Tiga boneka ikon Asian Games makin langka dicari. Sejumlah warga dan tamu asing kecewa karena gagal mendapatkan boneka-boneka itu. Tidak hanya di arena pertandingan, di pusat perbelanjaan pun ”menghilang”.
Sulitnya mencari boneka yang terdiri dari Bhin-bhin, Atung, dan Kaka itu bagaikan sulitnya atlet bersaing mendapatkan medali. Demi mendapatkan barang buruan, warga rela antre di siang hari sepanjang 200 meter, Selasa (28/8/2018). Meskipun belum tentu bisa membeli suvenir, hal itu tetap dilakukan. Saat itu, antrean membentang dari zona Pavilion Gelora Bung Karno hingga di depan pintu masuk toko suvenir resmi Asian Games, Super Store.
Rafinata Ashila (20), salah satu pengunjung dari Yogyakarta, kecewa tidak mendapatkan suvenir yang ia cari lantaran kehabisan. ”Saya sudah antre dua jam lalu, semua boneka ikon Asian Games sudah habis,” kata Rafinata.
Di antara beragam suvenir Asian Games, boneka Bhin-bhin, Atung, dan Kaka jadi barang yang paling banyak dicari warga. Selain boneka ikon, Super Store juga menjual suvenir resmi lain, seperti tas, kaus, jaket, topi, kotak makan, botol minum, makanan, dan minuman dengan logo Asian Games, serta masih banyak yang lain. Adapun suvenir resmi tersebut ditandai hologram disertai logo Asian Games.
Poppy Hanif (57), pencari boneka ikon Asian Games, memutuskan membeli suvenir lain. ”Daripada pulang dengan tangan kosong, saya beli kotak makan. Sebaiknya panitia segera menyediakan ulang boneka ikon, banyak sekali yang kecewa karena kehabisan,” ujar Poppy, warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Boneka ikon Asian Games yaitu Bhin-bhin, Atung, dan Kaka adalah yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Selain boneka ikon, Super Store juga menjual suvenir resmi dari Asian Games, seperti tas, kaus, jaket, topi, kotak makan, botol minum, serta makanan dan minuman berlogo Asian Games. Suvenir resmi ini ditandai dengan adanya hologram berlogo Asian Games.
Tak hanya di Super Store, beberapa persediaan suvenir terutama boneka ikon di stan resmi suvenir Asian Games di beberapa pusat perbelanjaan juga habis. Masyarakat yang tidak mau antre panjang memilih membeli suvenir di pusat-pusat perbelanjaan.
Situasi di dua pusat perbelanjaan di sekitar Gelora Bung Karno tidak jauh berbeda. Di kedua tempat yang jadi alternatif pilihan atlet atau ofisial dari luar negeri itu pun, suvenir banyak yang habis.
Aliong (66), salah satu pengunjung, sengaja mendatangi stan suvenir di Senayan City untuk membeli kaus bergambar ikon Asian Games. ”Saya ingin membeli untuk cucu saya, ternyata tidak ada. Boneka juga sudah tidak ada. Jadi hanya beli kaus biasa,” kata Aliong.
Stan suvenir Asian Games di mal itu tak jauh beda dengan stan di Senayan City. Beberapa barang sudah mulai terjual. Tidak banyak barang yang terpajang di rak suvenir. Siang itu, terlihat beberapa tas, bantal, tempat minum, tempat pensil, dan beberapa gantungan kunci.
Sejumlah pengunjung meninggalkan nomor kontak mereka ke gerai di mal itu. Mereka berharap, pengelola toko mengontaknya jika suvenir kembali tersedia.
Terkait banyaknya warga yang membeli boneka ikon Asian Games, Vice Director Merchandise Inasgoc (panitia penyelenggara) Mochtar Sarman menyiapkan solusi. Inasgoc akan membuka preorder bagi masyarakat yang ingin membeli boneka ikon Asian Games.
”Kami berupaya memproduksi ulang boneka ikon, nanti bisa memesan secara online (daring) lalu akan kami kirim setelah selesai dibuat,” kata Mochtar.
Suvenir Asian Games, katanya, sudah dijual sejak setahun lalu, tetapi banyak warga yang baru mencari akhir-akhir ini. Dia memahami mengapa minat masyarakat begitu tinggi setelah Asian Games digelar.
Sayangnya, kisah laris boneka ikon Asian Games berbeda dengan suvenir Asian Games yang disiapkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah DKI Jakarta. Pengusaha kecil mengeluh sepinya pembeli selama acara berlangsung. Salah satu kendala yang mereka hadapi adalah kesulitan memasang logo Asian Games pada produk mereka.
”Peraturannya memang begitu. Kami tidak bisa sembarangan membebaskan siapa saja memakai logo Asian Games. Ini terkait hak cipta Asian Games,” kata Mochtar.
Irwandi, Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan DKI Jakarta, mengatakan, hasil penjualan dari suvenir khas Jakarta tidak begitu signifikan. Menurut Irwandi, pengunjung hanya ingin suvenir yang ada logo Asian Games. Namun, sebagian besar pengusaha UMKM tidak memiliki izin menggunakan logo Asian Games. (Kristi Dwi Utami)