Larangan memiliki anak lebih dari satu orang kemungkinan akan dihapus oleh China. Penghapusan ini akan mencegah “perkawinan palsu” pria China dengan perempuan dari negara lain demi mendapatkan anak lebih dari satu.
Rencana penghapusan pembatasan anak terungkap dalam draf hukum perdata sebagaimana yang termuat dalam situs mikro blog Weibo, Selasa (28/8/2018) silam. Penghapusan larangan memiliki anak lebih dari satu rencananya dibahas di parlemen pada Maret 2020.
“Menghentikan kebijakan keluarga berencana berarti hak memutuskan berapa jumlah anak diserahkan kepada pasangan dan keluarga,” kata Liu Hongyang dari Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan, "Hal ini merupakan manifestasi dari hak asasi di bidang kesehatan reproduksi.”
Sejak tahun 1979, China melarang warganya mempunyai anak lebih dari satu karena jumlah populasi yang sudah demikian besar. Namun, China yang kini mempunyai penduduk hampir 1,4 miliar jiwa pada tahun 2016 mulai memperkendur ketentuan itu dengan membolehkan penduduk di pedesaan mempunyai dua anak. Gara-gara kebijaan satu anak, angka kelahiran di China menurun, demikian pula angkatan kerjanya.
Para ahli berpendapat, kebijakan satu anak sudah telanjur menjadi gaya hidup orang-orang muda di perkotaan. Bahkan, ada kecenderungan meningkatnya pasangan yang menunda memiliki anak karena lebih mengejar karier dan materi. Di sisi lain, pasangan yang sudah mempunyai satu anak tidak ingin menambahnya karena biaya pendidikan mahal.
Qiu Chunjuan dan Xu Jinhua, warga Shanghai yang mempunyai dua anak, misalnya, merasa cukup dengan jumlah itu. Selain biaya sekolah yang sudah berat, mereka masih harus menambah pengeluaran untuk les tamhanan. Tekanan sudah begitu besar, menurut Qui.
Kebijakan satu anak sudah telanjur menjadi gaya hidup orang-orang muda di perkotaan.
Hu Yanhua yang juga tinggal di Shanghai bahkan sudah merasa repot hanya dengan satu anak. “Saya harus bekerja dan memiliki keterbatasan energi sehingga tidak akan mempertimbangkan (menambah anak),” kata perempuan berusia 38 tahun ini.
Jumlah kelahiran baru dalam beberapa tahun menurun. Pada tahun 2017, misalnya, tercatat 17,23 juta kelahiran atau kurang dari perkiraan sebanyak 20 juta jiwa. Jika pemerintah membolehkan semua pasangan mempunyai dua anak, para pejabat memperkirakan kelahiran baru akan meluap.
Penyelundupan manusia
Di sisi lain kebijakan satu anak menimbulkan dampak penyelundupan perempuan dan anak-anak ke China yang dipaksa kawin dengan pria China yang menginginkan anak lebih dari satu. Kebanyakan perempuan yang diselundupkan berasal dari Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Laos. Di Vietnam saja, lebih dari 3.000 perempuan dan anak-anak diselundupkan masuk selama tahun 2012-2017. Pria China membayar mereka 10.000–20.000 dollar AS.
Rencana pemerintah untuk menghapus larangan mempunyai satu anak diharapkan bisa menghapus penyelundupan manusia. "Hal ini merupakan kabar baik, kendati hasilnya akan memakan waktu lama,” kata Michael Brosowki, pendiri yayasan yang menyelamatkan korban penyelundupan manusia di Vietnam.
Sebuah laporan juga amenyebutkan jumlah perempuan Kamboja yang menikah dengan peria China dalam beberapa tahun meningkat secara signifikan,
Kantor berita Xinhua menyebutkan, ketentuan jumlah anggota keluarga dihilangkan dalam draf karena terjadi perubahan situasi demografi. Jumlah populasi usia kerja di negara ini turun 5,5 juta pada tahun lalu, atau tren penurunannya tak berubah sejak 2012.
Bank Dunia memperkirakan pada tahun 2050 proporsi populasi berusia di atas 60 tahun akan melonjak dari 15 persen pada tahu 2015 menjadi 36,5 persen.