Karya Seni ODGJ Dipamerkan di Halte Transjakarta Harmoni
Oleh
·3 menit baca
Jakarta-Kompas-- PTTransportasi Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Kesenian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan Art Burt Indonesia menggelar pameran seni rupa karya orang dengan ganguan jiwa (ODGJ) di Halte Transjakarta Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/8/2018) pagi.
Pameran yang dibuka oleh Direktur Umum PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Budi Kaliwono dihadiri Direktur Kesenian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Restu Gunawan, dan Ko-Kurator Festival Bebas Batas 2018 Hendromasto Prasetyo.
Di Halte Transjakarta Harmoni, terdapat 35 karya seni rupa yang dipamerkan dari 146 karya terpilih hasil lukisan ODGJ dari lima rumah sakit jiwa . Rumah sakit jiwa tersebut, antara lain Rumah Sakit Jiwa (RSJ) DR. Soeharto Heerdjan Jakarta, RSJ Bandar Lampung, RSJ Bali, RSJ Arif Zainudin Solo, RSJ DR. Rodjiman Wediodiningrat Lawang, Malang.
Budi Kaliwono, mengatakan, terselenggaranya kegiatan di Halte Transjakarta Harmoni merupakan bentuk dukungan PT Transjakarta untuk memberikan panggung ekspresi kepada setiap orang termasuk ODGJ.
Budi menambahkan, Halte Transjakarta Harmoni yang setiap hari dikunjungi 150.000 orang dan menghubungkan 13 koridor Transjakarta ini, diharapkan menjadi ruang yang lebih humanis agar masyarakat yang melintas tidak jenuh dengan situasi Jakarta yang padat, macet, dan panas.
"Kami ingin menggerakan setiap pelanggan Transjakarta untuk memanfaatkan halte bukan hanya sebagai tempat transit atau menunggu (transjakarta) tetapi juga tempat untuk menikmati berbagai hiburan," ujar Budi.
Restu Gunawan, mengatakan, pameran ini merupakan bentuk apresiasi terhadap karya-karya yang dihasilkan ODGJ. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak dua tahun yang lalu dengan tema Festival Bebas Batas untuk menggarap potensi seni yang dimiliki kaum marginal.
Restu menambahkan, pameran ini sejatinya merupakan arena aneka ekspresi ODGJ yang selama ini terselubung dengan stigma dan prasangka. Ekspresi mereka sering tak dianggap, padahal mereka adalah manusia Indonesia yang dijamin negara untuk bebas mengungkapkan ekspresinya.
Pameran seni rupa yang bertajuk "Aneka Rupa Lima RSJ" ini merupakan pameran pendamping dari Festival Bebas Batas yang puncaknya akan dilaksanakan pada 15 Oktober 2018 di Galeri Nasional. Pameran ini berawal dari kegiatan melukis bersama yang didampingi Kurator Sujud Dartanto dan ko-Kurator Festival Bebas Batas 2018 Hendro Prasetyo sejak Mei-Juni 2018.
Pameran ini, kata Restu, dimulai di Jakarta dengan menampilkan 66 karya seni rupa di Bandara Soekarno Hatta, (30/8) dan 15 lainnya akan dipamerkan di Galeri Nasional. "Tujuannya agar karya seni dari para ODGJ dapat bermanfaat untuk publik. Selama ini, karya seni yang mereka ciptakan hanya menjadi bagian dari terapi penyembuhan," kata Restu.
Pesan yang menggoda
Pantauan pada Pukul 08.00-09.00, karya seni rupa yang dilukis di atas kanvas dan kertas dengan menggunakan cat air ini dipajang di sudut-sudut dinding halte Transjakarta Harmoni. Lukisan tersebut memiliki berbagai jenis ukuran, yaitu 21×29,7 centimeter, 30x42 centimeter, dan 70×90 centimeter. Isi lukisannya berupa gambar wajah manusia, senjata, dan bentuk-bentuk lain.
Hendromasto Prasetyo mengatakan, karya yang dihasilkan para ODGJ, dapat dibaca sebagai medan semiotika yang menggoda. "Ini bentuk ekspresi rasa yang dituangkan secara spontan, lugas dan polos. Kalau seniman, biasanya sudah dapat kita tangkap pesan yang ingin disampaikan," ucapnya.
Hendro menambahkan, karya yang dipamerkan ini merupakan karya-karya terpilih. Pendampingan dilakukan selama tiga sampai lima hari di setiap rumah sakit yang dikunjungi.
"Kesulitan kita dalam pedampingan itu karena rata-rata meraka belum menguasai teknik. Namun, secara visual bagus. Yang penting ada komunikasi, bisa kita pahami pesan yang ingin mereka sampaikan," tuturnya.(Stefanus Ato)