Menjelajah Natuna
Keberadaan dan posisi Natuna sebagai salah satu kepulauan terluar Indonesia sangat strategis secara geopolitik. Selain menghadap ke salah satu jalur laut terpenting dunia, Laut China Selatan, Kepulauan Natuna juga dikelilingi banyak negara seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan China.
Wilayah administratif kabupaten dengan 272 pulau besar dan kecil berluas total daratan 3.235 kilometer persegi itu punya banyak kelebihan. Berjuluk ”Mutiara di Ujung Utara”, Kabupaten Natuna menyimpan banyak potensi keindahan alam sebagai modal destinasi wisata.
Di sini ada pantai-pantai indah berair jernih dan berpasir putih, batu-batu granit berbentuk unik berukuran besar, serta pulau-pulau kecil eksotis yang menawarkan beragam sensasi serta pengalaman serba unik kepada para pengunjungnya.
Selain itu, di kedalaman lautnya juga terdapat banyak obyek wisata selam (diving) atau snorkeling yang tak kalah menarik, siap dikunjungi. Terumbu karang cantik, beragam jenis ikan dan biota laut lain, serta yang tak kalah istimewa, sejumlah tinggalan kapal karam (shipwreck) bersejarah akan memperkaya pengalaman menyelami perairan itu.
”Kepulauan Natuna pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya ibarat Singapura sekarang. Dia jadi wilayah transit dan bagian jalur perdagangan rempah serta sutra dunia, terutama dari China. Tak heran ada banyak bangkai kapal karam di sekitar perairannya,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna Erson Gempa Afriandi.
Para jurnalis dan bloger diundang secara khusus oleh Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, pada 1-4 Agustus 2018, untuk mengikuti program Familiarization Trip 2018. Pada kesempatan itu, beberapa obyek wisata diperkenalkan. Di antaranya, bangkai kapal bersejarah, KM Djedajat, atau juga dikenal dengan sebutan Kapal Soekarno, di dekat Pulau Tiga.
Kapal itu dulu digunakan Soekarno untuk melayari perairan dan kepulauan di Indonesia timur untuk menunjukkan kepada dunia wilayah teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu, juga ada bangkai pesawat milik Air India, Kashmir Princess, yang jatuh pada 11 April 1955, saat mengangkut delegasi resmi yang akan hadir di Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung, Jawa Barat. Bangkai ”Kapal Soekarno” bisa dengan mudah diselami. Dari atas permukaan laut yang airnya bening pun, keberadaannya bisa terlihat lantaran hanya berada di kedalaman sekitar 5 meter. Beberapa titik lokasi bangkai kapal bersejarah lain juga bisa diselami tanpa perlu menggunakan peralatan selam khusus.
Belum digarap serius
Ferdiziano, pemilik dan pengelola lokasi wisata sekaligus resor Alif Stone Park di Natuna, menilai aktivitas menyelam dan mengunjungi lokasi kapal karam bisa menjadi salah satu bentuk kegiatan wisata andalan jika digarap dan dipromosikan secara serius.
Kendala krusial bagi para pelancong adalah mahalnya tiket penerbangan dari dan menuju Natuna. Tambah lagi frekuensi penerbangan dan maskapai yang melayani penumpang ke sana juga belum terlalu banyak. Akibatnya, banyak calon wisatawan berpikir ulang setelah melihat mahalnya harga tiket yang harus mereka bayar.
”Ibaratnya kami sudah siapkan paket-paket kunjungan wisata dan itinerary kegiatan menarik. Namun, ketika mereka lihat harga tiket pulang pergi langsung mikir,kok jauh lebih murah tiket pesawat PP ke Thailand atau Malaysia, ya,” ujarnya.
Saat ini hanya ada dua maskapai penerbangan besar nasional yang melayani trayek Natuna. Itu pun melalui transit di Batam. Harga tiketnya pun terbilang mahal, di atas satu juta rupiah untuk sekali jalan.
Padahal, Ferdiziano meyakini, obyek-obyek wisata alam dan pengalaman yang ditawarkan Natuna tak kalah unik dan menarik. Itu pula yang disuguhkan di resor yang dikelolanya, Alif Stone Park.
Resor ini memadukan homestay dan taman bermain alam dengan pemandangan batu-batu granit raksasa dan pantai dengan pasir putih dan airnya yang jernih. Pada beberapa sudut juga tersedia lokasi-lokasi berfoto yang ”ramah” media sosial alias instagrammable.
Selain itu, juga tersedia pojok kafe unik berbentuk rumah panggung kayu asli dari pemilik sebelumnya. Cocok untuk bersantai sambil menunggu matahari tenggelam dan memandangi ikan-ikan kecil atau kadang penyu yang berenang di air dangkal di bawah lantai kayu kafe.
Di kafe tersebut juga ditempatkan kerangka ikan paus jenis Sperm Whale sepanjang sekitar 5 meter, yang mati terdampar di Pantai Sujung tak jauh dari situ sekitar 16 tahun lalu.
Jika bosan dan berani sedikit berbasah-basah, para tamu juga bisa langsung menceburkan diri ke pantai dangkal berair jernih di sekitar resor atau berfoto-foto dan berjalan meniti jembatan kayu, yang menghubungkan bebatuan granit berukuran raksasa, yang memang bertebaran di pantai tersebut.
Jika masih kurang, ada juga ayunan kayu kecil atau net untuk bermain bola voli terpasang di area itu. Bisa juga bermain kano yang juga telah disediakan.
Wisata pulau
Sejumlah pulau di kawasan Kepulauan Natuna pun tak kalah menarik menjadi destinasi wisata andalan. Salah satunya Pulau Senua, yang bisa didatangi dengan menggunakan perahu motor selama sekitar 45 menit, arah timur dari Pelabuhan Rakyat Desa Sepempang di pulau utama, Pulau Bunguran. Pulau seluas 71 hektar itu sendiri adalah salah satu dari tujuh pulau terluar di Kabupaten Natuna.
Beberapa aktivitas menarik bisa dilakukan di sana, mulai dari berjalan menjelajahi pulau (island tracking), menyelam dan snorkeling, atau mengamati hewan-hewan laut seperti burung camar dan penyu di pulau ini.
Pengunjung dapat dengan mudah menemukan jejak-jejak bekas kehadiran penyu di atas pasir pantai pulau itu. Biasanya penyu mendarat dan menggali pasir pantai untuk bertelur pada malam hari. Pulau Senua memang menjadi kawasan konservasi penyu langka.
Pulau ini juga menjadi tujuan sejumlah wisatawan asing, yang datang dengan menggunakan kapal pesiar kecil jenis yacht. Kebanyakan asal Australia. Salah satu yang terkenal pernah singgah adalah kapal pesiar MV National Geographic Orion.
Namun, sayangnya di pulau itu sarana serta prasarana yang ada belum cukup memadai. Beberapa fasilitas seperti toilet, pompa air, dan sumber pembangkit listrik tenaga matahari dan angin sudah ada dan dibangun, tetapi dalam kondisi rusak.