SINGAPURA, KOMPAS - Negara-negara anggota ASEAN menyepakati satu suara dalam perundingan perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang diikuti 16 negara.
Langkah ini merupakan kemajuan berarti karena negara-negara ASEAN mulai menemukan kesamaan pandangan dalam perundingan multilateral antara ASEAN dan beberapa negara mitranya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam wawancara dengan sejumlah wartawan seusai Pertemuan Ke-50 Menteri Ekonomi ASEAN di Singapura, Rabu (29/8/2018), mengatakan, kesepakatan muncul karena disadari jika negara-negara ASEAN ikut dalam kesepakatan RCEP, pertumbuhan ekonominya bakal meningkat.
”Setelah ini kita akan melanjutkan pembicaraan antara ASEAN dan negara mitra, seperti India, Australia, dan Jepang. Kita harus akui bahwa perundingan akan berat ketika mempertemukan negara-negara yang belum memiliki perjanjian perdagangan bebas. Sebagai ketua negosiasi dengan negara lain, Indonesia akan terus melakukan pembicaraan dengan beberapa negara mitra,” kata Enggartiasto.
Dalam analisis, baik yang dilakukan internal Kementerian Perdagangan maupun pihak ketiga, RCEP akan memberi keuntungan bagi Indonesia karena ekonomi akan tumbuh, sementara jika Indonesia tidak ikut, tidak akan dapat manfaat sama sekali dan bahkan bisa mundur. Negara-negara ASEAN juga sepakat secara substantif isi kesepakatan sudah selesai tahun ini.
Perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) tetap berada di jalurnya di tengah kecenderungan mengamankan kepentingan nasional dan sentimen anti-perdagangan bebas secara global. Sejumlah pencapaian telah didapat melalui pembahasan sejumlah hal di AFTA dan terus dilanjutkan melalui beberapa perundingan.
Selain Enggartiasto, pertemuan yang akan berlangsung hingga Sabtu (1/9/2018) itu diikuti pejabat ekonomi Indonesia lain, yaitu Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dalam sambutannya saat membuka acara mengatakan, negara-negara ASEAN mengambil langkah lanjutan agar keterbukaan dan integrasi ekonomi di ASEAN makin mendalam sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara anggota.
”Rantai pasok makin terjalin, pasar menjadi makin terbuka, dan masing-masing anggota makin mendorong investasi asing langsung antarmereka,” kata Lee. Ia menambahkan, ASEAN akan semakin berkembang karena diproyeksikan akan tumbuh 5,4 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan global pada beberapa tahun ke depan.
Dengan demikian, potensi pasar ASEAN sangatlah jelas. Akan tetapi, agar dari potensi terealisasi, ASEAN harus memperkuat kerja sama ekonomi dan melakukan integrasi secara mendalam.
Sementara itu, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura selaku Ketua Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN Chan Chun Sing mengatakan, di tengah menguatnya kecenderungan nasionalistik dan sentimen anti-perdagangan bebas di berbagai tempat di dunia, ASEAN tetap berada pada jalur integrasi ekonomi regional.
”Pebisnis dan konsumen di ASEAN telah mendapat keuntungan dari realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015. Beberapa kebijakan seperti penurunan tarif, pengurangan hambatan nontarif, aturan industri jasa yang makin berkurang dan banyak transparansi yang sangat menguntungkan pebisnis. Akan tetapi, semua ini tidak berhenti pada 2015,” kata Chan.
ASEAN terus memperbarui komitmen untuk maju terkait integrasi ekonomi, termasuk sejumlah inisiatif baru untuk membuktikan bahwa AEC sebagai penunjuk arah yang mempercepat penggunaan teknologi dan mengantisipasi disrupsi digital.
Dalam sesi pertemuan yang membahas AFTA, Chan menyebutkan beberapa langkah yang telah dilakukan, seperti harmonisasi standar antarnegara yang terus dilanjutkan.