BCA Butuh Banyak Pekerja di Bidang Teknologi Informasi
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan Bank Central Asia akan pekerja sektor teknologi informasi terus bertambah. Seiring perkembangan teknologi digital, pekerja kini diutamakan untuk mengelola dan menganalisis data nasabah yang ada.
Wakil Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Armand Wahyudi Hartono di sela-sela acara Finhacks di Jakarta, Sabtu (1/9/2018), mengatakan, jumlah kebutuhan pekerja sektor teknologi informasi (TI) akan terus berubah. Trennya akan terus meningkat.
”Saat ini, jumlah pekerja TI di BCA sekitar 600 orang,” kata Armand. BCA berencana menambah jumlah tersebut hingga 1.000 orang. Pencarian pekerja di sektor TI terus dilakukan.
Data Kementerian Ketenagakerjaan tahun 2017 menyatakan, Indonesia memiliki 1,44 juta lulusan teknologi informasi. Dari jumlah tersebut, hanya 7,4 persen yang bekerja di sektor TI.
Armand melanjutkan, kebutuhan terus bertambah mengingat BCA telah fokus lebih dari 20 tahun mengembangkan teknologi dan digital. Bank tersebut memproses jutaan data transaksi setiap hari. Adapun hingga Juni 2018, BCA melayani hampir 18 juta rekening nasabah.
”Kami menggunakan teknologi untuk proses otomasi, integrasi, dan analisis data tersebut,” katanya. Pemanfaatan tersebut meningkatkan efisiensi perusahaan. Kelayakan nasabah dalam mengajukan kredit, misalnya, dapat dianalisis dalam hitungan detik, lebih cepat dibandingkan secara manual yang memakan waktu berminggu-minggu.
BCA masih menghadapi tantangan dalam memanfaatkan TI, khususnya machine learning, secara optimal. Beberapa di antaranya mempersiapkan data faktual untuk mendeteksi transaksi penipuan (fraud) serta membuat algoritma untuk mengoptimalkan data jumlah uang yang beredar dalam bank dan mesin ATM.
Data Scientist BCA Adhitya Bhaswara Tirtohadiguno menambahkan, hal yang sering menjadi momok saat mengolah data adalah masih ada kecenderungan nasabah untuk menggunakan kertas. Data tersebut masih harus dialihmediakan dalam format digital terlebih dahulu untuk kemudian diolah.
Dalam mengolah data, tantangan terbesar adalah menyiapkan, memahami, dan menginterpretasi data. Perusahaan besar biasanya memiliki data yang sangat banyak sehingga membutuhkan waktu lebih lama dalam mengolahnya.
Course Producer dan Co-founder Algoritma Samuel Chan menambahkan, data berguna sebagai salah satu alat pembuat keputusan dan bukti hipotesis. ”Dalam menerjemahkan data, yang paling penting adalah menciptakan nilai,” katanya.
Chan memaparkan, nilai tersebut dilihat jika data yang diperoleh dapat menginspirasi aksi dan taktik yang dapat diterapkan perusahaan. Selain itu, data tersebut akan berkontribusi dalam sistem perangkat lunak bagi operasi perusahaan yang jauh lebih besar.
Jaga hubungan
Co-founder PT Data Center Infrastructure Indonesia Djarot Subiantoro mengatakan, teknologi membuat perusahaan bergerak lebih efektif dan efisien. Namun, jalinan hubungan antara pelanggan dan perusahaan harus terus terjalin untuk menjaga daya saing.
Pada intinya, lanjutnya, tugas machine learning adalah untuk deskripsi, prediksi, dan preskripsi yang akan membantu ekspansi perusahaan jika dimanfaatkan dengan tepat. Keberadaan teknologi akan setara dengan sejumlah peran yang ada di perusahaan, seperti asisten, rekan kerja, dan manajer.