MEKKAH, KOMPAS —Pergeseran ke Madinah dan kepulangan jemaah ke Tanah Air berisiko memicu penyebaran penyakit. Perlu antisipasi lintas-sektor untuk mencegah penyakit menular yang mungkin terbawa jemaah ke Tanah Air.
Hal itu dikemukakan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Eka Jusup Singka ketika dihubungi dari Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (1/9/2018). Pernyataan Eka selaras dengan delapan inovasi penyelenggaraan haji 2019 yang diluncurkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Jeddah, Arab Saudi, Rabu lalu.
Salah satu butir inovasi itu adalah pemantauan kesehatan jemaah. Rekam kesehatan jemaah didorong terintegrasi dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) disertai penanganan kesehatan jemaah sejak dari hulu.
Menurut Eka, sistem kesehatan kini terintegrasi dengan pelayanan umum Kemenag. Sistem komputerisasi haji terpadu kesehatan (siskohatkes) mencatat semua pemeriksaan kesehatan haji sejak dini, sejak jemaah pra-keberangkatan, estimasi keberangkatan hingga kepulangan ke Tanah Air.
Eka sekaligus menggarisbawahi pernyataan Sekretaris Jenderal Kemenkes Untung Suseno Sutarjo saat membuka Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Kesehatan Haji di Debarkasi tahun 1439H/2018 M, di Jakarta, Kamis lalu.
"Jemaah haji sebagian sudah pulang ke Indonesia. Maka perlu antisipasi penanganan kesehatan saat kepulangannya," kata Untung dalam forum yang dihadiri pejabat dari Kemenag dan serta para kepala kantor kesehatan pelabuhan pada 13 embarkasi haji dan lima embarkasi haji antara di Tanah Air.
Indonesia terbaik
Sementara itu, Komite Kantor Urusan Haji Arab Saudi Daerah Kerja Makkah al-Mukarramah menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia atas pelayanan kesehatan haji tahun 2018 ini.
Dalam siaran pers yang disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati, disebutkan bahwa ucapan terima kasih itu disampaikan oleh Ketua Komite Kantor Urusan Haji Makkah al-Mukarramah,Tal\'at bin Abdul Aziz Mansyi, di Mekkah tanggal 16 Agustus lalu.
Ada lebih dari 30 negara diundang oleh Kementerian Haji Arab Saudi untuk diberikan apresiasi atas pelayanan kesehatan kepada jamaah haji negara masing-masing. Selain Indonesia, beberapa negara juga diundang di antaranya Malaysia, Pakistan, India, Oman, Thailand, Turki, Iran, Irak, Nigeria, Kazakhstan, dan China.
Secara lisan disampaikan bahwa Indonesia terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan haji, diikuti Malaysia. Namun peringkat Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Malaysia.
Sebelum memberikan apresiasi, tim dari Pemerintah Arab Saudi sudah berkali-kali meninjau ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, baik dari Kementerian Kesehatan maupun dari Kementerian Urusan Haji, Arab Saudi.
"Mereka datang untuk melihat perizinan, sarana dan prasarana serta pelayanan kepada jamaah haji kita. Mereka menilai bagus apa yang kita lakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan sehingga kita diberikan apresiasi," kata Kepala Bidang Kesehatan Melzan Dharmayuli di Mekkah.
Menurut Melzan, pemeriksaan oleh Kementerian Haji di Arab Saudi sangat ketat. Perizinan untuk tahun ini tidak cukup di Kemenkes Arab Saudi melainkan harus ke Kementerian Urusan Haji. "Jadi, sudah berlapis-lapis mereka menyaring untuk memberikan penilaian kepada kita," kata Melzan.
Sehari sebelum fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Kepala Kantor Urusan Misi Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Makkah datang ke KKHI di Mekkah dan untuk melihat langsung fasilitas pelayanan kesehatan Indonesia yang menurutnya adalah yang terbaik di antara negara-negara yang memberikan pelayanan kepada jemaah haji mereka.
Pelayanan kesehatan haji mulai dari dokter di setiap kloter. Kemudian di sektor ada Tim Gerak Cepat (TGC). Ada juga Tim Promotif Preventif (TPP) dan SDM, serta fasilitas di KKHI Makkah yang memadai dokter spesialisnya.
Kepala Kesehatan Kesehatan Makkah M Imran menegaskan, kesiapan tim kesehatan Indonesia ada di semua lini. "Pemerintah Indonesia dinilai paling inovatif jauh di atas ekspektasi mereka seperti misalnya kita menyiapkan APD, kacamata, kipas, sendal. Inovasi kita dinilai lebih baik dari negara lain. Kita tidak hanya menyediakan dokter dan perawat saja," tambah Imran.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka menegaskan bahwa penghargaan itu harus ditanggapi dengan kinerja yang lebih baik lagi
"Semuanya membuat kita harus lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada jemaah. Sudah seharusnya pemerintah lebih berkomitmen dalam penyelenggaraan kesehatan haji," papar Eka. (NAR/*)