Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian melakukan pertemuan bilateral dengan pimpinan kepolisian dari sejumlah negara untuk membahas potensi kerja sama dalam menghadapi ancaman kejahatan transnasional.
Di era globalisasi yang meniadakan batas-batas antarnegara, peran Kepolisian Negara RI sebagai penjaga keamanan dan penjamin ketertiban umum juga mengalami perkembangan. Polri tidak lagi hanya menangani kejahatan tradisional. Lebih dari itu, Polri juga dituntut berperan aktif membuka komunikasi sebesar-besarnya dengan kepolisian negara lain untuk mengantisipasi berbagai modus operandi kejahatan transnasional.
Pada Konferensi Kepolisian Negara Asia Tenggara (ASEANapol) Ke-38 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 4-5 September, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian menunjukkan pentingnya hubungan bilateral antarkepolisian negara untuk mengatasi berbagai ancaman kriminal lintas negara.
Selama dua hari di Brunei, Tito melakukan pertemuan bilateral dengan tujuh instansi kepolisian. Jumlah itu terbanyak dibandingkan sembilan pemimpin kepolisian Asia Tenggara lainnya.
Pertemuan yang berlangsung rata-rata 30 menit itu membahas berbagai langkah untuk mencegah ancaman kejahatan transnasional, baik yang telah ada di Indonesia maupun yang mulai terjadi di Eropa dan Amerika Serikat.
Berbagai kasus kejahatan yang dominan dibahas adalah terorisme, perdagangan manusia, penipuan siber, dan pencurian uang nasabah bank.
Adapun dua pertemuan awal dilakukan dengan Komisioner Kepolisian Selandia Baru Michael Bush dan Direktur Jenderal Urusan Luar Negeri Agensi Kepolisian Jepang Akihisa Kato, Selasa (4/9/2018). Dalam pertemuan itu, keduanya secara tersurat meminta dukungan Tito untuk pencalonan mereka sebagai Komite Eksekutif Asia di Interpol. Proses pemilihan komite eksekutif itu akan berlangsung di Sidang Umum Interpol Ke-87 di Dubai, Uni Emirat Arab, November mendatang.
Selain itu, Kato secara khusus juga membahas upaya Pemerintah Indonesia untuk rekonsiliasi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara. Tito menuturkan, langkah menyatukan kedua Korea telah dibuktikan pada perhelatan Asian Games 2018. Atas dasar itu, Pemerintah Indonesia, lanjutnya, akan terus menjadi penghubung perbaikan relasi dua negara Asia Timur tersebut.
Tak hanya itu, Kato juga berharap bantuan Polri untuk membantu penanganan terorisme pada Olimpiade 2020. Jepang ingin mendapatkan masukan Polri pascapenyelenggaraan Asian Games 2018 yang nihil gangguan teror.
”Untuk itu, kami akan berbagi informasi dengan mereka dan akan menunjuk tim
yang diperbantukan untuk mencegah teror di Olimpiade 2020. Jepang menganggap Indonesia berhasil menangani ancaman terorisme,” ujar Tito seusai pertemuan.
Dalam pertemuan bilateral itu, ia didampingi oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Saiful Maltha, Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian Irjen Sigid Tri Harjanto, Sekretaris Biro Pusat Nasional Interpol Indonesia Brigadir Jenderal (Pol) Napoleon Bonaparte, dan Wakil Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Brigjen (Pol) Martinus Hukom.
Ancaman kejahatan
Pada hari kedua, sejak pagi hingga setelah penutupan Konferensi ASEANapol, Tito melakukan pertemuan dengan pimpinan EUROpol, Agensi Kriminal Nasional Britania Raya, Kepolisian Timor Leste, Kepolisian Federal Australia, dan Kepolisian Nasional Filipina.
Dalam pertemuan dengan EUROpol, Kepala UEROpol untuk Atase Interpol Global Benoit Godart dan Tito saling berbagi informasi terkait kejahatan pencurian uang menggunakan data elektronik nasabah. Menurut Godart, modus operandi kejahatan itu mengancam Eropa dan Asia. Sementara Tito menambahkan, kasus serupa telah terjadi di Indonesia dengan pelaku warga negara Ukraina.
Lalu, Godart juga membahas kasus pelecehan seksual kepada anak di bawah umur melalui media sosial. Ia menyebutkan bahwa kejahatan itu dominan mengincar anak-anak di Asia Tenggara, terutama Filipina.
Terkait ancaman itu, Tito menyarankan agar EUROpol menginisiasi pertemuan antara pimpinan kepolisian Asia Tenggara untuk membahas secara rinci penanganan kejahatan itu agar tercipta pemahaman antarkepolisian Asia Tenggara.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Wakil Komisioner Kepolisian Federal Australia Neil Gaughan, Tito menjelaskan secara rinci penanganan terorisme pascaperistiwa bom di Surabaya, Mei 2018, termasuk penangkapan ratusan teroris guna mengantisipasi penyelenggaraan agenda internasional, seperti Asian Games dan Sidang Umum IMF.
Kemudian, terkait pertemuannya dengan Kepala Kepolisian Filipina Direktur Jenderal Oscar David Albayalde, Tito mengatakan, hal itu dilakukan karena Albayalde baru saja dilantik sebagai orang nomor
satu di Kepolisian Filipina sehingga ia perlu berkomunikasi personal untuk menumbuhkan kepercayaan satu sama lain.
”Kita anggap memiliki kepentingan, mereka juga memiliki kepentingan dengan kita. Jadi, perlu saling memperkuat kerja sama di antara kedua kepolisian,” ujarnya ketika disinggung tujuan sejumlah pertemuan bilateral itu.