Muhammadiyah Ajak Generasi Muda Bertani dengan Efisien
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Regenerasi petani harus didorong mengingat jenis pekerjaan ini seakan ditinggalkan oleh generasi muda. Hal yang dapat dilakukan adalah membuat pekerjaan ini menarik dan memberikan keuntungan bagi generasi muda.
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan tanam raya padi sawah yang digelar oleh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah di Dusun Mergan, Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (10/9/2018).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan, generasi muda itu harus mau bertani. Jangan sampai pekerjaan sebagai petani itu hilang di masa depan mengingat kondisi alam Indonesia yang sangat subur. Hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana meningkatkan efisiensi pertanian agar lebih menghasilkan keuntungan.
”Kita harus kembali menggairahkan pertanian. Generasi baru (anak muda) ini kalau mau jadi petani jangan malu, tetapi harus mengubah cara bertani kita dari orangtua kita (agar lebih efisien),” ujar Haedar, saat memberikan sambutan.
Menurut Haedar, jika pertanian itu benar-benar dioptimalkan, kedaulatan pangan tidak mustahil untuk diwujudkan. Namun, hal itu harus diikuti dengan keberlanjutan, caranya dengan melibatkan anak-anak muda dalam pertanian agar kedaulatan pangan itu bisa terjadi terus menerus.
Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Kecamatan Minggir Sugiman mengakui, saat ini generasi muda yang berkenan untuk menjadi petani itu semakin sedikit. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anak-anak muda terhadap pertanian.
”Kemauan anak-anak muda masih rendah terhadap pertanian itu karena mereka memang belum banyak tahu soal pertanian,” kata Sugiman.
Menurut Sugiman, transfer pengetahuan tentang pertanian terhadap anak muda itu sangat penting. Tujuannya agar ada generasi muda yang masih bertani di masa depan. Hal yang dilakukan olehnya untuk mewujudkan hal tersebut adalah mengajak anak-anak untuk sesekali ikut bertani di sawah.
”Saya coba setiap hari ajak anak saya ke sawah untuk ikut mengolah sawah. Perlu ada wadah agar anak muda diedukasi tentang pertanian. Kalau tidak mereka, siapa lagi yang bisa meneruskan (bertani),” kata Sugiman.
Dalam kegiatan tanam raya itu, anak-anak sekolah ikut dilibatkan. Puluhan anak sekolah dasar tampak sangat antusias ketika diajak untuk ikut menanam padi.
Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Nurul Yamin mengatakan, anak-anak sekolah itu dilibatkan untuk ikut mengenalkan pertanian kepada anak-anak. Hal itu bertujuan agar pekerjaan petani terus ada demi menjamin kedaulatan pangan Indonesia.
”Hadir anak-anak sekolah itu karena mereka merupakan generasi yang akan datang. Ini agar tidak terjadi lost generation petani Indonesia. Gerakan kembali bertani ini menjadi jihad kedaulatan pangan,” kata Nurul Yamin.
Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun, yang turut hadir dalam kegiatan panen raya itu, mengatakan, harus dilakukan upaya regenerasi petani. Bekerja sebagai petani dianggap sebagai pekerjaan yang tidak prestisius sehingga anak-anak muda itu mencoba mencari pekerjaan-pekerjaan lain yang lebih prestisius, seperti menjadi karyawan kantoran.
”Harus dipikirkan langkah untuk memutus hal itu. Mindset harus diubah bahwa menjadi petani itu juga pekerjaan yang prestisius. Ini tidak hanya tanggung jawab stakeholder, tetapi juga kelompok tani agar mampu menjadi contoh bagi warga sekitar, terutama generasi muda,” kata Muslimatun.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman Heru Saptono menyampaikan, pelibatan anak muda dalam hal pertanian terus berusaha digeliatkan. Ia mengungkapkan, agar pertanian menjadi menarik, upaya yang paling penting dilakukan adalah meningkatkan efisiensi pertanian.
”Hal yang bisa menarik anak muda itu adalah keuntungan. Jadi yang harus dilakukan adalah bagaimana membuat pertanian menjadi suatu hal yang menguntungkan bagi mereka,” kata Heru.
Heru menyampaikan, upaya yang dilakukannya adalah membuat sistem manajemen kelompok pertanian. Dalam sistem tersebut, yang berusaha dilakukan tidak hanya membangun sistem dalam kelompok, tetapi bagaimana kelompok tani itu ikut berjejaring, baik dengan kelompok tani maupun pasar, sehingga hasil produksi tani bisa lebih menguntungkan.
Selain itu, ada alat mesin pertanian sebanyak 800 unit yang sudah diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman kepada masyarakat. Heru mengharapkan, anak-anak muda mau memanfaatkan bantuan itu mengingat mesin-mesin tersebut menggunakan teknologi canggih sehingga meningkatkan efisiensi pertanian.