdagangan yang telah berusia ribuan tahun.
Adi menambahkan, keberadaan ribuan mahasiswa Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya di China serta sebaliknya memberi warna dalam hubungan antarrakyat kedua wilayah.
Ketua Delegasi Filipina Doktor Gabriel Lopez mengatakan, membangun harmoni China-ASEAN sangat penting karena dua wilayah terhubung langsung sejak ribuan tahun.
Ahli hubungan internasional Ruan Zongze, yang juga Wakil Presiden Institut Hubungan Internasional China, mengatakan, banyak yang tak menyadari China adalah satu-satunya anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang tak pernah mengusulkan operasi militer terhadap suatu negara. ”Dalam relasi dengan ASEAN, dikedepankan realitas hubungan ribuan tahun yang harmonis dalam perbedaan budaya dan berdasar prinsip kesetaraan serta keterbukaan. Pertumbuhan ekonomi, konektivitas, dan hubungan antarrakyat adalah inti kerja sama ASEAN dengan China,” katanya.
Pertemuan di Chengdu itu juga dibarengi kedatangan ribuan mahasiswa dan mahasiswi dari negara ASEAN, termasuk delegasi Indonesia yang diwakili Universitas Tarumanegara. Mereka mempelajari berbagai industri yang berkembang di Sichuan, mesin ekonomi di China barat dan kawasan utara Asia Tenggara.
Pada 2019, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Para Pemimpin Hubungan Antarrakyat ASEAN dan China yang direncanakan digelar di Bandung, Jawa Barat. Kota Bandung dipilih, menurut Adi Darsono, karena menjadi tuan rumah KAA.