JAKARTA, KOMPAS — Pembajakan akun aplikasi layanan pesan makin meresahkan warga. Pembajak menyebar informasi bohong ke nomor telepon seluler yang terhubung dengan pemilik akun sesungguhnya. Penipuan dapat dilakukan melalui modus ini.
Puteri, karyawan swasta di Jakarta Pusat, yang menjadi korban pembajakan merasa tidak nyaman. Pelaku membajak foto profil dan kontak teman-teman korban di aplikasi pesan Whatsapp. ”Foto profil saya, yang terakhir dipakai tiga bulan lalu, dipasang di nomor akun pelaku. Nomor itu kemudian dipakai untuk menghubungi beberapa teman saya,” kata Puteri, Selasa (11/9/2018), kepada Kompas.
Sejumlah teman korban melaporkan, pelaku sempat menghubungi mereka lewat obrolan, bahkan menelepon teman korban. ”Teman saya sadar, itu bukan saya, karena bahasa yang dipakai berbeda dengan gaya saya,” katanya.
Perempuan ini tidak tahu sejak kapan pelaku membajak nomor akun Whatsapp miliknya. Namun, ia resah karena pelaku memiliki kontak teman-temannya. Puteri pun harus aktif menginformasikan pembajakan itu ke semua temannya agar tidak menjadi korban.
Guru Besar Kriminologi Universitas Indonesia Muhammad Mustofa mengatakan, pembajakan nomor akun aplikasi pesan sudah banyak terjadi. Motif utama pelaku diyakini untuk memperoleh keuntungan finansial dengan menebar kabar bohong. ”Antisipasinya, jangan mudah memberikan nomor telepon ke orang yang belum dikenal,” kata Mustofa.
Pembajakan nomor Whatsapp dapat dilakukan dengan mudah melalui situs gratis di internet. Siapa pun bisa mengambil data pengguna hingga memanipulasi obrolan Whatsapp dengan menggunakan nomor telepon akun orang yang akan dibajak.
Sebar kabar bohong
Pada kasus lain, layanan aplikasi pesan juga dipakai untuk menyebar kabar kejahatan bohong. Pelaku diduga sengaja menebar rasa takut penerima pesan. Jayanto, karyawan swasta di Jakarta, baru-baru ini menerima salinan potongan obrolan mengenai kasus penipuan di kawasan Daan Mogot Baru, Kalideres, Jakarta Barat.
Potongan obrolan pada 8 September 2018 itu diperoleh dari grup terbuka di aplikasi pesan. ”Saya tidak kenal siapa yang mengirim,” kata lelaki bertubuh gempal itu. Selasa (11/9/2018), Kompas memverifikasi informasi itu di lokasi yang disebutkan.
Beberapa orang di sekitar lokasi mengaku tidak tahu ada kejadian itu. Munif, juru parkir yang biasa berjaga di sana, tidak pernah melihat kejadian yang disebutkan dalam salinan informasi itu. ”Kalau kejadiannya di depan tempat ini, pasti kami tahu,” kata Munif.
Imam, sekuriti di Pos Komando Keamanan Daan Mogot Baru, mengatakan hal serupa. ”Kami tidak mendapat laporan penipuan. Kalaupun benar ada penangkapan oleh polisi di sini, pasti kami pantau,” kata Imam.
Kepolisian Polsek Kalideres yakin informasi itu bohong. Kepala Polsek Kalideres Komisaris Pius Ponggeng tidak pernah mendengar dan menerima laporan ada kejahatan di sana belakangan ini. (Erika Kurnia)