Selain sesama pelaku, peritel konvensional menghadapi persaingan dengan peritel daring. Pemanfaatan teknologi baru diharapkan mendongkrak penjualan.
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah peritel konvensional atau luring bersiasat di tengah ketatnya persaingan seiring tren peningkatan belanja daring. Salah satunya dengan menerapkan kupon belanja digital untuk menggaet lebih banyak pembeli, membeli nilai tambah layanan, dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Pendiri dan CEO Gilkor, perusahaan rintisan teknologi solusi untuk mengelola interaksi dan sistem loyalitas pelanggan, Sinartus Sosrodjojo di Jakarta, Selasa (4/8/2018) menyatakan, peritel konvensional, seperti pengelola pusat perbelanjaan, kini menghadapi ketatnya persaingan antarsesama peritel. Pada saat yang sama mereka juga berhadapan dengan pelaku perdagangan daring (e-dagang).
Kupon belanja digital memperbarui model fisik yang sudah ada sebelumnya. Kupon fisik biasanya berwujud kertas dan berisi nominal tertentu yang dapat dipakai membayar transaksi pembelian. Tujuannya menawarkan daya tarik berbelanja. Namun, kupon fisik sering diterbitkan dan didistribusikan secara terbatas, memiliki masa kadaluarsa, serta mudah dipalsukan.
Agar tak kalah bersaing, peritel konvensional mulai mengembangkan kupon digital. Kupon diterbitkan dan didistribusikan melalui aplikasi bergerak milik peritel.
Pemakaian kupon untuk transaksi jual-beli dapat diintegrasikan dengan sistem pembayaran dan penghitungan poin loyalitas pelanggan. Sistem ini telah diimplementasikan di sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya sejak Mei 2018, antara lain Pantai Indah Kapuk Avenue, Mall of Indonesia, Pacific Place Mall, dan Grand Galaxy Park Bekasi.
"Pemakaian kupon digital lebih terukur. Peritel juga bisa memperoleh dan menganalisa data berukuran besar mengenai perilaku pelanggan sehingga bisa merancang strategi pemasaran baru," ujar dia.
General Manager Finance Accounting Agung Sedayu Retail Indonesia, Layrianis Yenandra, menilai kupon belanja digital memangkas ongkos produksi kupon fisik. Selain itu, otentifikasi kupon semakin mudah. Penghitungan transaksi jual beli pun lebih mudah.
"Sebelumnya, nilai penukaran kupon (fisik) untuk membayar belanjaan mencapai Rp 60-70 juta per bulan. Kini, (lewat kupon digital) kami nilainya telah mencapai sekitar Rp 500 juta per bulan," kata Layrianis.
Dorong ke bursa
Sementara itu, PT Shopee International Indonesia membuka festival perdagangan daring di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan pada Selasa (4/9/2018). Pada kesempatan itu, BEI mengajak Shopee menjadi perusahaan publik dan melantai di BEI.
Pada pembukaan festival, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono W Widodo mengatakan, kegiatan oleh perusahaan e-dagang itu merupakan yang pertama di BEI. Pihaknya mengajak anak perusahaan Sea Limited itu untuk segera masuk ke bursa melalui Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana.
"Shopee memiliki konsumen yang besar di Indonesia. Oleh karena itu, kami berharap masyarakat tidak hanya menjadi konsumer, tetapi juga menjadi pemilik melalui IPO," kata Laksono.
Menurut Laksono, Shopee bisa melakukan IPO dengan dua cara, yaitu Sea Limited yang telah terdaftar di New York Stock Exchange terdaftar dobel di BEI atau anak perusahaan Indonesia yang didaftar di BEI.
Menanggapi penawaran tersebut, Komisaris Shopee International Indonesia Pandu Patria Sjahrir mengatakan, pihaknya akan menimbang ajakan tersebut. Namun, sejauh ini belum dapat mengambil langkah cepat, setidaknya di tahun ini.
"Kami lihat dulu mana yang paling bagus untuk stakeholder yang banyak sekali jumlahnya, baik institusi atau individu yang di dalamnya termasuk karyawan," kata Pandu.
BEI juga akan mengajak penyedia pasar dagang daring lain yang dianggap besar dan sudah banyak dikenal di Indonesia untuk masuk bursa.
Pada kesempatan itu, Shopee menggelar festival belanja daring selama kurun 28 Agustus 2018 hingga 9 September 2018. Perusahaan yang telah empat tahun berdiri ini menawarkan promosi seperti jaminan uang kembali, diskon hingga 99 persen, dan fitur penjulan cepat dengan harga murah.
Di Shopee, pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) dinilai mendominasi penjualan. Dari sekitar 2 juta penjual terdaftar, 80 persennya merupakan UMKM.