Sektor Bangunan dan Industri Perlu Terapkan Manajemen Energi
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sektor bangunan dan industri perlu berkomitmen dalam menerapkan manajemen energi. Hal itu penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghemat konsumsi energi serta biaya produksi.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro di Tangerang Selatan, Selasa (28/8/2018), menuturkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang paling boros dalam penggunaan energi. Pemborosan itu salah satunya disebabkan oleh kemacetan di kota-kota besar.
”Transportasi massa di Indonesia sangat minim dan tidak nyaman sehingga masyarakat cenderung menggunakan transportasi pribadi dan berakibat kemacetan. Kemacetan inilah yang menjadi penyumbang pemborosan energi terbesar di Indonesia,” ujar Bambang saat menghadiri seminar ”Green Building and Energy Management” di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang Selatan.
Menurut Bambang, pemborosan energi lainnya di Indonesia disebabkan oleh penggunaan mesin penyejuk ruangan (AC) di sejumlah gedung yang sudah sangat berlebihan. Oleh karena itu, Bambang mengimbau agar setiap bangunan dan industri perlu menerapkan manajemen energi untuk menghemat atau mengefisiensikan energi.
Laporan Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan, efisiensi yang dilakukan oleh sejumlah negara di dunia mampu menghemat pemakaian sumber daya energi fosil. Pada 2015, IEA mencatat efisiensi energi dunia hemat sebanyak 870 juta barrel minyak, 205 juta ton batubara, dan 224 miliar meter kubik gas bumi, serta mereduksi 1,5 giga ton emisi gas karbon dioksida (CO2).
Mengacu pada draf Rencana Induk Konservasi Energi Nasional (RIKEN), sejumlah sektor di Indonesia pada 2025 ditargetkan dapat mengefisiensikan energi. Sektor industri ditargetkan dapat mengefisiensikan energi hingga 17 persen, sektor bangunan 15 persen, transportasi 20 persen, dan rumah tangga 15 persen.
”Pada RPJM 2020 kami mencoba mencanangkan ekonomi yang lebih hijau dengan menerapkan energi dan ekonomi yang berkelanjutan. Kita juga perlu melakukan upaya konservasi sehingga penggunaan energi lebih efisien dan pelan-pelan dapat mengurangi sumber daya energi fosil,” tutur Bambang.
Mulai diterapkan
Kesadaran dalam menghemat energi dan menjaga lingkungan saat ini juga mulai diterapkan oleh sejumlah perusahaan di berbagai bidang. Hal ini juga tidak terlepas dari peraturan yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi, setiap pengusaha bertanggung jawab melaksanakan konversi energi dengan menggunakan teknologi yang efisien energi atau menghasilkan produk/jasa yang hemat energi.
Salah satu perusahaan yang menerapkan manajemen energi ialah PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ). General Manager PT Pertamina Hulu Energi Siswantoro M Prasodjo mengatakan, PT Pertamina Hulu Energi telah bersertifikasi ISO 50001 atau standar internasional untuk manajemen energi.
Menurut Siswantoro, penerapan manajemen energi membuat perusahaan menghemat energi sebesar 5,6 persen dari 2016 ke 2017. Penghematan tersebut setara dengan total 506 terrajoules.
”Penggunaan AC memang yang paling banyak mengonsumsi energi. Maka dari itu, AC di gedung hanya dibatasi sampai pukul 16.00 sesuai dengan waktu jam kerja normal karyawan,” ujar Siswantoro.
Selain PT Pertamina Hulu Energi, perusahaan lain yang juga telah menerapkan manajemen energi ialah PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Gresik yang merupakan anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PT PJB Unit Pembangkitan Gresik telah bersertifikasi ISO 50001 atau standar internasional untuk manajemen energi. Hasil dari penerapan manajemen energi menunjukkan PJB Unit Pembangkitan Gresik mengalami penghematan energi dari 2.368 kilowatt perjam (kWh) pada 2014 menjadi 2.294 kWh pada 2016.
Secara keseluruhan, penerapan manajemen energi ini juga membuat PJB menghemat energi mencapai 13 juta gigajoules dan biaya energi sebesar 9,69 juta dollar AS. Selain itu, total emisi karbon dioksida berkurang hingga 2,72 juta metric ton.
”Secara umum kami melakukan sejumlah konservasi energi seperti penggantian labirin turbin, penurunan pemakaian air, dan pengurangan serta pemanfaatan limbah,” ungkap pewakilan General Manager PT PJB Unit Pembangkitan Gresik, Endik Sukamto.