ANKARA, RABU Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan khawatir pengungsi Suriah akan semakin membanjiri negaranya. Kekhawatiran itu dipicu rencana serangan besar-besaran oleh Suriah terhadap oposisi dan kelompok teroris di Idlib mulai Selasa (11/9/2018).
”Ada 3,5 juta orang tinggal di sana. Turki sekali lagi akan menjadi tempat pelarian mereka dari bencana,” ujar Erdogan, Rabu (5/9), dalam penerbangan dari Kirgistan ke Turki.
Sebelum ini, Turki sudah menampung hingga 3 juta pengungsi Suriah. Semasa kampanye pemilihan presiden, Erdogan berjanji akan segera memulangkan para pengungsi jika kembali terpilih.
Namun, Turki malah berpeluang didatangi pengungsi baru sebelum pengungsi lama dipulangkan. Suriah, dengan sokongan Iran dan Rusia, menyiapkan serangan serta pengepungan total terhadap Idlib, provinsi Suriah yang berbatasan dengan Turki.
Suriah dan sekutunya bersikeras untuk merebut kendali Provinsi Idlib. Kini provinsi tersebut masih dikendalikan berbagai kelompok milisi oposisi dan teroris.
Idlib adalah kubu pertahanan terakhir pasukan oposisi dan teroris di Suriah. Kelompok terkuat di Idlib adalah Tahrir as-Syam, sayap Al Qaeda di Suriah. Adapun milisi oposisi terdiri dari sejumlah faksi yang datang dari beberapa wilayah Suriah. Kendali atas wilayah-wilayah tersebut sudah direbut oleh pasukan pemerintah dari pasukan oposisi Suriah.
Turki, Rusia, dan Iran pernah menyepakati Idlib sebagai area penurunan ketegangan. Meski demikian, Suriah berkeras mengambil kembali kendali seluruh wilayah itu dari pasukan oposisi dan teroris.
Suriah memberikan tenggat hingga Senin (10/9) untuk mencari solusi atas masalah Idlib. Setelah itu, Suriah berencana melancarkan serangan besar-besaran.
Dalam sebulan terakhir, Suriah terus memperkuat pasukan dan persenjataan di sekitar Idlib. Damaskus menyatakan ingin membebaskan seluruh wilayah negara dari teroris.
Bombardir
Pasukan Suriah secara rutin menembakkan mortir ke sejumlah lokasi yang dinyatakan sebagai markas milisi, oposisi, ataupun teroris di Idlib.
Rusia juga secara rutin menyerangnya dengan jet tempur. Dalam serangan pada Selasa (4/9), sembilan orang dinyatakan tewas. Serangan juga melukai 10 orang. Sasaran pengeboman itu adalah wilayah yang dikuasai Tahrir as-Syam.
Pengeboman ini membuat Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah Staffan de Mistura mendesak Erdogan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Bahkan, Putin dan Erdogan didesak berbicara sebelum mereka bertemu di Teheran, Iran, Jumat (7/9).
Presiden Iran Hassan Rouhani akan menjadi tuan rumah pertemuan.
Rusia dan Turki dinyatakan sebagai kunci penyelesaian masalah Idlib. De Mistura mendesak Ankara dan Moskwa berupaya sekuat tenaga mencegah bencana kemanusiaan di Idlib.
De Mistura mengaku khawatir karena tenggat yang ditetapkan Suriah makin dekat. ”Mari menghindari perang besar di Suriah. Hentikan pertumpahan darah,” ujarnya. (AFP/REUTERS)