JAKARTA, KOMPAS – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk akan menjajaki tawaran proyek infrastruktur di Namibia, Afrika. Proyek yang ditawarkan seperti pengembangan bandara dan pembangkit tenaga listrik.
“Tadi Wakil Perdana Menteri Namibia mengatakan perlu bandara berkapasitas 15 juta orang per tahun. Bandaranya saat ini baru berkapasitas 3 juta orang per tahun. Lalu juga disebutkan beberapa proyek pembangkit listrik dan proyek rel kereta api,” kata Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Tumiyana, dalam temu media seusai menerima kunjungan Wakil Perdana Menteri Namibia, Rabu (29/8/2018), di Jakarta.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk telah mulai masuk ke proyek infrastruktur di Benua Afrika sejak 2007, yakni di Aljazair. Pada pertengahan Agustus lalu, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk menandatangani kontrak Proyek Pembangunan Istana Presiden Niger senilai Rp 370 miliar.
Menurut Tumiyana, salah satu kriteria dalam mengambil proyek di luar negeri adalah potensi nilai tambah yang besar. Sebab, di dalam negeri juga banyak proyek infrastruktur yang bisa dikerjakan. Kemudian, potensi profit pun juga harus lebih tinggi dibanding proyek dalam negeri. Diperkirakan, nilai proyek pengembangan bandara berkapasitas 15 juta orang per tahun di Namibia sekitar Rp 4 triliun. Adapun pada triwulan II-2018, Wika telah membukukan kontrak luar negeri sebesar Rp1,099 triliun dengan target kontrak baru senilai Rp6,4 triliun hingga akhir tahun ini.
Selain itu, kepada pemerintah Namibia, Tumiyana menunjukkan bahwa Wika tidak hanya memiliki kapasitas sebagai kontraktor, tetapi juga didukung sumber pendanaan dari Indonesia, yakni Bank Exim Indonesia maupun global.
“Jadi keluar itu memang untuk menciptakan peluang baru, baik dari sisi konstruksi atau peluang yang lain. Kemudian nilai tambahnya harus lebih besar daripada nilai tambah di sini karena di dalam negeri saja banyak proyek,” ujar Tumiyana.
Direktur Operasi III PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono menambahkan, potensi pengembangan pasar di kemudian hari menjadi pertimbangan penting. Selama ini Wika banyak mengerjakan proyek di Aljazair yang berada di Afrika Barat, sementara Namibia terletak di Afrika bagian selatan. Saat ini WIKA juga menjajaki proyek di negara Afrika lainnya, seperti Nigeria, Angola, Mauritania, dan Ethiopia.
Menurut Destiawan, kedatangan Wakil Perdana Menteri Namibia ke kantor Wika juga menunjukkan pengakuan mereka. Pemerintah Namibia telah melihat operasi Wika di Benua Afrika sejak 2007 berjalan dengan baik. Selain itu, Wika juga memiliki kapasitas untuk mengerjakan berbagai macam jenis proyek.
“Semua jenis pembangkit kita sudah punya pengalaman, baik minyak, gas, maupun batubara. Kita telah buktikan dengan membangun pembangkit di Timor Leste. Jadi kami sangat percaya diri di bidang itu,” kata Direktur Operasi II PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Bambang Pramujo.
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini Namibia tengah membangun infrastruktur. Karena mengetahui PT Wijaya Karya (Persero) Tbk pernah mengerjakan proyek infrastruktur di Aljazair, maka pemerintah Namibia ingin tahu lebih banyak tentang badan usaha milik negara (BUMN) tersebut. “Ini kan bisa membawa tenaga kerja kita lebih terampil dan bersaing di luar negeri,” kata Basuki.