Bentara Budaya Jakarta Pamerkan Karya Pemenang World Press Photo
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 136 karya foto dari fotografer internasional dipamerkan dalam pameran World Press Photo Exhibiton di Bentara Budaya Jakarta. Pameran foto-foto pemenang World Press Photo of the Year ini diharapkan menjadi motivasi bagi fotografer Indonesia untuk bisa menghasilkan karya foto kelas dunia.
Pameran foto yang digelar mulai hari Rabu (5/9/2018) hingga Kamis (26/9/2018) ini menampilkan karya 44 fotografer dari 22 negara yang menjadi juara di delapan kategori pada ajang World Press Photo. Foto-foto yang ditampilkan merupakan hasil seleksi lebih dari 73.000 foto yang didaftarkan oleh 4.548 fotografer dari seluruh dunia.
Hasil foto juara World Press Photo tersebut dibagi ke dalam delapan kategori penjurian. Kategori tersebut adalah alam, lingkungan, manusia, olahraga, berita umum, isu kontemporer, proyek jangka panjang, dan berita aktual. Termasuk yang ditampilkan dalam pameran di Bentara Budaya Jakarta ini adalah pemenang World Press Photo of the Year tahun 2018, karya fotografer Ronaldo Schemidt.
”Proses penjurian (World Press Photo of The Year 2018) dimulai sejak awal Februari kemarin. Hasil karya fotografer diseleksi oleh juri-juri independen,” ujar kurator pameran World Press Photo Exhibition 2018, Carla Vlaun, saat pembukaan pameran Rabu malam.
Setelah pemenang dari setiap kategori terpilih, dewan juri memilih enam foto yang menjadi nominasi World Press Photo of the Year. Hasilnya, foto karya Ronaldo Schemidt menjadi foto terbaik pada tahun 2018.
Foto tersebut diambil saat terjadi krisis di Venezuela pada tahun lalu. Seorang pengunjuk rasa bernama Jose Victor Salazar Balza tersambar api dalam sebuah bentrokan di Caracas, Venezuela. Vlaun mengatakan, saat itu, Schemidt tengah mengambil foto bentrokan ketika di belakangnya sekumpulan orang berlari dan salah satunya terkena api.
Terpilihnya foto tersebut sebagai foto terbaik dinilai dari kesulitan Schemidt dalam menembus lokasi pertikaian antara warga dan polisi huru-hara Venezuela. Selain itu, simbolisme-simbolisme yang ada dalam foto itu juga menjadi salah satu nilai penting karya pewarta foto Agence France-Presse (AFP) tersebut.
”Api dalam foto tersebut melambangkan Venezuela yang terbakar dalam krisis. Sementara, Jose yang saat difoto menggunakan masker melambangkan kesulitan yang dialami oleh rakyat Venezuela,” kata Vlaun.
Vlaun juga mengatakan, dengan mengadakan pameran foto ini, diharapkan dapat memotivasi fotografer Indonesia. Oleh karena itu, dengan memperlihatkan hasil karya para fotografer internasional, para pegiat foto Indonesia dapat mempelajari banyak hal seputar fotografi. Mereka dapat melihat komposisi yang tepat untuk sebuah gambar hingga pemilihan sudut yang menarik untuk obyek foto yang berbeda-beda.
Selain itu, fotografer Indonesia juga punya keinginan yang tinggi untuk belajar. Hal ini dinilai penting untuk mengejar kualitas foto yang bagus.
”Tahun ini, ada fotografer asal Indonesia yang mengumpulkan hasil karyanya untuk dinilai. Jumlahnya ada 51 orang,” kata Vlaun.
Hal ini juga ditegaskan oleh Direktur Erasmus Huis, Michael Rauner. Menurut Rauner, pameran foto ini dapat dijadikan pelecut semangat baik bagi pewarta foto untuk mengejar gambar dengan kualitas yang baik.
Ia juga mengatakan, fotografer Indonesia juga dapat mengetahui hasil foto yang baik didapat dengan melakukan usaha dengan maksimal. Dengan begitu, mereka dapat semakin tertarik untuk mendalami dunia fotografi.
Lebih lanjut, ia mengatakan, semakin banyak orang yang tertarik untuk menjadi fotografer, cerita-cerita yang ditampilkan dalam sebuah foto akan semakin beragam. Hal ini karena mereka akan mengambil perspektif yang dinilai menarik dan penting untuk diketahui.
”Foto-foto yang baik itu tidak hanya menjadi bahan pameran. Informasi terkait latar belakang pengambilan sebuah foto dapat menjadi media pembelajaran bagi orang-orang,” ujar Rauner. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA TELLING)