JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan ekonomi digital membawa dampak positif terhadap pasar modal. Melalui laman e-dagang, perusahaan-perusahaan teknologi finansial menyasar milenial dan mendorong mereka mulai berinvestasi.
Presiden Direktur Bareksa.com Ady F Pangerang mengatakan, investasi reksa dana melalui bank dan pasar saham cenderung membingungkan masyarakat karena sistem yang rumit. Hal ini membuat penetrasi ke pasar modal menjadi kecil. Pada era digital saat ini, pemanfaatan teknologi menjadi alternatif lain sebagai sarana investasi digital.
”Bareksa.com bekerja sama dengan BukaLapak dan Tokopedia menyediakan investasi reksa dana pasar uang untuk pemula. Pemula dipilih agar terbiasa dengan investasi. Sasarannya adalah pengetahuan yang cukup dalam berinvestasi sehingga kelak dapat mencoba instrumen yang lebih rumit, seperti pasar saham,” kata Pangerang di Bursa Efek Indonesia, Senin (27/8/2018).
Head of Financial and Payment Service BukaLapak Destya D Pradityo mengatakan, layanan BukaReksa merupakan instrumen investasi reksa dana pasar uang yang ada dalam laman BukaLapak. BukaLapak menyediakan layanan tersebut agar pengguna dapat mulai berinvestasi.
”Investor BukaReksa didominasi usia muda (19-24) yang belum memiliki penghasilan tetap. Kami membuat produk yang nilainya kecil atau minimum pembelian mulai dari Rp 10.000. Volume uangnya kecil, tetapi mencapai 20.000 transaksi aktif,” kata Pradityo.
Head of Fintech Tokopedia Samuel Sentana menjelaskan, Tokopedia menyediakan layanan investasi reksa dana agar pemerataan ekonomi secara digital dapat tercapai. Adanya investasi secara digital melalui aplikasi membantu masyarakat menyimpan uang dalam produk (reksa dana) yang aman.
”Membuat platform yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Rentang usia 19-27 tahun dominan dalam investasi di Tokopedia. Anak muda ini mencoba investasi dengan nominal kecil, lalu melihat ada pergerakan uang dan bertransaksi lebih sering lagi,” ucap Sentana.
Pasar modal
Menyambut Hari Ulang Tahun Ke-41 Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia menggelar Seminar Pasar Modal Investor Summit 2018 dengan tema ”Menuju Pasar Modal Modern di Era Ekonomi Digital”, Senin di Gedung Bursa Efek Indonesia.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djayadi mengatakan, perkembangan bisnis perdagangan berbasis elektronik dan aplikasi membawa dampak signifikan bagi pasar model Indonesia. Adanya berbagai layanan e-dagang dan fintek memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses pasar modal.
”Saat ini (era digital), akses masyarakat semakin mudah dan cepat untuk menjadi investor di pasar modal. Potensi tekfin di pasar modal dapat berkembang dan menambah investor,” kata Djayadi.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan Fakhri Hilmi menjelaskan, persoalan jumlah investor di Indonesia sudah terjadi sejak lama dan belum menemukan solusi tepat. Pameran dan sosialisasi yang dilakukan BEI belum begitu signifikan sehingga memerlukan cara lain atau pendekatan yang berbeda.
”Era digital mampu menjangkau lebih banyak orang dan efektif menjaring investor. Pembukaan rekening dan transaksi menjadi lebih mudah karena berbasis aplikasi atau platform. Dukungan BEI pada investasi digital dapat menambah kepercayaan investor dan menarik orang untuk mulai berinvestasi. Selain itu, dapat menekan investasi bodong. Intinya investasi yang mudah bagi investor kita,” ucap Hilmi.
Per Juli 2018 jumlah investor reksa mencapai 1.369.810 single investor identification.
Kegiatan Investor Summit akan berlangsung dari Agustus hingga September di delapan kota besar. Kegiatan ini berlangsung pada 27-29 Agustus di Jakarta. Investor summit 2018 menargetkan 1.300 peserta selama berlangsungnya kegiatan. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/SITA NURAZMI MAKHRUFAH)