JAKARTA, KOMPAS — Ketua kontingen Indonesia Syafruddin mengatakan, Asian Games 2018 adalah momen kebangkitan olahraga Indonesia. Seluruh komponen bangsa bersatu untuk membuat olahraga Indonesia maju.
Oleh karena itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga, KONI, KOI, dan semua federasi olahraga harus bersatu membangun sistem pembinaan yang kuat agar Indonesia tetap dapat berjaya pada SEA Games Manila 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020.
Pemusatan latihan nasional juga diminta tidak berhenti sampai Olimpiade 2020. Dengan pelatihan berkelanjutan dan berbagai laga uji coba, Indonesia dapat berjaya pada SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020.
”Jangan sampai kita berjaya pada Asian Games 2018, tetapi jeblok pada SEA Games 2019. Kita harus menjuarai SEA games 2019 meskipun bukan di negeri kita,” kata Syafruddin.
Syafruddin juga mendorong pemerintah daerah terlibat aktif membangun fasilitas olahraga di daerah masing-masing agar bakat-bakat atlet muda terfasilitasi sejak dari daerah. Pemerintah pusat juga harus terus memberi perhatian dan mengalokasikan dana yang sama besarnya dengan saat Asian Games untuk pembinaan atlet. Dengan pembinaan yang intensif, Indonesia dapat terus bersinar pada ajang-ajang multicabang lainnya.
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara itu, saat ini Indonesia sudah mengumpulkan 30 emas, 22 perak, dan 37 perunggu. Jumlah medali yang membawa Indonesia menempati posisi keempat pada klasemen sementara itu melebihi target pemerintah, yaitu 16 emas.
”Raihan ini mengejutkan dan sekaligus membanggakan. Banyak cabang memenuhi target medali yang dicanangkan pemerintah dan ada beberapa yang melebihi target, tetapi ada juga yang tidak tercapai. Dengan sisa waktu yang masih empat hari, Indonesia masih berpeluang menambah 2 sampai 3 medali emas lagi dari bridge dan olahraga akuatik nonrenang,” kata Syafruddin.
Untuk cabang silat, KOI dan OCA sedang mengadakan pembicaraan untuk menggelar cabang tradisional itu pada Asian Games Hangzhou 2022. Menurut Syafrudin, sudah ada titik terang cabang silat mungkin akan digelar lagi pada Asian Games di China.
Syafrudin juga membantah tuduhan adanya kecurangan pada penyelenggaraan pertandingan cabang silat. Pertandingan silat dinilai 8 wasit dan setiap wasit memiliki kamera perekam di depan mereka.
Setiap protes dapat dilayani dengan memutar rekaman dari berbagai sudut sampai tiga kali sehingga sebuah pukulan yang kena atau tidak dapat terlihat dengan jelas.
”Saya sudah empat hari menonton silat. Penjurian dibantu rekaman elektronik. Semua dapat dilihat ulang. Sulit untuk menjadi tidak obyektif di silat,” kata Syafruddin.
Mantan Wakil Kepala Polri itu juga berharap agar silat dapat diperjuangkan masuk ke Olimpiade. Saat ini ada 52 negara yang memiliki federasi silat nasional sehingga dapat diperjuangkan untuk menembus Olimpiade.