Perubahan Bali di Mata Kartunis
Pengantar: untuk Sabtu atau Minggu
---------------------------------
Di tengah sebuah restoran di bilangan Sanur, Kota Denpasar, Bali, sekitar 30 kartun dipajang pada easel. Karya dari 10 kartunis di Bali itu sengaja dipajang tidak jauh dari meja restoran sehingga pengunjung restoran Retro Kitchen and Bar Sanur itu dapat memandangi kartun itu dari dekat tempat duduk mereka. Karikatur atau kartun, karya seni yang jenaka tetapi serius, dapat dinikmati secara cermat sekaligus dengan santai.
Kartun karya kartunis Bog-Bog, majalah karikatur di Bali, di antaranya, Kadek Jango Pramartha, Gusti Putu ”Ebo” Adi, Ida Bagus ”Monez” Antoni Putra, Agung Yudha, Chuks Handono, dan Wayan Nuriarta serta Taker Team (DKV STD 2015), mengangkat sebuah isu, yakni tentang perubahan Bali. Pamerannya itu berjudul ”Globalisexy”.
Pameran ”Globalisexy” yang dijadwalkan berlangsung selama satu bulan, mulai Sabtu (18/8/2018), merupakan rangkaian kegiatan Sanur Village Festival 2018. Dalam pameran kartun pada Sabtu itu juga ditampilkan karikatur tentang peristiwa peledakan bom di Bali 2002 karya GM Sudarta.
Pembukaan pameran ”Globalisexy” itu diisi dengan pembacaan puisi berjudul ”Kota Kita” oleh Warih Wisatsana yang sekaligus untuk mengenang kartunis GM Sudarta, pencipta tokoh Oom Pasikom yang sudah berpulang pada 30 Juni 2018.
Kurator pameran kartun ”Globalisexy”, Yudha Bantono, menyebutkan, para kartunis itu menangkap beragam dinamika perubahan yang berkembang di Bali sebagai rujukan kesadaran mereka dengan masing-masing karakternya yang berbeda-beda.
Perubahan gaya hidup antara adat, tradisi, dan modernisasi serta pergeseran budaya akibat maraknya tuntutan pariwisata dan kemajuan teknologi digital.
Yudha menambahkan, setiap kartunis itu melalui proses perenungannya menyampaikan permasalahan yang terjadi, terutama setiap perubahan yang menyangkut dialog mengenai ruang antara tradisi dan modernisasi. ”Kesemuanya menunjukkan cara pengungkapan yang dapat dijadikan referensi dalam ukuran permasalahan yang tengah terjadi di Bali,” kata Yudha dalam tulisan pengantar pameran ”Globalisexy”.
Simak kartun karya Jango Pramartha. Pemain dari dua kesebelasan dan wasit terpaksa jeda di tengah-tengah laga sepak bola karena sekelompok orang Bali menggelar upacara di tengah lapangan itu. Jango menggambarkan upacara ritual itu lengkap dengan penari barong dan pemain gamelan. Kartun itu menggelitik dan segera memancing senyum karena kocak dan mencerminkan kebalian.
Kartunis Putu Ebo menyoroti semakin terbatasnya tanah di Bali karena lahan sudah nyaris habis dikapling investor. Melalui kartunnya, Putu Ebo menampilkan banyak tanah di Bali sudah diberi penanda kode batang atau barcode. Kondisi itu dapat dirasakan di Bali. Ironis sekaligus jenaka.
Kartunis Pinky Sinanta menampilkan kartun tentang dua perempuan Bali yang mengenakan pakaian Bali. Salah satu dari perempuan itu menyiapkan janur untuk menyambut upacara di pura. Sementara itu, perempuan Bali lainnya menyiapkan ponsel pintarnya untuk mengunggah hasil swafoto dirinya ke media sosial agar memperoleh comment atau like.
Masih tentang teknologi digital, Putu Ebo menampilkan kartunnya tentang dua perempuan Bali menggunakan kacamata canggih dengan kemampuan kamera realitas maya (virtual reality/VR) dan 3 dimensi (3D) saat membuat ketupat dan gebogan, atau susunan buah untuk persembahan. Di zaman now, tradisi diteruskan melalui dukungan teknologi digital.
Akademisi dan koordinator program Bali Studio dari University of Western Australia (UWA), Australia, Paul Trinidad, menyatakan, kartun karya kartunis di Bali itu mencerminkan dinamika orang Bali di tengah-tengah perubahan global dan perkembangan modernisasi tetapi sekaligus masih menjalani tradisi.
Paul mengatakan, dinamika dan perubahan yang dialami Bali dan orang Bali itu menarik diamati dan dicermati sejalan dengan posisi Bali yang dikenal sebagai daerah tujuan pariwisata dunia.
”Tema pameran, yakni ’Globalisexy’, itu dapat ditafsirkan Bali di tengah perubahan global menjadi menarik atau seksi untuk diamati dan dicermati,” kata Paul ketika menghadiri pembukaan pameran ”Globalisexy” di restoran Retro, Sanur, Sabtu.
Sebelum membaca puisi berjudul ”Kota Kita” yang ditujukan demi mengenang almarhum GM Sudarta, Warih menyatakan, GM Sudarta pernah menyebutkan kartunis juga memiliki tugas untuk mengingatkan masyarakat.
”Agar masyarakat tidak amnesia, agar tidak lupa akan kejadian, agar tidak lupa akan peristiwa,” kata Warih yang juga koordinator Bentara Budaya Bali.