BANDUNG, KOMPAS - Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat menetapkan daftar pemilih tetap Jabar untuk Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 sebanyak 32.636.846 orang. Jumlah ini membuat Jabar memiliki pemilih terbesar dalam Pemilu 2019 sehingga menjadikannya sebagai wilayah strategis untuk pemenangan kandidat pilpres.
Jabar akan menjadi sumber suara signifikan dalam memenangi Pilpres 2019. Pasangan calon presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno, perlu menerapkan strategi yang matang untuk mendulang dukungan dari Jabar.
Pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusuf, di Bandung, Jabar, Jumat (31/8/2018), berpendapat, setiap pasangan calon presiden dan tim sukses perlu menerapkan strategi khusus menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat Jabar.
”Jumlah DPT Jabar sebagai kantong suara yang amat besar ini menjadi isu yang sangat seksi untuk menunjang pemenangan dalam pilpres. Setiap pasangan calon tentu akan berjuang keras di wilayah ini, dan pertarungan bakal sengit. Namun, untuk dapat mendulang suara yang signifikan, mereka perlu menerapkan strategi yang tepat, efektif, dan akurat. Perlu dilihat karakteristik masyarakat Jabar,” kata Asep.
Menurut Asep, masyarakat Jabar secara umum dalam memberikan pilihan politik masih kuat dengan budaya kawula, terutama di kawasan pedesaan atau pinggiran kota. Masyarakat cenderung mengikuti arahan tokoh yang dijadikan panutan sehingga hal ini perlu dipertimbangkan bagi pasangan calon untuk menggaet tokoh-tokoh lokal di Jabar.
Secara terpisah, dosen Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Firman Manan, berpendapat, dalam Pilkada Jabar, perlu diperhatikan pula pemilih muda yang berada pada kisaran 30 persen dari DPT. Pemilih muda ini juga menjadi salah satu variabel penentu kemenangan pasangan calon Ridwan-Uu.
”Angka pemilih muda di Jabar dari generasi milenial dalam pilpres dimungkinkan meningkat. Karena itu, pasangan calon yang bertarung dalam pilpres harus menyusun strategi spesifik untuk mendapatkan suara pemilih milenial,” ujar Firman.
Pemilih Papua
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Papua menemukan indikasi penggelembungan jumlah pemilih dalam DPT di Kabupaten Lanny Jaya. Total pemilih yang belum terverifikasi mencapai 3.752 orang. Anggota Bawaslu Papua, Jamaluddin dan Ronald Manoach, serta Ketua Bawaslu Papua Metusalak Infandi menyampaikan hal ini.
Jamaluddin mengatakan, masalah ini terungkap dalam rapat pleno penetapan DPT Provinsi Papua untuk Pemilu 2019. ”Dalam rapat pleno terungkap masuknya 3.752 pemilih itu tanpa melalui tahapan daftar pemilih sementara hasil perbaikan,” ujarnya.
Ketika dikonfirmasi, anggota KPU Provinsi Papua, Tarwinto, mengatakan, pihaknya memberikan kesempatan kepada Bawaslu Papua untuk memverifikasi hasil DPT yang telah ditetapkan pada Kamis lalu.