JAKARTA, KOMPAS — Tahun Baru Hijriah 1440, yang menjadi pengingat hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, hendaknya dimaknai dengan semangat keragaman dan kesatuan antarumat. Terlebih inti hijrah adalah menjaga kedamaian dalam keberagaman.
Umat Islam di Indonesia diajak merayakan Tahun Baru 1440 Hijriah dengan menguatkan ukhuwah atau persaudaraan antarumat. Segala bentuk intoleransi harus dihindari agar Indonesia semakin damai dan beradab.
”Mari jadikan Indonesia seperti Madinah. Sebuah kota yang menjaga pluralitas dan keragaman,” ujar intelektual muda Nadlatul Ulama (NU) sekaligus penulis buku Madinah (2009), Zuhairi Misrawi, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/9/2018).
Zuhairi mengatakan, saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekkah, Nabi Muhammad disambut baik oleh kaum Yahudi dan Kristen di Madinah. Peristiwa itu disebut Zuhairi sebagai puncak keadaban manusia. Budi pekerti manusia yang mampu hidup berdampingan secara damai dalam keragaman.
Untuk itu, kata Zuhairi, segala macam bentuk konflik, penyebaran hoaks yang memecah belah, ujaran kebencian, dan politik suku, agama, dan ras (SARA) di Indonesia harus dihindari. Adapun hakikat dari hijrah adalah menjaga keragaman dan kedamaian antarumat.
”Siapa pun yang menyebarkan hoaks dan menebar ujaran kebencian berarti lupa esensi dari hijrah adalah menjaga keragaman dan kedamaian,” kata Zuhairi.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Lembaga Dakwah PBNU Maman Imanulhaq mengatakan, dalam konteks Indonesia saat ini, tradisi Islam harus dibangun dengan pola berdampingan dengan tradisi lain.
”Prinsip terbaik hijrah adalah mampu bersanding dengan keragaman, tetapi tidak kehilangan nilai-nilai Islam itu sendiri,” kata Maman.
Literasi
Di sisi lain, Maman menilai, saat ini masih banyak orang terjebak dalam dakwah-dakwah yang mengandung kebencian. Oleh sebab itu, hijrah juga harus dimaknai dengan upaya membangun gerakan literasi.
Upaya tersebut dilakukan NU dengan membangun Internet Marketers Nahdlatul Ulama (IMNU), upaya untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan dan kedamaian melalui media sosial.
IMNU bertujuan berperan aktif dalam memerangi paham radikalisme yang tumbuh subur di internet. Upaya itu mewujud dalam bentuk pelatihan dan pemaparan terkait strategi dakwah di media sosial, yang ditujukan kepada kiai, santri, dan nahdliyin (warga NU).
”Hal itu bertujuan agar masyarakat mampu berpikir secara rasional, argumentatif, dan tidak menyebarkan fitnah,” kata Maman. (DIONISIO DAMARA)