JAKARTA, KOMPAS — Tak sampai sehari lagi Asian Games 2018 akan usai. Kemacetan yang mencekik dan antrean tiket yang mengular bukan halangan bagi puluhan ribu orang untuk datang berbondong ke Gelora Bung Karno. Mereka tak mau ketinggalan menikmati momen terakhir pesta olahraga itu bersama keluarga, Sabtu (1/9/2018).
Lima pintu masuk disiapkan untuk mengantisipasi membeludaknya jumlah pengunjung. Tiga titik loket juga dibuka agar antrean tidak terlalu panjang. Namun, itu saja belum cukup melancarkan arus kedatangan puluhan ribu orang yang hari itu menyerbu GBK.
Antusiasme masyarakat yang memadati GBK hari ini lebih besar daripada saat pembukaan. Di Pintu 1, misalnya, antrean pengunjung di empat lajur jalan masuk mengular hingga lebih dari 500 meter. Beberapa ibu yang membawa anak balita duduk beristirahat, sementara suaminya mengantre masuk.
”Asian Games kali ini luar biasa, pembukaan yang meriah dan capaian atlet yang luar biasa bikin kami semakin penasaran,” kata Rudi (45). Istri dan anak-anak Rudi ngotot ingin melihat kemeriahan Asian Games di GBK secara langsung.
Rudi membawa serta istrinya, Yani (38), dan kelima anaknya, yaitu Rifki (15), Rifka (14), Rifazi (17 bulan). Mereka berlima berangkat dari rumah di Ciputat menggunakan KRL dan turun di Stasiun Palmerah. Lalu, berjalan dari stasiun hingga Pintu 1 untuk mengantre tiket.
Saat itu Rudi sedang menggendong Rifazi yang pulas tertidur, sementara istri dan anaknya yang lain mengantre tiket. ”Udah sejam lebih ngantre. Capek sih jalan dari stasiun sampai sini dan harus ngantre tiket lumayan lama, tetapi seru kok,” ujar Rudi.
Rudi bukan satu-satunya yang membawa anak balita. Hari itu, banyak sekali pengunjung yang membawa anak balita. Ada yang mengantre dengan menggendong anak, tetapi banyak juga yang membawa kereta dorong untuk meringankan beban.
Suasana di GBK hari itu ramai bukan main, jalanan penuh dan riuh oleh orang-orang dengan berbagai bahasa. Di sejumlah halte transJakarta, puluhan calon penumpang menumpuk. Kerap kali, sopir bus transjakarta harus turun dan melarang penumpang tak memaksa menaiki bus yang sudah terlalu penuh.
Supriyono (30) duduk kelelahan, sementara anaknya, Akmal (3), berlari riang kian kemari. Ia mengeluh lelah karena sudah mengantre lebih kurang 1 jam di Pintu 1, tetapi tiba-tiba disuruh pindah ke Pintu 3.
”Katanya Pintu 1 itu cuma untuk orang yang udah punya tiket, bukan tempat pembelian tiket,” kata Supriyono. Namun, tak lama kemudian keceriaan Supriyono sudah kembali lagi. Istrinya, Yana (33), sudah kembali dengan membawa tiket festival.
Akmal senang bukan kepalang. Meskipun anak seusianya tidak diwajibkan membeli tiket, ia tetap saja merengek minta tangannya dipasangi tiket berbentuk gelang itu. ”Da-da... Om,” kata Akmal riang saat pergi menuju ke Pintu 5 untuk masuk ke dalam GBK.
Suasana di dalam GBK bahkan lebih ramai daripada antrean pengunjung di luar. Hampir tidak ada tempat tersisa untuk pengunjung duduk. Di Zona Bhin Bhin bahkan penjual makanan pun kelelahan melayani pesanan yang datang tanpa henti.
”Sekali-sekali lah, kita ikut merayakan pesta. Lagi pula, jarang juga orang Jakarta punya hiburan semenarik ini,” kata Supriyono. (PANDU WIYOGA)