JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto belum menentukan calon wakil gubernur yang akan diajukan partainya sebagai pengganti Sandiaga Uno. Proses pemilihan calon secara internal diperkirakan akan dimulai setelah keputusan presiden diturunkan.
Dihubungi di Jakarta, Kamis (30/8/2018), Wakil Sekretaris Jenderal sekaligus anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan, memilih calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta adalah hak penuh Prabowo Subianto. Namun, Prabowo belum menunjuk siapa pun untuk mengisi posisi tersebut.
”Sampai sekarang Pak Prabowo belum memutuskan siapa yang akan menjadi cawagub dari Gerindra. Namun, saat ini kan masih masa iddah (menunggu) karena keppres (keputusan presiden) belum turun,” kata Andre saat dihubungi di Jakarta.
Jika keppres sudah diturunkan, kata Andre, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai partai pengusung Anies Baswedan dalam Pilkada 2017 akan mengajukan nama-nama calon pengganti Sandiaga.
Menurut Pasal 176 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota, partai politik atau gabungan partai politik pengusung mengajukan dua orang cawagub melalui gubernur untuk dipilih oleh DPRD provinsi.
Partai Gerindra tetap ingin kadernya mengisi kursi wakil gubernur yang ditinggalkan Sandiaga untuk maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2019.
Terkait dengan hal itu, Andre mengatakan, Partai Gerindra tetap ingin kadernya mengisi kursi wakil gubernur yang ditinggalkan Sandiaga untuk maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2019. Namun, pihaknya tetap akan melibatkan PKS dalam dialog dengan Anies Baswedan sebagai gubernur.
”Dari sisi kepatutan, pengganti Bang Sandi seharusnya dari Gerindra karena saat itu beliau adalah kader Gerindra. Namun, kami punya koalisi dengan PKS dalam mengusung pasangan Anies-Sandi. Jadi, kami akan diskusikan bersama. Kami juga akan libatkan Mas Anies secara adat ketimuran karena beliau yang paling berkepentingan,” kata Andre.
Hingga saat ini, Anies belum memberikan banyak komentar tentang cawagub pengganti Sandiaga. Andre mengatakan, Anies telah menyerahkan pemilihan cawagub sepenuhnya kepada Partai Gerindra dan PKS. Jika nama yang diajukan lebih dari dua, Anies akan menyeleksi nama-nama tersebut dan mengerucutkannya menjadi dua nama saja untuk diajukan kepada DPRD DKI Jakarta dalam rapat paripurna.
Sejauh ini, nama yang paling banyak disebut menjadi pengganti Sandiaga adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah DKI Jakarta Partai Gerindra Muhammad Taufik. Taufik kini tengah menjabat Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD dari PKS Triwisaksana mengatakan, nama-nama yang telah beredar dapat berubah setelah rapat internal PKS untuk memilih calon yang akan diajukan sebagai pengganti Sandiaga. Rapat internal tersebut melibatkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), dan pimpinan Fraksi PKS di DPRD DKI Jakarta (Kompas, 28 Agustus 2018).
Beberapa nama yang muncul sebagai kandidat kuat antara lain Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Dihubungi di Jakarta, Mardani mengatakan, akan mengikuti komando dari DPP PKS. ”Kami ikut DPP saja, apa pun keputusannya,” kata Mardani.
Harapan warga
Di lain pihak, warga Jakarta berharap wakil gubernur pengganti Sandiaga nantinya dapat bekerja sama dengan baik dengan Anies serta memahami permasalahan Jakarta. Dari segi kebijakan, muncul beragam harapan pula.
”Yang paling penting, wagub nanti bisa mendampingi Anies dengan baik. Kalau bisa, yang terpilih adalah orang bener-bener paham apa yang dibutuhin Jakarta dan bisa ngambil action yang tepat,” kata Mega Kartikawati (22), seorang karyawati perusahaan multinasional.
Kalau bisa, area pejalan kaki enggak jadi tempat nongkrong. Saya sering ngerasa enggak aman waktu pulang karena diganggu.
Mega juga berharap, ketertiban di area pejalan kaki dapat ditingkatkan. ”Kalau bisa, area pejalan kaki enggak jadi tempat nongkrong. Saya sering ngerasa enggak aman waktu pulang karena diganggu abang-abang,” katanya.
Senada dengan Mega, Rainy Bestarry (22), karyawati firma hukum, juga berharap wakil gubernur mengerti permasalahan Jakarta. Karena itu, ia berharap sosok wakil gubernur nantinya adalah seorang teknokrat.
”Kalau bisa dari kalangan teknokrat supaya bisa ngatasin masalah lingkungan, misalnya banjir,” kata Rainy. Ia juga berharap program transportasi OK OTrip dapat menjangkau lebih banyak pihak dengan trayek yang lebih luas. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)