Pesta Olahraga, Pesta Warga, dan Pesta Warganet
Akhir dari hajatan olahraga Asian Games 2018 telah tiba. Sesuai semangatnya, Indonesia berhasil memperlihatkan energi Asia dari tanggal 18 Agustus hingga ditutup tanggal 2 September, baik sebagai peserta maupun sebagai tuan rumah.
Mereka datang ke arena pertandingan, menyoraki atlet Indonesia, mengajak keluarga untuk menghabiskan waktu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, menggunakan transportasi umum transjakarta untuk mengurangi kemacetan, dan membeli suvenir karena acara yang sama bukan tidak mungkin sulit terulang dalam 10-20 tahun mendatang. Di tengah beberapa catatan selama penyelenggaraan, seperti masalah tiket dan hak siar, Asian Games menjadi satu-satunya pusat perhatian Indonesia saat ini.
Selama 16 hari yang mengaduk emosi. Asian Games 2018 digunakan untuk menumpahkan kegembiraan, kekecewaan, kekesalan, antusiasme, dan harapan demi mendukung atlet yang lama mereka ikuti perjalanannya atau baru saja dikenal melalui pemberitaan. Sebuah oase setelah lelah bertahun-tahun sibuk bertengkar soal politik.
Tidak jauh berbeda, linimasa media sosial juga ikut merayakan Asian Games. Meski pembicaraan mengenai tagar mengganti presiden masih berlangsung, ada topik yang bisa dibicarakan bersama tanpa harus mengidentifikasi diri sebagai ”cebong” ataupun ”kampret”, yakni bendera Merah Putih di arena pertandingan.
Berdasarkan pemantauan Kompas, linimasa sudah gaduh sejak hari pertama Asian Games dibuka. Upacara pembukaan digambarkan megah dan spektakuler karena sukses memanggungkan kekayaan alam, budaya, dan keramahan warga Indonesia. Panggung berupa replika hutan seluas 1.350 meter persegi menggambarkan Indonesia sebagai negara cincin api yang dikelilingi gunung berapi berpadu dengan penampilan ribuan penari dengan koreografi yang rancak.
Dalam acara pembukaan itu, semua sepakat bahwa kedatangan Presiden Joko Widodo dilakukan dengan cara yang tidak lazim. Dipadu dengan rekaman video yang dilakukan terpisah, presiden digambarkan menaiki sepeda motor dan bermanuver di jalan raya hingga tiba di atas panggung.
Penampilan biduanita Via Vallen dalam acara tersebut juga ditanggapi Jokowi dengan berjoget seperti mendayung perahu. Gerakan tersebut ditiru Lee Donghae dari Super Junior saat mengonfirmasi kedatangannya dalam upacara penutupan Asian Games 2018, dan dengan segera menjadi viral diikuti dalam bentuk video-video di Youtube.
Percakapan di Twitter menggunakan tagar #AsianGames2018 hari itu mencapai 1 juta tweet dan tagar #OpeningCeremonyAsianGames2018 sempat bertengger di puncak topik tren dunia. Selain penampilan di panggung, pertunjukan kembang api yang memikat penonton di dalam stadion ataupun di luar beredar luas di media sosial.
Seorang pengguna Twitter dengan akun @reyeolie menyebut upacara tersebut membuatnya terharu karena mengingatkannya pada kemegahan upacara sekelas olimpiade di Pyeongchang.
Penampilan Joko Widodo selama acara pembukaan juga menjadi bahan pemberitaan media dalam negeri ataupun internasional. Tentu saja pro dan kontra bermunculan karena dia menggunakan pemeran pengganti selama menaiki sepeda motor. Mereka yang berseberangan segera melontarkan kecaman karena menuding terjadi penipuan hingga pencitraan, padahal yang terjadi dalam acara tersebut sepenuhnya hiburan semata.
Contohnya dicuitkan akun @SyaefullahHamid yang mengatakan bahwa aksi tersebut dimanfaatkan presiden untuk menciptakan citra pribadi semata.
Drama medali
Meriahnya respon warganet atas upacara pembukaan Asian Games 2018 juga mendorong semangat para atlet mempersembahkan medali emas bagi Indonesia. Warganet ikut bersorak menyambut medali emas pertama yang diraih Defia Rosmaniar dari cabang taekwondo saat ditonton langsung oleh Jokowi.
”Defia, rakyat Indonesia bangga padamu!” cuit Jokowi melalui akun @Jokowi.
Dan Defia adalah awal dari puluhan medali emas yang diraih atlet Indonesia. Hingga Jumat (31/8/2018), tercatat sudah 30 medali emas, 23 medali perak, dan 40 perunggu. Kejutan demi kejutan, dalam pengertian yang positif, terus terjadi dari arena pertandingan.
Kisah-kisah para atlet yang tidak diperhitungkan bisa merebut perhatian dengan raihan medali emas ramai beredar di media sosial. Kisah perjuangan mereka, inspirasi, segera memenuhi linimasa setiap ada medali emas yang baru direbut. Misalnya atlet wushu Lindswell Kwok yang mempersembahkan medali emasnya sebagai penutup karier, lifter Eko Yuli Irawan yang latar belakang dari keluarga tidak mampu berhasil memberikan kebanggaan bagi Indonesia.
