Pesta Belum Usai
JAKARTA, KOMPAS--Pesta di sekitar kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, belum usai. Hingga Kamis (30/8/2018), pengunjung yang bertebaran di tiga zona di GBK: Bhin Bhin, Kaka, dan Atung, menikmati sajian kuliner maupun berswafoto di sejumlah titik yang disediakan.
Memasuki pintu 7 GBK yang berada di Jalan Sudirman, pandangan langsung bertatapan dengan patung Bung Karno yang berdiri tegap. Puluhan pengunjung berswafoto di patung ini. Ada yang menggunakan tongkat foto agar tangkapan kamera lebih lebar, namun ada pula yang minta tolong jepret pada pengunjung di sebelahnya.
Begitu juga halnya dengan api Asian Games yang berada di belakang patung Bung Karno. Di Kaldron Bilah Nusantara ini, para pengunjung juga tak henti mengarahkan kamera gawai ke wajahnya.
Sekitar 10 meter dari patung Bung karno, terdapat Zona Bhin Bhin. Zona ini diisi oleh barisan tenda warna putih yang kebanyakan diisi oleh kuliner.
Ahmad Chair (27), salah satu pengunjung, datang bersama istri dan anaknya ke Zona Bhin Bhin sejak jam 08.00 pagi. "Banyak yang khawatir kalau Indonesia bakal norak saat menjadi tuan rumah Asian Games. Ternyata apa yang ada di sekeliling GBK ini membuktikan kalau anggapan itu keliru," kata dia.
Dia memuji dekorasi tiga zona di GBK yang menurutnya modern dan membuat pengunjung betah. Selain itu, dia berpendapat gelaran multicabang terbesar di Asia ini turut mempersatukan masyarakat Indonesia. "Ketika ada atlet Indonesia yang dapat medali, semua orang bertepuk tangan. Tak ada yang menanyakan apa agama dan suku dari atlet tersebut," kata dia.
Tok Mo (60), pendukung tim Malaysia sempat khawatir ketika tiba di Jakarta. Di Malaysia, dia sering mendengar gosip bahwa orang Jakarta suka gaduh.
Setelah tiga hari di Jakarta dan mengitari berbagai arena pertandingan, anggapannya berubah. Dia dan 11 rombongannya merasa orang Jakarta tak seperti yang dibayangkan. "Orang Jakarta sungguh bagus," kata Tok.
Pria yang pakaiannya bermotif bendera Malaysia ini mencontohkan saat pertandingan di arena pencak silat di Taman Mini Indah Indonesia. Dia menceritakan, saat itu atlet Malaysia berhadapan dengan Indonesia. "Waktu nonton silat, tak ada yang saling provokasi. Saling hormat dan saling tepuk tangan," kata dia.
Tok dan 11 rombongannya tengah berada di Zona Atung, tepatnya di stan yang menjual aneka soto. Tempat ini memanjang di sisi kiri zona dan berwarna hijau. Poster warna biru bertuliskan sejarah soto turut dipajang di tempat duduk pembeli.
Rombongan ini sempat kaget dengan harga makanan di indonesia. Bukan di aneka soto, tetapi saat di arena JIEXPO, Kemayoran. Rombongan kala itu baru selesai menonton pertandingan tenis meja. "Aku pesan nasi goreng sama teh kosong, kena Rp 95.000. Matilah aku," kata Tok.
Salah satu rombongan, Yusnita (40), berjalan ke depan stan soto dan berswafoto dengan salah seorang anggota Peleton Pengintai Keamanan (Tontaikam) Kodam Jaya Tontaikam, Jakarta. Saat itu sekitar 10 orang anggota berpakain serba hitam ditambah senjata laras panjang sedang mengitari lokasi Zona Atung. Yusnita berfoto dengan salah seorang anggota. Hal ini menarik turis lainnya sehingga ada sejumlah turis yang turut mengantre.
Berjarak lima meter ke arah kanan, tiga orang ibu muda beserta anaknya, memanfaatkan lesehan memanjang yang ada di samping kedai kopi Upnormal dan Anomali. Dua kedai kopi ini bergabung dalam satu stan, dan berada di sisi kanan Zona Atung. Lesehan itu dilengkapi bantal merah sebanyak lima buah. Di sela bantal, terparkir dua buah sepeda yang hanya memiliki roda depan.
Tidak ada kopi di hadapan mereka. Tiga ibu dan anak itu menjaga anaknya agar tak terjatuh saat memanjat bantal. "Saya belanjanya di sebelah. Anak saya mau tiduran, makanya mencari tempat duduk yang ada bantalnya," kata salah seorang dari mereka.
Tak jauh dari Zona Atung, terdengar bunyi angklung yang diiringi musik keyboard. Suara tersebut bersumber di Zona Kaka, zona yang berhadapan dengan Zona Atung. Puluhan ibu-ibu memainkan angklung sembari memutar badan sesekali. Di depan mereka, terdapat seorang dirigen yang memimpin pertunjukan.
Bunyi angklung susul menyusul dengan instrumen dengan bip pelan. Puluhan pengunjung mengikuti gerakan ibu-ibu pemain angklung. Berdasarkan keterangan pembawa acara, kelompok ini bernama La Mirage: Parahyangan Angklung, Permata hijau. Mereka sedang menampilkan instrumental Ariyati.
Berjarak sekitar lima meter ke belakang, terdapat bungee runing: semacam balon menyerupai kapal berukuran sekitar 4 x6 meter. Dua anak berdiri di atas bungee runing bagian belakang. Pinggang mereka diikat dengan tali elastis.
Mereka berjalan ke arah depan untuk mengambil bendera yang berada di ujung. Satu anak berhasil mengambil. Sementara anak lainnya belum sempat menjangkau bendera, dia sudah terpelanting ke belakang.
Selain di tiga zona di atas, pengunjung juga berkerumun di zona pavilion: zona yang banyak diisi oleh stan sponsor Asian Games 2018. Zona ini berada di antara Zona Bhin Bhin dan Zona Kaka dan Atung. Di zona ini, terdapat boneka maskot Asian Games 2018 yang disusun vertikal.
Sejumlah pengunjung juga berswafoto di situ. Mereka bergantian mengenakan kacamata hitam dan mendekatkan badan ke boneka maskot. Tak lupa dua jari kiri membentuk huruf v dan tersenyum menghadap kamera gawai.
Lia Prameswari (19), terhitung sudah tiga kali datang ke GBK. Dia tak menyangka suasana di luar pertandingan bisa seramai ini.
Pada awalnya, Lia termasuk orang yang pesimistis Asian Games 2018 bakal berjalan lancar. Dia pun juga tak begitu berminat menonton pertandingan. Sebab, dia kadung menduga atlet Indonesia bakal berguguran di laga awal.
Namun, pandanganya berubah ketika mengaksikan pembukaan Asian Games 2018 di televisi. "Ternyata Indonesia bisa membuat pembukaan semegah itu," kata perempuan asal Bekasi, Jawa barat ini.
Sekarang, ia pun bertekad untuk mengumpulkan kenangan saat Indonesia menjadi tuan rumah di 2018. Salah satu caranya adalah mengumpulkan boneka maskot Asian Games secara lengkap. Dia belum mengoleksi boneka tersebut karena antre tak pernah surut di Super Store, kedai resmi suvernir yang berada di depan Zhona Bhin Bhin.
"Mungkin itu cuma boneka, tetapi itu juga jadi bukti bahwa aku pernah menjadi bagian dari Asian Games," kata dia. (Insan Al Fajri)