Perdana Menteri Inggris Theresa May kembali mendapat kecaman keras terkait rencana cetak biru Brexit yang bertajuk ”Chequers”. Mantan Menlu Boris Johnson menyebut rancangan itu sebagai ”bendera kekalahan Inggris”.
Dalam kolom di harian Daily Telegraph, Johnson mengatakan, ”Inggris maju ke medan perang dengan mengibarkan bendera putih”. Ia mengacu pada rencana Inggris untuk tetap mengikuti aturan Uni Eropa, dengan imbalan Inggris memiliki kerja sama perdagangan bebas untuk barang.
Usulan Chequers itu membuat berang para pendukung Brexit di Partai Konservatif, termasuk Johnson. Menurut dia, rencana Chequers akan membuat Inggris tidak bisa melakukan kerja sama perdagangan bebas dengan negara mana pun.
”Kita tetap berada dalam antrean taksi UE, tapi kali ini dibiarkan terbelenggu karena kita tidak berhak menentukan destinasi yang akan dipilih. Kita tidak bisa mengambil alih kontrol, malah kehilangan kontrol,” tulis Johnson.
Kali ini dibiarkan terbelenggu karena kita tidak berhak menentukan destinasi yang akan dipilih.
Juru bicara May, James Slack, menyatakan, penentangan Johnson terhadap Chequers sudah lama diketahui sehingga tidak ada hal baru di dalam artikel tersebut yang harus direspons oleh May. ”Yang kita butuhkan saat ini adalah kepemimpinan yang serius, dengan rencana serius, dan itulah yang dimiliki oleh negeri ini dalam diri Perdana Menteri dan dalam rencana Brexit,” ujarnya.
Selasa (4/9/2018), Parlemen kembali bersidang untuk memberikan suaranya terhadap proposal Chequers. Hal ini menjadi krusial karena Partai Konservatif merupakan pemerintahan minoritas karena gagal memiliki kursi mayoritas di Parlemen. Sementara itu, May saat ini tidak bisa mengontrol anggota partainya.
Kemarin pendukung Brexit yang ”lunak” (tetap menginginkan relasi yang dekat dengan UE) di Konservatif mengajukan proposal tandingan, yang menegaskan bahwa Inggris harus tetap berada dalam pasar tunggal Eropa untuk barang dan jasa sedikitnya tiga tahun setelah resmi keluar dari UE. Saat ini, UE telah menyetujui untuk memberikan Inggris masa transisi selama dua tahun, dengan Inggris akan memiliki privilese sebagai anggota UE, tetapi tanpa hak suara.
Akan dihadang
Sebaliknya, 20 anggota parlemen pendukung Brexit yang ”keras” secara terbuka menyatakan akan mengeblok proposal May. Alasannya, Chequers akan menghalangi Inggris untuk memiliki bentuk perdagangan bebas sendiri dan bisa membuat Irlandia Utara terpisah dari Inggris.
Di Majelis Rendah Inggris (Commons), ada empat kubu yang terpecah terkait Brexit. Kubu yang pro Brexit dan anti UE, kubu anti Brexit dan menginginkan Inggris tetap bersama UE, kubu yang mendukung usulan Chequers, serta kubu yang menginginkan bentuk Brexit yang berbeda.
Kepada media Jerman, Frankfurter Allgemeine Zeitung, mantan juru runding Inggris untuk Brexit, Michel Barnier, mengatakan sangat menentang proposal yang diajukan May, tetapi dia berharap May tetap bertahan sebagai PM Inggris.
”Inggris memiliki pasar yang bagus untuk barang, jasa, modal, dan masyarakat. Ekosistem kita telah berkembang selama beberapa dekade,” kata Barnier. (AP/AFP)