Kapal The Ocean Cleanup Bersihkan Sampah Laut di San Francisco-Hawaii
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
SAN FRANCISCO, SENIN — Kapal yang menarik perangkat pengumpul sampah milik lembaga The Ocean Cleanup bergerak dari San Francisco, California, hingga Hawaii, Amerika Serikat, dalam upaya membersihkan sampah plastik di Samudra Pasifik. Perangkat apung pengumpul sampah plastik sepanjang 600 meter itu ditarik dari San Francisco ke Great Pacific Garbage Patch, gugusan sampah mirip pulau berukuran dua kali ukuran Texas.
Sistem pengumpulan sampah di laut ini dibuat The Ocean Cleanup, organisasi yang didirikan Boyan Slat, inovator berusia 24 tahun dari Belanda. Slat antusias dan memiliki tekad membersihkan sampah plastik di laut ketika dia melakukan scuba diving pada usia 16 tahun di Laut Tengah dan melihat lebih banyak plastik daripada ikan.
”Plastik benar-benar tidak bisa hilang dengan sendirinya, dan sekarang adalah waktu untuk bertindak membersihkan sampah plastik di laut,” kata Slat. Dia menambahkan, para peneliti dan organisasi The Ocean Cleanup menemukan banyak sampah plastik buatan tahun 1960-an dan 1970-an yang terombang-ambing di Great Pacific Garbage Patch.
Sistem pengumpul sampah terapung berbentuk U yang terbuat dari plastik dan dengan tapak kedalaman 3 meter dibuat untuk menarik 1,8 triliun potongan plastik. Peralatan itu tidak mengganggu kehidupan biota laut karena hewan-hewan laut tetap bisa berenang dengan aman di bawah alat pengumpul sampah itu.
Plastik benar-benar tidak bisa hilang dengan sendirinya, dan sekarang waktu untuk bertindak membersihkan sampah plastik di laut.
Dilengkapi dengan lampu tenaga surya, kamera, sensor, dan antena satelit, sistem pembersih/pengumpul sampah itu akan mengomunikasikan posisinya setiap saat sehingga memungkinkan kapal pendukung mengeluarkan plastik-plastik yang dikumpulkan setiap beberapa bulan dan mengangkutnya ke lahan kering tempat sampah plastik itu akan didaur ulang.
Menurut Slat, kapal yang bermuatan jaring ikan, botol plastik, keranjang binatu, dan sampah plastik lainnya yang dikumpulkan sistem pembersih itu diperkirakan kembali ke darat dalam 1 tahun.
Target 5 tahun
Slat mengatakan, dia dan timnya akan memperhatikan dengan saksama apakah sistem pembersih sampah plastik di lautan itu bisa bekerja secara efisien dan tahan terhadap kondisi laut yang keras, termasuk gelombang besar. Slat menambahkan, dia menantikan kapal yang penuh dengan sampah plastik saat kembali ke pelabuhan setahun lagi.
”Kami masih harus membuktikan teknologi ini yang kemudian membuat kami bisa meningkatkan sistemnya lagi,” kata Slat.
The Ocean Cleanup telah mengumpulkan donasi 35 juta dollar AS (Rp 518 miliar) untuk mendanai proyek pengumpulan sampah, termasuk dari Kepala Eksekutif Salesforce.com Marc Benioff dan pendiri PayPal, Peter Thiel. Organisasi itu akan menyebarkan 60 alat pengumpul sampah di Samudra Pasifik hingga tahun 2020.
”Salah satu tujuan kami adalah menghilangkan 50 persen Great Pacific Garbage Patch dalam lima tahun,” kata Slat.
Alat pengumpul sampah yang mengambang bebas diciptakan dengan kemampuan bisa menahan kondisi cuaca yang keras, dan bisa digunakan secara konstan serta tidak mudah rusak. Alat tersebut akan diletakkan di laut selama dua dekade. Selama kurun waktu itu pula, diharapkan bisa mengumpulkan 90 persen sampah di Great Pacific Garbage Patch.
Salah satu tujuan kami adalah menghilangkan 50 persen Great Pacific Garbage Patch dalam lima tahun.
George Leonard, Kepala Ilmuwan Ocean Conservancy, kelompok advokasi lingkungan nirlaba, mengatakan bahwa dia skeptis Slat dapat mencapai tujuan itu. Sebab, bahkan seandainya sampah plastik itu pun dapat dibawa keluar dari laut, akan lebih banyak lagi sampah yang dibuang ke laut setiap tahun.
”Kami di Ocean Conservancy sangat skeptis, tetapi kami berharap upayanya itu berhasil,” kata Leonard.
Pendekatan multicabang
Leonard mengatakan, 9 juta ton (8 juta metrik ton) sampah plastik masuk ke laut setiap tahun. Karena itu, solusi harus mencakup pendekatan multicabang, termasuk menghentikan plastik agar tidak masuk ke lautan, serta memberikan pendidikan kepada warga dunia sehingga memiliki memiliki kesadaran mengurangi konsumsi wadah plastik sekali pakai dan botol-botol plastik.
”Jika Anda tidak menghentikan plastik dibuang ke laut, itu akan menjadi tugas Sisyphean,” kata Leonard, mengutip mitos Yunani tentang tugas yang tidak pernah selesai.
Dia menambahkan, pada 15 September mendatang, sekitar 1 juta relawan di seluruh dunia akan mengumpulkan sampah di pantai dan lautan sebagai bagian dari Ocean Concervancy. Ini merupakan upaya pembersihan tahunan di kawasan pesisir. Relawan tahun lalu mengumpulkan sekitar 10.000 ton plastik di seluruh dunia selama 2 jam.
Mengumpulkan plastik di daratan dan mencegah agar sampah plastik tidak dibuang ke lautan merupakan satu hal penting.
Leonard juga mengemukakan kekhawatiran bahwa kehidupan laut dan satwa liar dapat terjerat jaring sistem pengumpul sampah milik The Ocean Cleanup yang akan menggantung di bawah permukaan. Dia berharap organisasi Slat akan transparan dengan data, dan berbagi informasi dengan publik tentang apa yang terjadi pada penyebaran pertama sistem pengumpul sampah plastik tersebut.
”Dia telah menetapkan tujuan yang sangat besar dan mulia, dan kami tentu berharap itu berhasil, tetapi kami benar-benar tidak tahu hingga sistem pengumpul sampah itu mulai digunakan. Kita harus menunggu dan melihat hasilnya,” kata Leonard.
Sistem pengumpul sampah mengambang ini akan berfungsi seperti ”perahu besar yang berada di laut” dan memiliki layar—bukan jaring—sehingga tidak ada hewan atau kehidupan laut yang terjerat jaringnya. Menurut Slat, sebagai langkah pencegahan ekstra, sebuah kapal yang membawa ahli biologi kelautan yang berpengalaman akan dikerahkan untuk memastikan perangkat pengumpul sampah plastik tersebut tidak membahayakan satwa liar.
”Saya orang pertama yang mengakui bahwa hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Mengumpulkan plastik di daratan dan mencegah agar sampah plastik tidak dibuang ke lautan merupakan satu hal penting. Saya juga berpikir bahwa manusia dapat melakukan lebih dari satu hal sekaligus untuk mengatasi masalah ini,” kata Slat. (AP/AFP)