JAKARTA, KOMPAS — Cuaca di perairan utara Pulau Jawa, termasuk di utara Jakarta, sedang memburuk setidaknya dalam dua pekan terakhir. Kondisi cuaca hingga akhir pekan ini pun kemungkinan lebih kurang akan sama seperti pekan sebelumnya. Salah satu dampak nyata dari cuaca buruk ini ialah tangkapan nelayan berkurang dan harga ikan menanjak.
Seorang nelayan, Franky (30), mengatakan, cuaca di laut sedang buruk dalam 10 hari terakhir. Mereka biasanya melaut dalam jarak dekat, antara lain ke daerah Ancol dan Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, berangkat pukul 17.00 dan kembali ketika waktu subuh.
”Anginnya tidak menentu, kadang barat kadang timur. Angin kencang sehingga jaring melintir,” ucapnya, di Pelabuhan Perikanan Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa (4/9/2018).
Pada malam sebelumnya, misalnya, ia dan rekan-rekannya sekapal hanya mampu menangkap 2 kilogram ikan kembung. Mereka pun memilih mengonsumsi sendiri ikan itu, tidak menjualnya.
Sebelum cuaca buruk, ujar Franky, dirinya dan rekan-rekannya bisa menjual ikan hingga Rp 1 juta setelah melaut semalam. Dengan hasil itu, ia memperoleh bagian Rp 100.000. ”Ini baru dapat Rp 200.000 setelah 10 hari melaut,” ujarnya.
Mesehur (60), awak Kapal Motor Sumber Jaya, yang biasa mencari ikan hingga perairan utara Indramayu, Jawa Barat, menuturkan hal serupa. Ia merasakan cuaca buruk mulai dari perairan utara Jakarta hingga Indramayu. Arus yang kencang dan gelombang tinggi mempersulit penangkapan ikan. Apalagi, mereka hanya menggunakan kurungan kawat bernama bubu.
Mesehur dan rekan-rekan biasa melaut selama dua pekan. Ketika cuaca mendukung, tangkapan bisa mencapai 0,5-1 ton per satu pelayaran. Jika mendapat 0,5 ton ikan, Mesehur bisa mengantongi uang Rp 500.000. ”Ini kemarin cuma dapat sekuintal (100 kg). Bukannya dapat bagian, malah berutang,” katanya.
Itu lantaran modal sekali berangkat bisa mencapai Rp 13 juta, antara lain untuk membeli 1 ton solar dan 2,5 ton es. Sistemnya, para nelayan tersebut berutang uang modal terlebih dahulu kepada pemilik kapal.
Pasokan ikan pun langka. Seorang pedagang ikan di Pasar Muara Angke, Mursalim (42), mengemukakan, harga ikan naik sekitar dua pekan lalu karena sulitnya mendapatkan ikan. Ia mencontohkan, harga ikan tengiri menjadi Rp 75.000 per kg dari sebelumnya Rp 60.000 per kg, kembung banjar menjadi Rp 35.000 per kg dari Rp 25.000 per kg, dan cumi menjadi Rp 45.000 per kg dari Rp 30.000 per kg.
Menurut Mursalim, kenaikan harga ikan biasa terjadi setiap tahun, sekitar tiga bulan sebelum tahun baru. Setelah itu, harga normal kembali.
Meski demikian, menurut pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), situasi perairan di utara Jakarta saat ini masih kondusif. Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan, ketinggian gelombang di area laut tersebut masih berkisar 0,5 meter-1,25 meter. Jika terdapat dinamika, itu kemungkinan karena transisi dari angin laut ke angin darat atau sebaliknya.