Gerakan literasi yang berbasis perpustakaan dan taman bacaan terus tumbuh di masyarakat. Saat ini tercatat ada 154.000 perpustakaan, termasuk yang dikelola pemerintah. Namun, bahan bacaan masih perlu ditambah.
JAKARTA, KOMPAS—Gairah dan upaya masyarakat mengembangkan literasi melalui pemberdayaan perpustakaan belum sepenuhnya terdokumentasikan, padahal gerakan literasi kian menjamur di penjuru Nusantara. Para pejuang literasi merupakan kunci tumbuh dan kembangnya semangat membaca dan mengakses informasi di daerah.
”Secara nasional, gerakan literasi menguat. Baik berupa membaca bacaan fisik maupun literasi digital semakin banyak diakses masyarakat,” kata Ketua Perpustakaan Nasional (Perpusnas) M Syarief Bando di sela-sela acara penganugerahan Gemilang Perpusnas 2018 di Jakarta, Kamis (6/9/2018).
Secara nasional, gerakan literasi menguat. Baik berupa membaca bacaan fisik maupun literasi digital semakin banyak diakses masyarakat.
Ia mengungkapkan, gerakan literasi umumnya masih berbasis di perpustakaan dan taman bacaan. Tercatat ada 154.000 perpustakaan di Indonesia. Bentuknya ada yang dikelola negara, sekolah, perguruan tinggi, dan komunitas. Akan tetapi, harus diakui, pemanfaatan dan pengoptimalannya beragam karena belum semua perpustakaan itu memiliki anggaran pengelolaan yang baik, koleksi lengkap, dan pemanfaatan yang luas.
”Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi kita semua karena perpustakaan sejatinya adalah pusat literasi. Perpustakaan adalah jembatan ilmu-ilmu dari masa lalu, kini, dan esok,” ujar Syarief. Karena itu, pada 2019 akan ada dana alokasi khusus untuk pemerintah daerah demi mengembangkan perpustakaan di daerah.
Dari segi bahan bacaan juga masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan data Perpusnas, rasio antara buku dan jumlah penduduk di perkotaan adalah 1:10.000, sedangkan di perdesaan kesenjangannya lebih tinggi, yaitu 1:15.000. ”Kita butuh semakin banyak bahan bacaan yang mencerdaskan masyarakat. Bentuknya bisa buku fisik ataupun digital yang mudah diakses masyarakat,” katanya.
Peran media massa
Syarief mengatakan, literasi merupakan kemampuan seseorang mencari informasi berbasis ilmu pengetahuan dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. Hal ini yang membedakan literasi dari sekadar membaca media sosial ataupun opini pribadi.
Tolok ukurnya adalah akses masyarakat terhadap media massa arus utama, seperti koran, baik berupa koran fisik maupun berbasis internet. Apabila seseorang mengakses media massa arus utama untuk mencari informasi, orang tersebut sudah menunjukkan langkah pertama literasi.
”Literasi meningkat seiring berkembangnya kecerdasan seseorang. Setelah pandai mengakses informasi yang akurat, seorang individu harus mampu memahami makna tersurat dan tersirat dari suatu teks, kemudian ia bisa menciptakan gagasan dan prakarsa baru berbasis teks itu,” kata Syarief.
Ia mencontohkan negara-negara maju yang literasinya sudah pada level menciptakan barang dan jasa dari berbagai hal yang ada di masyarakatnya. Masyarakatnya juga merdeka dengan literasi, dalam arti sudah bisa mandiri berbasis ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harris Iskandar mengatakan, literasi sangat memengaruhi kualitas hidup masyarakat dan kemajuan bangsa. Pendidikan menjadi cara yang menentukan mutu literasi itu.
”Intinya, literasi menjadi kunci kualitas bangsa,” katanya saat membuka acara Hari Aksara Internasional 2018 di Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis malam. Peringatan Hari Aksara Internasional 2018 dilaksanakan pada 6-9 September 2018 di Deli Serdang.
Kemarin, di Jakarta, Perpusnas memberikan apresiasi kepada pegiat literasi, perpustakaan daerah berprestasi, para penulis buku yang dinilai menginspirasi masyarakat, dan para pelestari naskah kuno. Mereka diberi penghargaan Gemilang Perpusnas atas jerih payah mereka mengembangkan literasi.
Perpusnas juga memberikan penghargaan Kinerja Seumur Hidup kepada Guru Besar Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia Sulistyo Basuki. Ia adalah satu-satunya profesor di bidang perpustakaan di Tanah Air.