JAKARTA, KOMPAS- Terkait dengan kemampuan negara pada tahun anggaran 2019, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dan Angkatan Laut akan melakukan penyesuaian pembelian alat utama sistem persenjataan. Dengan demikian, walaupun tetap mengikuti rencana Kebutuhan Pokok Minimum, belanja kebutuhan alutsista menyesuaikan kemampuan negara.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI AD Jenderal Mulyono dan Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji, Kamis (6/9/2018), di sela-sela pembukaan Gebyar Karya Pertiwi dan Military Attache Spouse Culture di Jakarta. Sehari sebelumnya, seusai rapat kerja anggaran 2019 untuk TNI di DPR, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, dari Rp 107 triliun,
Rp 1,5 triliun akan digunakan untuk organisasi baru di wilayah timur, khusus pembangunan sarana dan prasarana, material khusus, serta perlengkapan senjata dan perlengkapan lainnya.
”Kebutuhan perlengkapan untuk organisasi baru yang dimaksud adalah pembangunan gedung, perumahan prajurit, dan dermaga yang belum ada, termasuk gedung Komando Operasi Khusus TNI dan material khusus untuk pasukan khusus,” kata Panglima TNI.
Untuk TNI AL, Siwi mengatakan, program pengadaan kapal selam tetap dilaksanakan di PT PAL (Persero). Tahun ini, menurut rencana, akan diluncurkan kapal selam ketiga hasil kerja sama PT PAL dan Korea Selatan. Kapal selam ketiga ini sebagian besar sudah dibuat di PT PAL. Terkait dengan kebutuhan TNI AL akan 12 kapal selam, sementara tahun ini baru akan ada lima, Siwi mengatakan, untuk seterusnya akan diadakan di PT PAL juga.
Industri nasional
Menurut Siwi, untuk pemenuhan kebutuhan persenjataan secara umum, TNI AL tergantung dari kemampuan anggaran negara. Namun, karena banyak mengandalkan produksi dalam negeri, selain soal anggaran, faktor kemampuan industri dalam negeri serta perusahaan-perusahaan yang ikut tender juga cukup menentukan. ”Kalau kemampuan anggaran tinggi, tentunya bisa cepat,” katanya.
KSAD Mulyono mengatakan, TNI AD juga menyesuaikan dengan kemampuan anggaran pemerintah. Untuk tahun 2019, Mulyono mengatakan, TNI AD berfokus pada melengkapi persenjataan yang sudah dibeli. Tujuannya, agar alat bisa beroperasi dengan maksimal. Selama ini, pembelian tidak selalu lengkap semua alat pendukungnya. Dengan demikian, tahun 2019 ini alat-alat pendukung itu yang akan dilengkapi. ”Tahun ini kita lengkapi, jangan selalu beli baru, tetapi alat-alatnya tidak bisa operasional karena tidak lengkap,” katanya.