Gerakan Literasi Diperkuat dan Jadi Tanggung Jawab Bersama
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
Penyediaan buku bacaan yang berkualitas akan memperkuat gerakan literasi. Tahun depan, buku-buku ini akan diperbanyak lagi.
JAKARTA, KOMPAS – Gerakan literasi di sekolah dan masyarakat terus dikuatkan. Upaya untuk terus menggenjot minat baca juga diiringi dengan penguatan kecakapan literasi untuk mewujudkan masyarakat yang literat.
Penyediaan bahan bacaan nonpelajaran yang berkualitas dan sesuai kebutuhan dapat memperkuat gerakan literasi untuk menumbuhkan minat baca lalu membangun kecakapan literasi. Ini menjadi salah satu fokus utama Badan Bahasa yang menjadi koordinator gerakan literasi nasional (GLN).
"Selama ini yang jadi keluhan masyarakat soal literasi, umumnya bahan bacaan yang kurang. (Penyediaan bahan bacaan nonpelajaran yang berkualitas) di sekolah termasuk potensial karena menyasar sekitar 50 juta siswa," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dadang Sunendar, di Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Menurut Dadang, pengayaan buku-buku bacaan dilakukan Badan Bahasa dengan menggandeng penulis dari Badan Bahasa. Ada pula sayembara penulisan buku. "Buku-buku yang disediakan dinilai oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Meskipun belum mengikuti perjenjengan buku atau book leveling, namun buku disesuaikan dengan tingkatan jenjang sekolah," ujarnya.
Dua tahun terakhir, Badan Bahasa menyediakan 305 judul buku untuk pengayaan bacaan. "Karena anggaran terbatas, pencetakan juga terbatas. Namun untuk tahun depan diperbesar dengan fokus untuk membantu sekolah dan perpustakaan di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Secara daring juga tersedia sehingga bisa diakses masyarakat," kata Dadang.
Saat ini masih dilakukan kajian literasi. Fokusnya pada minat baca anak sekolah dan masyarakat serta kecakapan membaca. "Literasi ini harus jadi gerakan semua, dari sekolah, keluarga, hingga masyarakat agar minat baca dan kecakapan literasi juga kuat," ujar Dadang.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendikan Masyarakat, Kemdikbud, Harris Iskandar, mengatakan literasi abad ke-21 bukan lagi sekadar membaca, menulis, dan menghitung atau calistung. Literasi dasar individu dan masyarakat yang dibangun juga mencakup literasi sains, literasi digital, literasi keuangan, literasi budaya dan kewarganegaraan.
"Memperkuat literasi masyarakat juga bukan hanya mendorong peradaban masyarakat yang berpengetahuan, namun sekarang sudah juga disadari untuk mendukung pembangunan ekonomi bangsa," kata Harris.
Tantangan
Menurut Haris, Indonesia menghadapi tantangan literasi dalam menuntaskan buta aksara. Masih ada sekitar 3,4 juta warga usia 15-59 tahun atau sekitar 2.07 persen dari total penduduk Indonesia yang belum bisa membaca dan menulis. Mereka umumnya berada di daerah terpencil, miskin, dan perempuan.
"Penguatan literasi untuk warga yang belum melek aksara juga dibarengi dengan pemberdayaan ekonomi," kata Haris.
Adapun gerakan literasi di masyarakat yang sudah melek huruf, ada program kampung literasi, desa vokasi, hingga taman bacaan masyarakat (TBM). Bahkan, gerakan literasi ini diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Ketua Umum Forum TBM Firman Venayaksa mengatakan, ada sekitar 8.000 TBM di Indonesia. Umumnya, inisiatif ini lahir dari keprihatian dan kepedulian masyarakat yang ingin memperkuat literasi masyarakat.
"Pemerintah harus memberikan pendampingan, terutama bagi para pegiat literasi. Pendampingan itu bisa berupa fasilitas fisik kelembagaan maupun peningkatan sumber daya manusia," ujar Firman.
Selain itu, ujar Firman, hingga saat ini belum ada regulasi (misalnya dalam bentuk Permendikbud) yang kuat yang diproduksi pemerintah terkait dengan optimalisasi peran TBM. Padahal, TBM punya potensi untuk terus memperkuat literasi masyarakat yang lintas sektoral. Sebab, pegiat di TBM dapat berkolaborasi mulai dari sekolah, perpustakaan, dunia usaha, dan sektor lainnya, dalam upaya mengembangkan kegiatan literasi yang produksltif.