MANILA, RABU — Pemerintah Filipina hingga Rabu (29/8/2018) terus memburu dua pria yang diduga sebagai pelaku peledakan bom yang menewaskan dua orang, termasuk seorang gadis muda, di sebuah festival di Filipina selatan.
Ledakan bom pada Selasa malam di kota kecil Isulan tersebut mencederai 35 warga lainnya. Ini merupakan aksi pengeboman kedua dalam waktu kurang dari satu bulan di wilayah Filipina selatan, tempat kelompok militan telah melancarkan pemberontakan selama beberapa dasawarsa.
Menurut militer Filipina, seorang pria meninggalkan bom rakitan dalam sebuah tas di dekat toko kelontong pada saat banyak orang berkumpul untuk merayakan ulang tahun kota Isulan. Namun, pria tersebut dan seorang rekannya melarikan diri.
”Satu pria meletakkan bom, sementara pria yang lain mengemudikan sepeda motor yang langsung pergi,” kata Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana. Menurut Sobejana, perburuan terhadap dua pelaku peledakan bom itu kini sedang berlangsung.
Serangan ledakan bom yang diklaim kelompok yang mendukung Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) tersebut merupakan aksi kekerasan terbaru di wilayah selatan Filipina yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik. Pemberontakan kelompok militan Islam telah berlangsung lama dan menurut hitungan Pemerintah Filipina telah menyebabkan lebih dari 100.000 orang tewas.
Diduga BIFF
Sobejana mengatakan ”sangat mungkin” anggota Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF) yang merencanakan pengeboman tersebut.
Juru bicara militer regional Kapten Arvin Encinas mengatakan, ledakan itu mungkin merupakan pembalasan atas serangan terhadap BIFF. Ditambahkan, kelompok BIFF itu telah merencanakan serangan bom di beberapa bagian wilayah selatan Mindanao.
”Mereka ingin menciptakan dan menebar teror di daerah itu,” kata Arvin Encinas. Dia mengatakan, dua tentara termasuk di antara korban yang cedera.
Serangan itu terjadi kurang dari sebulan setelah sebuah bom mobil meledak saat melalui pos pemeriksaan militer di pulau tetangga, Basilan, pada 31 Juli 2018. Serangan tersebut menewaskan 10 orang.
Kelompok pendukung NIIS di Filipina selatan mengaku bertanggung jawab atas pengeboman itu. Pihak berwenang meyakini bahwa orang di belakang kemudi van yang sarat bahan peledak tersebut mungkin bermaksud menarget parade anak-anak di dekatnya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menempatkan Mindanao di bawah kekuasaan militer sampai akhir tahun ini setelah militan pro-kelompok negara Islam menguasai kota Marawi pada tahun lalu. Atas pengeboman di Isulan tersebut, para pembantu Duterte mengecam pengeboman tersebut dan menyatakan bahwa insiden itu bisa mendorong Duterte memperpanjang darurat militer di daerah itu.
Pengeboman yang terjadi baru-baru ini menyusul pemerintahan Duterte yang memberlakukan hukum untuk menciptakan otonomi yang lebih besar bagi minoritas Muslim di Filipina selatan dan diharapkan akan membantu mengakhiri konflik.
Ibu dari gadis yang tewas dalam pengeboman Selasa lalu memohon keadilan kepada otoritas terkait. ”Saya berharap mereka membantu kami dan menangkap para pelaku,” kata Nezel Alayon dengan derai air mata. (AFP)