Rokok dan Minuman Alkohol Picu Kerusakan Tubuh Remaja
Oleh
M Zaid Wahyudi
·3 menit baca
Kerusakan pembuluh darah arteri pada remaja yang mengonsumsi rokok dan minuman beralkohol sudah terlihat saat mereka berumur 17 tahun. Perubahan fisik yang sangat dini itu meningkatkan risiko remaja perokok menderita penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung atau stroke, di masa depan.
Meski demikian, saat remaja tersebut berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol, kondisi pembuluh arteri mereka akan kembali normal.
Hasil itu diperoleh dari studi yang dilakukan Marietta Charakida dari Institut Ilmu Kardiovaskular, Universitas College London, Inggris, dan rekan terhadap data 1.266 anak peserta Studi Longitudinal Orangtua dan Anak Avon (ALSPAC) pada 2004 dan 2008. Studi itu dipublikasikan di jurnal European Heart Journal, Selasa (28/8/2018).
Setiap responden anak diminta melaporkan jumlah rokok yang sudah dihisapnya sepanjang hidup mereka dan umur berapa mereka mulai mengonsumsi alkohol. Selanjutnya, mereka akan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu umur 13 tahun, 15 tahun, dan 17 tahun. Setelah itu, mereka akan diuji untuk mengetahui sejak kapan kekakuan pembuluh arteri itu terjadi.
Kekakuan pembuluh arteri
Dari pemeriksaan diketahui, remaja yang telah mengonsumsi lebih dari 100 batang rokok atau cenderung suka berpesta minuman keras memiliki kekakuan pembuluh arteri lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang merokok kurang dari 20 batang dan dan minum alkohol kurang dari dua kali minuman per hari.
Sesuai standar Institut Penyalahgunaan dan Kecanduan Alkohol Nasional (NIAAA) Amerika Serikat, satu kali minuman beralkohol itu mengandung 14 gram alkohol murni. Jumlah itu setara dengan 12 fluid ounces (fl oz) atau setara 355 mililiter (mL) bir dengan kadar alkohol 5 persen, 5 fl oz (148 mL) minuman anggur dengan kadar alkohol 12 persen dan 1,5 fl oz (45 mL) spirit (minuman beralkohol hasil penyulingan) dengan kadar alkohol 40 persen.
Peneliti senior Institut Ilmu Kardiovaskular, Universitas College London, Inggris, Profesor John Deanfield yang juga terlibat dalam penelitian itu, menambahkan, selain mengalami pengerasan pembuluh darah arteri, remaja perokok dan peminum itu juga mengalami pengembangan aterosklerosis, yaitu penebalan dinding pembuluh arteri akibat penumpukan plak atau lemak hingga menjadi lebih kaku.
Dampak itu tetap terjadi meski jumlah rokok dan minuman alkohol mereka lebih rendah dibandingkan jumlah yang dikonsumsi orang dewasa.
”Namun, studi ini menemukan, remaja yang berhenti merokok dan minum alkohol, kondisi pembuluh arterinya akan kembali normal. Ini menunjukkan ada peluang untuk menjaga kesehatan pembuluh arteri sejak muda,” katanya seperti dikutip BBC pada Rabu (29/8/2018).
Charakida menambahkan, cedera pembuluh darah arteri yang terjadi sangat awal dalam kehidupan akibat rokok atau minuman beralkohol bisa menimbulkan dampak kerusakan yang lebih besar. Meskipun jumlah perokok remaja di Inggris terus menurun akibat kebijakan yang sangat ketat soal peredaran rokok, peneliti menemukan 1 dari 5 remaja usia 17 tahun di Inggris adalah perokok. Peluang anak menjadi perokok akan makin besar jika di dalam keluarga mereka ada yang merokok.
Terus bertambah
Di Indonesia, perokok remaja justru menjadi tantangan berat. Jumlah mereka terus bertambah. Pada 1995, prevalensi perokok remaja berumur 16-19 tahun mencapai 7,1 persen. Namun, pada 2013 prevalensinya sudah mencapai 20,5 persen. Jika tidak segera ditangani, kondisi itu dipastikan akan meningkatkan penderita berbagai penyakit tidak menular di masa depan serta membebani biaya kesehatan dan ekonomi (Kompas, 6 Mei 2017).
Direktur medis dari Yayasan Jantung Inggris (BHF) Metin Avkiran yang membantu mendanai riset ini mengatakan, kabar gembira dari riset ini adalah kerusakan pembuluh darah pada remaja itu dapat diperbaiki jika perilaku merokok dan minuman beralkohol dihentikan.
”Tidak ada kata terlambat untuk mengubah sesuatu yang bisa menyelamatkan hidup kita,” katanya.
Berhenti merokok adalah salah satu cara terbaik melindungi jantung, sedangkan untuk mengurangi minuman beralkohol, perlu dijaga agar tidak melebihi standar yang ditentukan meski riset terbaru menunjukkan tidak ada batas aman untuk minum alkohol.