KAIRO, KOMPAS Masyarakat internasional terus berusaha mencegah Suriah, Rusia, dan Iran melancarkan serangan militer ke Idlib untuk mencegah terjadi bencana kemanusiaan. Di tengah upaya itu, Rusia dan Turki, seperti diberitakan harian Al Hayat, Kamis (6/9/2018), mengambil jalan kompromi atas isu Idlib.
Langkah selanjutnya adalah menunggu persetujuan final dalam pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Iran Hassan Rouhani di Teheran, Jumat (7/9) ini. Pertemuan tersebut secara khusus membahas masa depan Idlib dan Suriah.
Idlib yang terletak di barat laut Suriah dikenal sebagai basis pertahanan terakhir oposisi bersenjata. Di Idlib diperkirakan ada 100.000 milisi dengan berbagai latar belakang ideologi dari moderat hingga radikal.
Kompromi
Harian Al Hayat, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Turki, mengungkap, perundingan pejabat militer Turki dan Rusia selama lima hari terakhir secara prinsip berhasil mencapai solusi kompromi di Idlib.
Kompromi itu terdiri atas beberapa butir. Pertama, Idlib harus dibersihkan dari teroris, khususnya kelompok Hayat Tahrir al-Sham. Turki diberi wewenang untuk membersihkan kelompok teroris itu. Kedua, penempatan polisi militer Rusia di kota Jisr ash-Shugur di Idlib bagian barat dan beberapa tempat strategis di Hama dan Sahel al-Ghab.
Wilayah-wilayah itu tetap di bawah kontrol milisi oposisi bersenjata dan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad dilarang masuk ke wilayah itu. Ketiga, senjata berat milisi berada di bawah kontrol Turki. Keempat, milisi harus menghentikan serangan atas pangkalan udara Rusia di Khmeimim, Latikia. Kelima, pemerintah Damaskus akan mengontrol urusan sipil di Provinsi Idlib dan milisi oposisi bersenjata tetap mengontrol keamanan dan militer. Keenam, Rusia dan Turki akan membuka serta mengontrol jalan internasional antara kota Murk di Hama bagian utara dan pintu gerbang Al-Salama, pintu gerbang antara Suriah dan Turki di Idlib.
Ketujuh, dibentuk pusat kerja sama intelijen Rusia, Iran, dan Turki untuk menentukan posisi milisi-milisi radikal di Idlib untuk kemudian digempur.
Mengutip sumber militer Turki, Al Hayat mengatakan, dalam pertemuan segitiga nanti, kemungkinan ada perubahan kecil atas kompromi itu. Namun, secara umum, kesepakatan tersebut tidak akan berubah.
Rusia disebut mendukung kesepakatan kompromi itu karena bagi Moskwa, kelompok teroris harus dibasmi dan serangan oposisi atas pangkalan udara militer Khmeimim berhenti. Selain itu, kompromi tersebut memupus tekanan internasional akibat kekhawatiran terjadinya bencana kemanusiaan jika serangan militer besar ke Idlib digelar.
Sumber militer Turki mengungkapkan, jika Rusia dan Suriah berkeras menyerang Idlib, mereka hanya diizinkan melakukannya secara terbatas serta hanya dilakukan di bagian barat dan selatan Idlib, tidak di kota Idlib.
Meski kompromi atas Idlib telah dicapai, Rusia dan Suriah sejak Selasa lalu telah melancarkan serangan terbatas atas Idlib. Pasukan loyalis Presiden Assad, Rabu lalu, menggempur posisi oposisi di beberapa titik di bagian barat dan selatan Provinsi Idlib. Sehari sebelumnya, pesawat tempur Rusia menggempur basis oposisi di Idlib.