Pendalaman Pancasila menjadi keniscayaan bagi generasi muda untuk memerkuat semangat nasionalisme dan keindonesiaan.
JAKARTA, KOMPAS – Semangat nasionalisme dan keindonesiaan generasi muda saat ini dinilai semakin luntur. Kondisi ini menjadi persoalan serius bagi masa depan bangsa. Untuk itu, pendidikan Pancasila yang memuat nilai kebangsaan perlu semakin ditanamkan kepada generasi muda Indonesia, terutama melalui sistem pendalaman materi.
Guru Besar Emeritus Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara Franz Magnis-Suseno menilai, lunturnya nasionalisme pada generasi muda dipengaruhi kuat oleh budaya konsumerisme dan hedonisme yang saat ini semakin marak. Budaya ini membuat generasi muda menjadi kurang peduli pada kondisi sosial di sekitarnya.
“Nilai-nilai budaya dan agama yang seharusnya menjadi landasan kuat bangsa Indonesia menjadi terganggu dengan budaya konsumerisme dan hedonisme. Kepedulian terhadap kaum yang miskin menjadi hilang. Itu ganggunan terbesar saat ini,” ujarnya dalam konferensi pendidikan bertajuk “Mendidik Generasi Milenial dalam Bingkai NKRI dan Bhineka Tunggal Ika untuk Melanjutkan Kepemimpinan Nasional” di Jakarta, Sabtu (25/8/2018).
Nilai-nilai budaya dan agama yang seharusnya menjadi landasan kuat bangsa Indonesia menjadi terganggu dengan budaya konsumerisme dan hedonisme. Kepedulian terhadap kaum yang miskin menjadi hilang.
Konferensi pendidikan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan 15 tahun berdirinya Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. Seusai konferensi, berlangsung peluncuran buku “Bunga Rampai Pemikiran Guru dalam Mendidikan Kids Zaman Now” dan pelatihan gratis bagi 1.000 guru sebagai upaya pendidikan penguatan karaker bangsa.
Franz menambahkan, nilai kebangsaan yang diberikan kepada generasi saat ini tidak cukup sekadar pemberian materi saja, tetapi harus lebih pada pendalaman materi. Pendidikan karakter menjadi salah satu yang harus diutamakan.
Karakter yang dimaksudkan yaitu sifat yang menolak ketidakadilan, tidak menggunakan kekerasan, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal lain yang juga ditekankan oleh Franz adalah menjadikan generasi muda saat ini lebih jujur dan mampu menghormati orang lain dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jadikan generasi muda saat ini lebih jujur dan mampu menghormati orang lain dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Menilik sejarah bangsa Indonesia, lanjut Franz, pemuda dan pemudi mempunyai peran yang besar dalam pembangunan bangsa. Mulai dari saat mendesak Soekarno untuk segera membacakan proklamasi kemerdekaan, hingga masuknya masa reformasi. “Generasi muda bukan untuk memecahbelahkan bangsa tetapi untuk memperkuat persatuan,” ucapnya.
Melalui pendidikan
Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta Suyatno berpendapat, cara paling efektif menanamkan kembali nilai-nilai dasar Pancasila adalah lewat pendidikan, mulai dari pendidikan tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Sistem pendidikan yang diterapkan sangat memengaruhi pembentukan karakter seseorang.
“Seperti yang pernah disampaikan Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia, kita bisa mengubah budaya perilaku masyarakat melalui pendidikan. Untuk itu, menanamkan nilai NKRI itu suatu kewajiban yang harus berlangsung dalam ekosistem di sekolah,” katanya.
Ia menekankan, kewajiban tenaga pendidik bukan sekadar mengajar mata pelajaran dan menuntaskan jam mengajar, tetapi memastikan bahwa nilai Pancasila dan kebangsaan bisa tertanam di setiap anak didiknya. NKRI menjadi tujuan yang harus dicapai oleh sekolah dan sekolah menjadi wahana untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
Kewajiban tenaga pendidik bukan sekadar mengajar mata pelajaran dan menuntaskan jam mengajar, tetapi memastikan bahwa nilai Pancasila dan kebangsaan bisa tertanam di setiap anak didiknya.
Ketua Umum JSIT Indonesia Mohammad Zahri menambahkan, mendidik anak bangsa dalam era milenial menuntut tenaga pendidik untuk senantiasa menghadirkan inovasi kreatif dalam seluruh proses pendidikan. Tujuannya agar peserta didik merasa nyaman dan bahagia di sekolah. Dengan begitu, nilai-nilai yang diajarkan bisa diterima dengan baik.