Pertemuan Ketiga Presiden Korsel dan Pemimpin Korut Sedang Disiapkan
Oleh
Retno Bintarti
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, pekan depan, akan mengirim utusan khusus ke Pyongyang untuk membicarakan persiapan pertemuan puncak ketiga antara dirinya dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Selain melanjutkan isu denuklirisasi, utusan khusus juga akan membicarakan bagaimana membangun perdamaian.
Juru bicara presiden, Kim Eui-kyeom, Jumat (31/8/2018), belum mengungkapkan secara rinci siapa saja yang akan diutus ke Pyongyang. Dia hanya menyebutkan utusan akan berangkat Rabu pekan depan.
”Karena pertemuan puncak yang akan diadakan waktunya sangat penting, diputuskan untuk mengirim utusan khusus guna melakukan diskusi lebih intens,” kata Kim Eui-kyeom.
Kedua pemimpin Korea sudah dua kali bertemu dan mereka merencanakan akan melakukan pertemuan berikut pada September. Tanggal persis sejauh ini belum ditetapkan. Momen pertemuan pertama pada April menorehkan sejarah mengingat baru pertama kalinya pemimpin Korut melangkahkan kaki ke Korsel sejak Perang Korea 1950-1953.
Persiapan pertemuan ketiga dilakukan di tengah kemandekan pembicaraan antara Washington dan Pyongyang setelah pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong Un, Juni lalu. Presiden Trump, pekan lalu, menginstruksikan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo agar mengurungkan keberangkatannya ke Korut. Hal ini dilakukan karena setelah beberapa kali pertemuan, tidak ada kemajuan berarti dari rencana perlucutan senjata nuklir Korut.
Pompeo dalam keterangannya, Selasa silam, mengatakan, Washington tetap siap terlibat dengan catatan, ”apabila sudah jelas, pemimpin Kim siap melaksanakan komitmen yang telah dibuat dalam pertemuan puncak di Singapura, sepenuhnya melakukan perlucutan nuklir di Korut”.
Menurut harian terkemuka The Washington Post, Trump membatalkan keberangkatan Pompeo setelah Pyongyang mengirim surat bernada keras kepada Menlu Pompeo.
Tak ada kemajuan
Pompeo sebelumnya sudah beberapa kali menemui pejabat di Pyongyang sebelum pertemuan puncak ataupun sesudahnya. Namun, sampai hampir tiga bulan sejak Trump bertemu Kim Jong Un, dinilai tidak ada kemajuan yang dihasilkan. Bahkan, pejabat di Korut marah dan menyebut Washington ”seperti jagoan” yang meminta perlucutan senjata secara menyeluruh, dapat diverifikasi, dan tak bisa diubah.
Trump lalu menyalahkan China atas mandeknya perundingan denuklirisasi. Menurut dia, China telah menekan sekutunya Korut setelah munculnya ketegangan dagang antara China dan AS. China, tuduh Trump, telah menyediakan uang, bahan bakar, pupuk, serta komoditas lain untuk Korut. Tindakan ini melanggar sanksi internasional terhadap Korut.
Sebelumnya, Trump mengklaim membuat sejarah saat dia bertemu langsung dengan pemimpin Korut, Kim Jong Un, Juni. Ketika itu, dia menyatakan keyakinannya perlucutan senjata nuklir segera terwujud. Korut sudah melangkah dengan menutup salah satu pabrik percobaan nuklir dan menghentikan uji coba nuklir.
Trump belakangan memuji hubungan personalnya dengan Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan kemungkinan AS akan menghentikan latihan militernya dengan Korsel.
Sementara kantor kepresidenan Korsel, pekan lalu, mengatakan, kemungkinan akan menunda pembukaan kantor penghubung di Korut. Pernyataan ini dikeluarkan setelah adanya penundaan mendadak kunjungan Pompeo ke Pyongyang. (AFP/AP/REUTERS)