BOGOR, KOMPAS Son Heung-min, bintang klub Tottenham Hotspur, membawa Korea Selatan meraih medali emas sepak bola Asian Games 2018 seusai mengalahkan Jepang 2-1, Sabtu (1/9/2018) di Stadion Pakansari, Bogor. Medali emas itu menjadi tonggak bersejarah bagi Son dan Korsel yang kini menjadi ”raja” sepak bola Asia.
Berkat kemenangan itu, Korsel mengukuhkan diri sebagai tim sepak bola terbaik sepanjang sejarah Asian Games. Mereka menyabet lima medali emas sepak bola, melampaui Iran dengan empat emas.
Korsel juga menjadi tim pertama sejak Iran pada 2002 yang mempertahankan gelar juara sepak bola Asian Games. Tim ”Ksatria Taeguk” adalah peraih emas di Asian Games 2014 Incheon.
Euforia kegembiraan terlihat di wajah Son yang tampil habis-habisan dalam laga yang berlangsung hingga babak ekstra atau perpanjangan waktu itu. Dia melompat girang dan merangkul pelatih serta satu per satu rekan-rekan setim seusai laga.
Medali emas Asian Games menjadi pencapaian tertingginya. Son, yang belum pernah meraih trofi bersama Spurs, absen saat Korsel meraih emas di Incheon empat tahun silam. Saat itu, klubnya, Bayer Leverkusen, enggan melepasnya tampil di Asian Games 2014.
Medali emas itu juga sekaligus memupus kegundahan Son dan kawan-kawan pada bayang-bayang wajib militer. Berkat medali emas di Bogor, mereka bisa fokus menekuni karier sepak bola profesional tanpa harus memenuhi tugas negara selama 21 bulan laiknya pria Korsel sebelum berusia 28 tahun. Pemerintah Korsel membebaskan warga menjalankan kewajiban itu asalkan meraih prestasi olahraga membanggakan, seperti medali emas Asian Games atau medali apa pun di Olimpiade.
”Kami menunjukkan yang terbaik meski melewati perpanjangan waktu. Kami berkembang dan banyak belajar di sini,” ujar Lee Seung-woo, salah satu pencetak gol Korsel ke gawang Jepang.
Pelatih Korsel U-23 Kim Hak-bum menyampaikan terima kasih kepada para pelatih klub-klub sepak bola, khususnya Spurs dan Hellas Verona, karena mengizinkan para pemain Korsel tampil di Asian Games 2018. ”Tanpa dukungan mereka, kami mungkin tidak bisa mencapai ini,” ujarnya.
Dalam pertandingan itu, Son tak menyia-nyiakan kepercayaan klub. Dia tampil gemilang.
Semua gol Korsel tercipta berkat kejelian dan teknik olah bolanya. Di awal babak pertama perpanjangan waktu, aksinya berbuah gol. Dari sayap kiri, dia menusuk ke kotak penalti Jepang, menggocek bola, mengecoh dua bek Jepang, dan memberi umpan berbuah gol.
Son tak lantas berhenti berkreasi. Asis matang lewat tendangan bebas pada menit ke-101 disambut kepala Hwang Hee-chan hingga tercipta gol kedua.
Pantang menyerah
Akan tetapi, Jepang—yang tampil dengan skuad termuda di Asian Games 2018, saat semua pemain berusia maksimal 21 tahun—tidak lantas menyerah. Tim untuk Olimpiade 2020 Tokyo dan Piala Dunia Qatar 2022 itu sempat membuat Korsel panik. Ayase Ueda, penyerang yang membela tim kampus, Hosei University FC, sempat membobol gawang Korsel pada menit ke-115.
Meski kalah, pelatih timnas U-21 Jepang Hajime Moriyasu mengapresiasi sikap mental anak-anak asuh yang pantang menyerah meski tertinggal dua gol. (JON)