Kekeringan Parah di Eropa Sebabkan Hewan Ternak Kekurangan Pakan
Oleh
Benny Dwi Koestanto
·2 menit baca
Kekeringan yang meluas di daratan Eropa membawa masalah pelik di kalangan peternak dan petani. Para peternak mengatakan, hewan mereka rawan mengalami kelaparan karena kekurangan pasokan pakan.
”Sapi-sapi kami telah hidup dari pemotongan rumput kering pada bulan Juni, kini sudah tidak ada rumput,” kata Jean-Guillaume Hannequin, petani di Perancis timur, yang seperti rekan-rekannya di sebagian besar Eropa utara bertanya-tanya bagaimana akan memberi makan hewan-hewan pada musim dingin ini.
Negara-negara Mediterania sejak lama menyesuaikan praktik pertanian dengan sedikit hujan, tetapi tahun ini bagian utara Eropa menghadapi kekeringan yang meluas. Kondisi ini dapat menyebabkan petani harus mengirim banyak ternak ke tempat pemotongan hewan. Hal itu menjadi pilihan akibat ternak kekurangan pakan.
Negara-negara Mediterania sejak lama menyesuaikan praktik pertanian dengan sedikit hujan, tetapi tahun ini bagian utara Eropa menghadapi kekeringan yang meluas.
Di Inggris, jumlah ternak yang disembelih melonjak 18 persen pada Juli, dengan sapi perah menjadi mayoritas. Di Jerman, yang pemerintahnya telah membuka bantuan darurat bagi petani, ada peningkatan 10 persen hewan yang disembelih dalam dua minggu pertama bulan Juli.
Adapun Pemerintah Swedia memberikan respons dengan menjanjikan 1,2 miliar kronor (117 juta euro atau 135 juta dollar AS) dalam bantuan bagi petani untuk membeli makanan ternak dan menghindari mengirim hewan mereka ke rumah jagal.
Swedia, yang banyak wilayahnya hangus oleh kebakaran hutan musim panas, diperkirakan akan mengalami penurunan panen gandumnya sekitar 30 persen. Tidak jelas apakah suhu dingin baru-baru ini akan memungkinkan petani untuk mengambil lebih banyak jerami.
”Kekurangan pakan akan dirasakan pada musim dingin mendatang,” kata Harald Svensson, kepala ekonom untuk Dewan Pertanian Swedia. Menurut dia, sebagian besar petani bergantung pada cadangan pakan musim dingin selama masa kekeringan di musim panas ini.
Situasinya serupa di Jerman, yang para pejabatnya mengatakan, satu dari 25 peternakan berisiko meninggalkan bisnis tersebut. Di daerah utama untuk menanam tanaman pakan ternak, panen diperkirakan akan turun lebih dari 40 persen ketimbang tahun-tahun dalam kondisi normal.
Di Belanda, asosiasi ternak mengungkapkan, defisit untuk makanan ternak diperkirakan sebesar 40-60 persen, dengan kelangkaan biji-bijian mencapai 20 persen.
Panen diperkirakan akan turun lebih dari 40 persen ketimbang tahun-tahun dalam kondisi normal.
Pedesaan Inggris juga mengalami situasi yang jauh dari normal. Kondisi seperti tahun ini terakhir kali terjadi 80 tahun lalu. Produksi susu turun tajam karena kurangnya jerami.
”Para petani perlu membeli jerami untuk dicampur dengan makanan lain guna memberi makan hewan-hewan. Para pedagang mendapat keuntungan dari situasi ini. Mereka mematok harga hingga 100 euro (116 dollar AS) per ton ketika jerami dijual dengan harga 60-80 euro tahun lalu,” kata Patrick Benezit dari kelompok serikat petani Perancis, FNSEA. (AFP)