LOMBOK TENGAH, KOMPAS Kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, mulai hidup lagi. Di Lombok Tengah, ada peningkatan kunjungan sekitar 10 persen dari kondisi terpuruk setelah gempa.
Dalam sepekan terakhir, demikian kata Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Lombok Tengah Lalu Fathurrahman, wisatawan mulai berdatangan kembali. Pengunjung di kawasan Pantai Selong Belanak yang sebelumnya kurang dari 10 orang, sekarang puluhan orang. ”Ada peningkatan kunjungan sekitar 10 persen,” ujarnya, Jumat (31/8/2018).
Fathurrahman mengatakan, pariwisata di Lombok Tengah kena imbas bencana gempa yang mengguncang Lombok meski bukan wilayah terdampak. Begitu terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 7,0, Minggu (5/8), hampir 90 persen wisatawan membatalkan pesanan.
”Padahal, bangunan di Lombok Tengah tidak terdampak gempa. Jadi, kami pastikan tetap aman dan nyaman untuk wisata. Hotel dan restoran di sini tetap buka meski di Lombok terjadi gempa,” katanya di Pantai Selong Belanak.
Sehari sebelumnya, dalam kunjungan kerja ke Lombok, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pemerintah telah membentuk tim pemulihan pariwisata NTB setelah gempa. Tim tersebut akan mempromosikan pariwisata Lombok, terutama untuk destinasi wisata yang tidak terdampak gempa. Untuk kegiatan promosi, pemerintah menganggarkan Rp 20 miliar.
”Promosi dibagi menjadi tiga, yaitu branding untuk menceritakan keindahan NTB, advertising untuk menceritakan kegiatan pariwisata yang digelar di NTB, dan selling atau penjualan langsung,” katanya.
Berdasarkan pantauan di Lombok Tengah, obyek-obyek wisata sudah kembali dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara, mulai dari Selong Belanak, Mawun, hingga pantai di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, seperti Kuta, Seger, dan Pantai Tanjung Aan.
Di Selong Belanak, puluhan wisatawan mancanegara terlihat menikmati berbagai aktivitas, seperti berselancar, santai di kursi panjang, dan berkumpul di warung atau restoran. ”Pada 18 Agustus, saya dan pacar saya, Julian Schmitt asal Jerman, ke sini untuk berselancar. Saat itu sepi. Sekarang sudah banyak yang ke sini,” kata Miesya Achmad (27) asal Yogyakarta.
Minim informasi
Damien Wimmer dan Nadia Doriot, wisatawan asal Swiss yang ditemui di Kuta Mandalika, mengatakan, sebelum berangkat dari Bali ke Lombok, mereka diingatkan banyak orang, termasuk keluarga dan teman, tentang gempa yang terus mengguncang Lombok dan membuat kerusakan. ”Masalahnya, kami dan wisatawan asing di Bali tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang kondisi Lombok setelah gempa. Kami kira, semua daerah di Lombok rusak. Padahal, sisi selatan (Kuta Mandalika) masih aman dikunjungi,” kata Damien.
Geliat pariwisata di Kuta Mandalika terlihat dari banyaknya kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, yang datang. Menurut Saparudin (25), petugas parkir di Kuta Mandalika, setelah gempa, paling banyak enam sepeda motor dan enam mobil per hari yang datang. ”Sekarang sepeda motor sudah 80 unit dan mobil 150 unit per hari,” katanya.
Di Gili Trawangan, Lombok Utara, meski belum sepenuhnya normal, hotel sudah membuka pemesanan. Financial Controller Hotel Vila Ombak Dewa Made Wartana mengatakan, 20 kamar dari 148 kamar sudah dipesan tamu dengan harga khusus. ”Kamar itu aman untuk ditempati. Hari ini, ada tiga kamar yang terisi tamu asing,” kata Dewa.
Menurut General Manager Qunci Villas, Senggigi, Lombok Barat, Wiwit Suprapti, kepastian tentang kondisi Lombok saat ini sangat dibutuhkan tamu. ”Kami tidak bisa mengatakan Lombok aman. Yang bisa kami sampaikan adalah kami sudah buka seperti biasa, pelayanan juga tidak berubah,” katanya.
Sementara itu, perbaikan rumah yang rusak akan dilakukan masyarakat secara gotong royong. Hal itu dikatakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di sela pelepasan calon pegawai negeri sipil (CPNS) Kementerian PUPR ke NTB, Jumat, di Kompleks Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Rumah yang dibangun harus mampu menahan guncangan gempa karena potensi gempa pada masa mendatang tetap ada. Salah satu metode konstruksi rumah yang dapat diadopsi adalah rumah instan sederhana sehat (risha). Rumah risha terbukti tahan guncangan gempa dan telah dibangun di Aceh, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Untuk memenuhi standar rumah tahan gempa, masyarakat akan didampingi fasilitator, termasuk CPNS dari PUPR.
Agar rehabilitasi dan rekonstruksi selesai sesuai target, kementerian dan lembaga harus fokus dan saling berkoordinasi. Hal ini mengemuka dalam rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Jumat. (JUM/ZAK/RUL/NAD/E20)