Mesin Juga Bisa Menulis Berita
Di tengah tekanan terhadap industri media, kecerdasan buatan mungkin merupakan salah satu solusi. Teknologi ini dapat membantu perusahaan-perusahaan media meningkatkan produktivitas pada saat mereka sedang menghadapi penurunan pendapatan akibat disrupsi digital.
Dalam laporan yang disusun Stefan Hall dari World Economic Forum pada Januari 2018 disebutkan bahwa kantor berita Associated Press (AP) telah memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan. Hasilnya, dari sekitar 300 perusahaan yang dibuatkan laporan kinerjanya (pendapatan, laba, dan sebagainya) oleh AP, jumlah itu meningkat menjadi 4.000 perusahaan setelah AP menggunakan kecerdasan buatan untuk menulis berita.
Pemanfaatan ”mesin cerdas” di bidang jurnalistik tak hanya membantu peningkatan jumlah berita. Teknologi ini juga dapat membantu media menghasilkan berita yang harus segera muncul karena terkait peristiwa alam.
Pada 17 Maret 2014 pagi, Los Angeles Times memunculkan breakingnews di situs mereka mengenai gempa. Isi berita singkat itu ialah:
A shallow magnitude 4.7 earthquake was reported Monday morning five miles from Westwood, California, according to the U.S. Geological Survey. The temblor occurred at 6:25 a.m. Pacific time at a depth of 5.0 miles.
According to the USGS, the epicenter was six miles from Beverly Hills, California, seven miles from Universal City, California, seven miles from Santa Monica, California and 348 miles from Sacramento, California. In the past ten days, there have been no earthquakes magnitude 3.0 and greater centered nearby.
This information comes from the USGS Earthquake Notification Service and this post was created by an algorithm written by the author.
Jika diterjemahkan, berita ini lebih kurang berbunyi:
Gempa dangkal bermagnitudo 4,7 dilaporkan terjadi Senin pagi, lima mil dari Westwood, California, menurut Survei Geologi AS (USGS). Gempa terjadi pada pukul 6:25 pagi waktu Pasifik pada kedalaman 5 mil.
Menurut USGS, pusat gempa adalah enam mil dari Beverly Hills, California, tujuh mil dari Universal City, California, tujuh mil dari Santa Monica, California, dan 348 mil dari Sacramento, California. Dalam sepuluh hari terakhir, tidak ada gempa bumi bermagnitudo 3,0 dan yang lebih besar di dekatnya.
Informasi ini berasal dari Layanan Pemberitahuan Gempa USGS dan unggahan ini dibuat oleh algoritma yang disusun oleh penulis.
Teks dalam bahasa Inggris tidak disusun oleh manusia, tetapi oleh Quakebot, algoritma yang dibuat wartawan dan programerLos Angeles Times, Ken Schwencke. Program secara otomatis mengambil informasi gempa apa pun di atas magnitudo 3 yang dilaporkan Survei Geologi AS, lalu mengubahnya menjadi teks narasi. Program ini juga menambahkan peta dan menetapkannya menjadi berita utama (headline).
Pada pagi itu, Schwencke bangun pukul 06.25 akibat gempa. Dari tempat tidur, dia langsung menuju komputer. Ditemukannya berita singkat tentang gempa yang ditulis sistem dan menunggu perintah lanjutan dari dirinya. Setelah membaca teks berita, Schwencke menekan tombol untuk memublikasikannya. Los Angeles Times tercatat menjadi media pertama yang memberitakan gempa tersebut.
Membantu jurnalis
Saat ini, dalam dunia jurnalistik, kecerdasan buatan atau AI sudah tidak lagi semata-mata untuk menulis berita laporan keuangan korporasi dan breaking news. Raksasa perusahaan media, Reuters, melangkah lebih maju.
Sistem AI dikembangkan oleh Reuters agar dapat membantu wartawan menganalisis data dan menyarankan ide tulisan. Jadi, AI bukan dibangun untuk menggantikan peran wartawan, melainkan untuk menjadi asisten jurnalis agar produk yang dihasilkan media lebih mendalam serta kaya.
Proyek AI itu disebut Lynx Insight dan telah diujicobakan oleh puluhan wartawan sejak pertengahan 2017. Pada tahun ini, Lynx Insight diluncurkan di ruang redaksi Reuters.
Dikutip wired.co.uk, Editor Eksekutif Operasi Editorial, Data, dan Inovasi Reuters Reg Chua mengatakan, proyek itu intinya adalah membagikan pekerjaan, terutama yang berkaitan dengan analisis dan pengolahan data, dari editorial ke mesin.
Menurut Reuters, mesin melakukan beberapa hal dengan sangat baik. Mesin mampu menganalisis dan menyaring data secara cepat dan tanpa lelah. Di sisi lain, manusia pandai mengajukan pertanyaan, menentukan nilai dari berita, dan memahami konteks. Karena itu, Reuters menyebut sedang membangun ruang berita sibernetik (cybernetic newsroom). Hal ini semacam penggabungan dari apa yang terbaik dari mesin dengan apa yang terbaik dari manusia.
Lynx Insight akan membantu redaksi mengidentifikasi tren, anomali, fakta-fakta penting, dan menyarankan berita baru yang harus ditulis wartawan. Platform ini menggunakan data dalam skala masif, dengan algoritma yang diprogram oleh jurnalis Reuters.
Pada tahap pertama, Lynx Insight dioperasikan dengan menjelajahi kekayaan data keuangan Thomson Reuters untuk menemukan hal-hal yang layak diberitakan. Lynx Insight akan menganalisis pola dalam data pasar guna memunculkan informasi awal yang bermanfaat bagi wartawan Reuters sehingga mereka dapat membuat tulisan dengan makna lebih dalam.
Kemajuan AI dalam jurnalisme hanyalah salah satu elemen terobosan dalam teknologi. AI telah semakin baik dalam mengerjakan berbagai tugas. Menurut World Economic Forum, industri AI diperkirakan berkembang dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 50 persen pada 2015-2025 dan akan mencapai nilai 127 miliar dollar AS pada 2025.
”AI disiapkan untuk menjadi pendorong terbesar belanja teknologi dalam 10 tahun mendatang,” ujar Sarbjit Nahal, Direktur Pelaksana Bank of America Merrill Lynch.
Teknologi kecerdasan buatan merupakan perkembangan mutakhir pencapaian manusia yang dimungkinkan muncul setelah ada ledakan data. Sementara ledakan data adalah konsekuensi dari kemajuan teknologi informatika dan komunikasi yang memungkinkan beragam data dalam jumlah masif dikumpulkan: mulai dari lama mobil kita berhenti di persimpangan pada pagi hari hingga jumlah foto yang diambil seorang gadis dalam sehari. Dengan data begitu beragam dan banyak ini, dapat dikembangkan algoritma agar komputer mampu ”belajar”. Artinya, mesin bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang tecermin pada data.
Dengan kemajuan itu, kini sudah tak cukup lagi bagi wartawan jika ia hanya mampu menulis berita yang biasa-biasa. Ada mesin yang siap menggantikannya.
(A Tomy Trinugroho)