JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM mencoba memberikan cerita-cerita Indonesia pada produknya serta menggunakan bahan-bahan baku dalam negeri. Kreativitas yang dituangkan dalam produk diapresiasi para pembeli di dalam ataupun luar negeri.
Pendiri Indonesian Heritage (Indhe) Bags Ineu Mardiani membuat tas kulit yang dipadukan dengan kain tenun karena terinspirasi para ibu yang menenun di desa-desa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah mengunjungi desa-desa di Kecamatan Maumere, Kabupaten Sabu Raijua, dan Desa Boti di NTT, Ineu tergerak memperkenalkan kain tenun dalam bentuk tas.
”Mereka yang menenun adalah ibu-ibu seperti saya. Pekerjaan mereka menenun, tetapi kain tenunnya hanya dipakai sendiri. Kalau mereka butuh uang, ya dijual tetap dalam bentuk sarung yang tidak ada nilai tambahnya. Akhirnya saya coba bikin produk tas dengan kain tenun mereka sehingga bisa memberi nilai tambah,” kata Ineu, Kamis (6/9/2018).
Saat ini, NTT adalah daerah termiskin ketiga di Indonesia. Dengan membuat tas menggunakan kain tenun buatan mama-mama di NTT, Ineu berharap dapat berkontribusi pada kesejahteraan mereka sembari memopulerkan kain tenun. Orang-orang yang membeli produknya menjadi tahu keunikan dan cerita dari kain tenun NTT.
”Batik kan sudah banyak yang memopulerkan, tapi tenun belum. Kalau saya ikut pameran di dalam ataupun luar negeri, saya berusaha mengatakan kepada pembeli bahwa Indonesia juga bisa menenun. Mama-mama-lah yang membuatnya, dan itu harus kita hargai,” ujar Ineu yang pada 2017 menjadi juara ke-4 The Big Start Indonesia Season 2, kompetisi UMKM yang digelar Blibli.com.
Pada tahun keempat usahanya, Ineu mempekerjakan dua perajin tas kulit dan satu pegawai administratif. Selain menggunakan kain tenun dari NTT sebagai bahan baku, ia juga menggunakan kain serat alam dari pohon kenaf buatan perajin di Pekalongan. Kulit sapi yang digunakannya telah berstandar ISO (international organization for standardization) sehingga warna dan tekstur kulit selalu sama di tiap produk.
Pendiri Monstore, Nicholas Yudha, juga bercerita lewat produk-produknya melalui desain yang dicetak pada kaos dan jaket buatannya. Dalam sebuah pameran produk Indonesia di Amerika Serikat, Nicholas membuat desain kaos bertema Hindia Belanda.
”Dulu kita dijajah sehingga menjadi bangsa yang takut. Lewat desain produk-produk Monstore, saya mau menunjukkan bahwa kita bisa independen dari penjajahan. Jadi, produk Indonesia di luar negeri itu bukan melulu batik, tetapi juga cerita. Pengunjung jadi tertarik karena produk Monstore ada ceritanya,” kata Nicholas.
Nicholas juga mempromosikan desainer Indonesia dengan mendorong mereka mengirimkan karyanya kepada Monstore. Karya-karya seni yang diterima akan dikurasi dan kemudian diterbitkan sebagai produk. Nama desainer akan ditampilkan di produk terkait dan di situs web Monstore, sedangkan karyanya akan dipamerkan dalam pameran tahunan.
Menurut Nicholas, ini merupakan usaha menjaga identitas produknya. Sebab, memulai bisnis lebih mudah daripada mempertahankan eksistensinya seiring tren yang terus berubah. Karena itu, Nicholas berusaha menjaga eksistensi Monstore dengan mempertahankan unsur artistik yang menjadi identitasnya.
Di samping itu, Monstore juga menggunakan kain buatan dalam negeri untuk kaos, jaket, dan produk lainnya. Ini mengizinkan Monstore menentukan beberapa detail kain, seperti ketebalan dan kerapatan benang. ”Kami bisa bilang dengan bangga bahwa produk kami asli Indonesia,” kata Nicholas.
Terbantu
Keberadaan situs belanja daring membantu pemasaran produk-produk UMKM. Indhe Bags dan Monstore sama-sama menjual produknya melalui situs Blibli.com. Ineu merasa masyarakat semakin percaya dan mencintai produk-produk dalam negeri berkat pemasaran secara daring.
”Kendala terbesar adalah perilaku masyarakat yang awalnya kurang percaya pada produk-produk Indonesia. Dengan kerja sama dengan situs dagang seperti Blibli.com, kita bisa meyakinkan bahwa produk Indonesia itu berkualitas,” kata Ineu.
Nicholas juga merasakan dampak yang sama. Monstore telah tiga kali bekerja sama dengan Blibli.com dalam bentuk peluncuran koleksi eksklusif yang hanya dijual di situs belanja daring tersebut.
Pemerintah juga memfasilitasi promosi produk-produk UMKM di luar negeri. Badan Ekonomi Kreatif telah mengirim Monstore untuk mengikuti beberapa pameran di AS, sedangkan Kementerian Koperasi dan UKM bersama beberapa kementerian lainnya membantu Ineu mempromosikan produknya lewat pameran di Jepang.
Sosok presiden dan menteri turut memopulerkan produk-produk UMKM. Presiden Joko Widodo, misalnya, datang ke konser We the Fest dengan memakai kaos produksi Monstore. Kaos tersebut pun langsung diburu pembeli.
Di lain pihak, Manajer Senior Komunikasi Pemasaran dan Hubungan Publik Blibli.com Lani Rahayu mengatakan, UMKM berkontribusi pada 56 persen perekonomian Indonesia, tetapi hanya 3,9 persen yang beraktivitas dalam e-dagang. ”Produk-produk yang dijual melalui e-commerce bisa bersaing dengan merek-merek terkenal di mal,” kata Lani.
Blibli.com berusaha mendorong kemunculan UMKM baru dengan produk-produk yang unik, salah satunya dengan menggelar The Big Start Indonesia Season 3. TBS ke-3 ini akan diikuti kontestan dari Bandung, Denpasar, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Seluruh pendaftar akan diseleksi menjadi 100 besar dan akan dikarantina di Jakarta hingga terpilih 20 finalis.
Pegiat UMKM di Jakarta dapat mendaftarkan diri dalam TBS pada 7-9 September 2018. Peserta dari kelima kota mulai dikarantina pada 24 September mendatang. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)