YOGYAKARTA, KOMPAS--Para pembeli yang berbelanja secara online atau dalam jaringan (daring) kini semakin cerdas. Tak hanya mengejar harga termurah, mereka terutama mencari produk yang berkualitas, sesuai kebutuhan, dan proses pelayanannya yang cepat dan aman. Situasi ini mendorong para penjual dalam aplikasi belanja daring untuk menawarkan produk yang baik, sesuai permintaan pasar, dan pelayanan yang profesional.
Peningkatan kemampuan berbelanja itu diungkapkan sejumlah pengusaha kecil-menengah yang membuka lapak (pelapak) di Bukalapak yang ditemui media di beberapa tempat di Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (29/8/2018). Mereka adalah pemilik toko Babyshopline, Ressy Chandra Puspita; pemilik toko Hevy Leather, Perdana Adi Nugroho; dan perajin kulit Yuli Artanto. Kunjungan media didampingi Public Relation Executive Bukalapak Miftachur Rochman.
Menurut para pelapak, beberapa tahun lalu, sebagian pembeli daring cenderung mencari produk dengan harga paling murah. Akibatnya, barang-barang yang dipasarkan dengan harga miring pun lebih cepat laku. Sebagian pembeli belum terlalu paham, bagaimana cara memastikan kualitas produk yang dijajakan secara online. Sebaliknya, para penjual berusaha memanfaatkan situasi itu dengan menawarkan harga semurah-murahnya untuk memikat pembeli.
Namun, seiring peningkatan kesadaran pembeli, sebagian besar pembeli sekarang semakin cermat dalam memilih produk sebelum memutuskan membeli. Mereka tidak lagi terpaku memburu harga paling murah, melainkan kualitas produk dan kesesuaian dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi. Dalam hal ini, mereka semakin mempertimbangkan komentar atau umpan balik dari para pembeli sebelumnya.
"Kalau harga produk terlalu murah, pembeli malah curiga. Jangan-jangan kualitasnya kurang bagus. Mereka kemudian membaca komentar-komentar dari pembeli sebelumnya," kata Yuli Artanto, yang bekerja bersama Perdana Adi Nugroho untuk membuat tas kulit.
Adi menuturkan, komentar positif tentang produk menjadi tolok ukur penting yang dipertimbangkan pengunjung lapak sebelum memutuskan membeli atau tidak. Pembeli juga semakin serius membaca keterangan produk yang dijual. Semakin rinci keterangan produk, semakin mudah memikat pembeli.
Kalau harga produk terlalu murah, pembeli malah curiga. Jangan-jangan kualitasnya kurang bagus.
"Untuk menjamin kualitas produk, para pelapak dituntut menawarkan produk yang terjaga kualitasnya. Akan lebih baik jika penjual membangun "brand" yang terpercaya, meski bukan "brand" terkenal. Pembeli sekarang tidak terlalu peduli dengan \'brand\' terkenal, melainkan mutu produknya," katanya. Selain membuat tas kulit, Adi juga memproduksi tali kamera dari kulit.
Ressy mengungkapkan pengalaman serupa. Selain kualitas produk, pembeli kini menuntut respons cepat dan cara berkomunikasi yang baik dari para pelapak. Lebih penting lagi, jika sudah ada pesanan, barang harus dikirimkan secepatnya, paling lambat dua hari setelah itu. Jikat telat, pesanan bisa dibatalkan.
"Artinya, kami para penjual harus bekerja lebih cepat. Jika stok habis, kami harus memenuhinya dengan berbagai cara. Jangan kecewakan pembeli," katanya. Ressy memproduksi gendongan bayi dalam berbagai bentuk.
Miftachur Rochman menjelaskan, Bukalapak terus menyempurnakan sistem jual-beli daring sehingga lebih nyaman buat penjual maupun pembeli. Kesaksian konsumen atas produk yang dibeli mendapat tempat penting sebagai bahan pertimbangan dalam jualan. Umpan balik negatif terhadap satu produk akan terpasang di lapak sampai ada 20 umpan balik positif.
"Kami menggelar pelatihan untuk mengajak para pelapak lebih meningkatkan produk, pelayanan, dan promosi yang tepat. Kami ingin pembeli yang berbelanja terlayani dengan baik," katanya.
Saat ini, ada sekitar 4 juta pelapak yang membuka lapak di Bukalapak. Sekitar 70.000 pelapak di antaranya tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Total jumlah pengguna sistem jual-beli online ini mencapai 50 juta akun dari 100 kota di Indonesia.