Berharap pada Konsistensi
Hasil pebulu tangkis putra Indonesia memperlihatkan, para pemain muda mulai matang dan dapat dibebani tanggung jawab. Konsistensi mereka berada di level tertinggi kini diuji.
JAKARTA, KOMPAS Dua medali emas, dua perak, dan empat perunggu yang dihasilkan tim bulu tangkis pada Asian Games 2018 menumbuhkan optimisme akan masa depan bulu tangkis Indonesia. Dukungan luar biasa penonton di Istora Gelora Bung Karno, yang menyertai penampilan pantang menyerah para pemain, menjadi penegasnya.
Ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon memenuhi harapan medali emas dengan mengalahkan rekan senegara, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, 13-21, 21-18, 24-22, Selasa (28/8/2018). Fajar (23) dan Rian (22), ganda nomor dua Indonesia, mampu memberi perlawanan ketat dan mengimbangi permainan cepat Kevin/Marcus dengan jarang membuat kesalahan.
Namun, optimisme terbesar dibangun oleh penampilan Jonatan Christie, yang merebut emas tunggal putra dengan mengalahkan unggulan keempat Chou Tien-chen (Taiwan), 21-18, 20-22, 21-15. Jojo (20), panggilan Jonatan, mengakhiri penantian 12 tahun emas dari tunggal putra, yang terakhir dipersembahkan Taufik Hidayat di Doha 2006.
Ditambah dengan medali perunggu dari Anthony Sinisuka Ginting (21), harapan kebangkitan prestasi di sektor tunggal putra pun menguat. Dalam perjalanan menuju podium, mereka menumbangkan pemain papan atas dunia.
Selain Chou di final, Jojo menumbangkan unggulan pertama Shi Yuqi (China) dan unggulan ke-8 Kenta Nishimoto (Jepang). Adapun Anthony menyingkirkan juara dunia dan unggulan kedua Kento Momota (Jepang), serta juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Chen Long (China), yang menjadi unggulan kelima.
Manajer tim bulu tangkis Indonesia Susy Susanti mengatakan, pebulu tangkis Indonesia telah menunjukkan daya juang di Asian Games. ”Prestasi Indonesia di Asian Games melebihi target. Atlet-atlet telah menunjukkan daya juang luar biasa sehingga berbuah prestasi,” ujarnya.
Selanjutnya, menurut Susy, atlet-atlet bulu tangkis Indonesia dituntut untuk menunjukkan konsistensi penampilan mereka pada sejumlah kejuaraan hingga akhirnya menuai prestasi pada Olimpiade 2020. ”Olimpiade merupakan puncak dari perjuangan atlet,” katanya.
Konsistensi untuk mempertahankan prestasi di level tertinggi dalam jangka waktu panjang itu yang dibutuhkan untuk menjamin prestasi. Sejauh ini, baru Kevin (23) dan Marcus (27) yang memperlihatkan konsistensi itu. Sejak menempati peringkat pertama dunia, 16 Maret 2017, praktis posisi mereka tak pernah tergeser kecuali selama 15 pekan, pada 6 April, dan 15 Juni-14 September 2017.
Hasil yang diraih Jojo, Anthony, dan Fajar/Rian diharapkan membangkitkan percaya diri mereka. Apalagi, mereka dan para pemain lain di pelatnas harus bersiap menghadapi turnamen berikutnya, yakni Jepang Terbuka (11-16 September) dan China Terbuka (18-23 September).
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi mengaku puas dengan prestasi anak asuhnya. Herry, yang pada laga final memilih menonton dari tribune, mengatakan, regenerasi ganda putra berjalan cukup baik. Hal itu dibuktikan, ganda putra tak pernah absen dari final Asian Games sejak 2006, dan merebut gelar di Guangzhou 2010, Incheon 2014, dan Jakarta 2018.
Prestasi itu, menurut Herry, tidak lepas dari sistem pembinaan atlet yang berjalan bagus di klub-klub. ”Saya bersama asisten pelatih Aryono Miranat di pelatnas hanya meneruskan perjalanan atlet agar bisa berprestasi,” katanya.
Hasil cukup baik juga ditorehkan atlet putri yang merebut perunggu nomor beregu putri, serta Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang mendapat perunggu ganda putri. Tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung (19), meski tersisih di nomor perseorangan, mempertahankan rekor tak terkalahkan di nomor beregu. Dia mengungguli dua pemain dengan peringkat lebih tinggi, Sung Ji-hyun (Korea Selatan) dan pemain nomor dua dunia, Akane Yamaguchi (Jepang).
Sukses tim bulu tangkis membuat Indonesia bertahan di posisi keempat daftar perolehan medali sementara hingga hari ke-10 Asian Games 2018, dengan 24 emas, 19 perak, 29 perunggu. Pada Selasa, Indonesia juga mendapat masing-masing satu perak dan satu perunggu dari cabang panahan dan bola voli pantai, serta satu perak dari sepak takraw.
Dipertahankan
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Asian Games 2018 menjadi momentum untuk memperbaiki pembinaan atlet di Tanah Air. Pola latihan dan pengelolaan anggaran saat ini akan dipertahankan, dan digunakan untuk pembinaan atlet menuju SEA Games Manila 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020.
”Yang pasti pola latihannya berlanjut. Tahun depan ada SEA Games di Manila, setelah itu Olimpiade 2020,” kata Kalla di Kantor Wapres, Jakarta.
Menurut Kalla, setelah pembubaran Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas, tanggung jawab pembinaan atlet nasional diserahkan kepada pengurus cabang olahraga. ”Ternyata perubahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan debirokratisasi membuat semua bersemangat,” ujar Kalla.
Hal itu membuat pemerintah optimistis Indonesia bisa bertahan di lima besar. (DNA/IYA/NTA)