Ada juga cerita kekalahan timnas sepak bola Indonesia, tetapi tetap bisa menegakkan kepala karena dukungan para warganet yang melihat langsung jalannya pertandingan. Bahkan, wacana penggantian pelatih Luis Milla karena hasil itu bisa diurungkan berkat desakan dari warganet.
Rifki Ardiansyah, karateka asal Surabaya sekaligus prajurit TNI AD, juga mencuri perhatian karena sukses menumbangkan juara bertahan dari Iran, Amir Mahdizadeh. Mahdizadeh yang meraih medali emas untuk kelas 60 kilogram di Asian Games 2014 Incheon, dan Kejuaraan Asia 2015 dan 2017 bisa ditumbangkan oleh Rifki yang masih berusia 20 tahun.
Tidaklah mengherankan saat Kompas menulis sosoknya dengan tajuk ”Anak Muda Penakluk Raksasa” atas pencapaiannya. Rifki yang berpangkat sersan dua langsung banjir pujian di linimasa.
Anthony Ginting, pebulu tangkis yang tumbang di lapangan saat set ketiga pertandingan final beregu putra melawan Shi Yuqi karena cedera otot kaki, meski gagal mendapatkan medali emas, berhasil memenangkan hati warganet. Ada memang sebagian dari mereka yang meninggalkan komentar pedas di akun Instagram-nya, tapi jumlahnya kalah banyak dengan mereka yang memberi dorongan semangat untuk kembali bangkit di pertandingan selanjutnya.
Lain lagi dengan Jonatan Christie yang meraih medali emas dari cabang bulu tangkis tunggal putra. Dia meluapkan kegembiraan sambil melepas kaos, menampilkan ototnya yang terbentuk. Dan dengan segera, dunia internet di Indonesia kembali geger.
Gambar Jojo bertelanjang dada diunggah ke media sosial oleh para pengguna yang sebagian besar adalah perempuan dengan komentar yang memuji bentuk fisiknya. Hanya saja hal itu menimbulkan diskusi terkait topik yang memiliki tagar #jojobukabaju bahwa hal tersebut juga menjadi bentuk pelecehan seksual. Bahwa semua orang sebetulnya bisa menjadi sasaran pelecehan seksual, tidak peduli perempuan atau laki-laki seperti dicuitkan akun @evrittap.
Video Aries Susanti Rahayu, peraih dua medali emas untuk cabang olahraga panjat tebing yang dibagi di linimasa, terus mengundang decak kagum. Badannya seperti merayap cepat di tembok tanpa kesulitan berarti hingga mencapai puncak dan mengalahkan lawannya. Bahwa dia mengenakan jilbab pun tidak menghalanginya untuk berprestasi di bidang olahraga.
Lalu, Muhammad Zohri yang menjadi fenomena saat mengikuti Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Finlandia meleset dari ekspektasi awal. Di nomor 100 meter, Zohri gagal menyumbangkan medali dan tiba di garis akhir pada urutan tujuh dari delapan pelari.
Komentar pedas warganet berdatangan. Namun, semua kembali dibungkam oleh medali perak yang dipersembahkan melalui nomor lari estafet 4 x 100 meter.
Dan siapa pun di Indonesia saat ini takkan melupakan pelukan yang dilakukan Hanifan Yudani Kusumah, pesilat yang bisa memeluk dua tokoh yang selama ini digambarkan berseberangan, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Keduanya akan berhadapan dalam Pilpres 2019 dan tensinya sudah terasa sejak beberapa tahun terakhir sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa siapa pun pemenangnya akan membuat masyarakat Indonesia terbelah.
Dan saat Hanifan merayakan medali emas dan memeluk Prabowo selaku Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia, tangannya juga meraih Jokowi untuk ikut berpelukan. Jadilah dia menjadi ”jembatan” yang menghubungkan jurang yang selama ini memisahkan Indonesia.
Akun @biharfajarian mengaku tersentuh melihat adegan tersebut. Meski menonton dari televisi, adegan berpelukan tak pelak membuatnya bertepuk tangan.
Meski hanya berlangsung sesaat, adegan itu terus diunggah di media sosial disertai harapan bahwa efeknya akan terus berputar dan bergulir hingga pilpres berlangsung. Kontestasi politik yang tidak harus berakhir dengan konflik horizontal.
Di Twitter, momen tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meredakan tensi dengan berbagai konten yang sifatnya menghibur. Begitu banyak meme yang beredar, mulai dari dialog imajiner sampai bentuk ilustrasi.
Dan rentetan dampak positif yang dihasilkan Asian Games 2018 tidak hanya berbentuk dalam prestasi ataupun ekonomi. Olahraga telah menunjukkan perannya sebagai sarana untuk menyuguhkan kebahagiaan bukan saja di arena pertandingan ataupun kursi penonton, melainkan siapa saja yang terkait di sana.
Semua berpesta, di arena, di lapangan, dan di linimasa.