JAKARTA, KOMPAS—PT Jakarta Propertindo dan Fortum, perusahaan energi bersih Finlandia, akan segera memulai pembangunan Immediate Treatment Facility atau pembangkit listrik tenaga sampah di Sunter, Jakarta Utara. PLTSa ini diperkirakan dapat mengubah 2.200 ton sampah menjadi listrik sebesar 35 megawatt per jam.
Direktur Proyek Immediate Treatment Facility (ITF) PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Aditya Bakti Laksana mengatakan, pembangunan ITF Sunter diusahakan dimulai pada Desember 2018 dengan acara groundbreaking. PT Jakpro dan Fortum telah melakukan studi kelaikan (feasibility study), menyusun desain teknis dasar (front end engineering design), dan akan memulai desain teknis detail (detail engineering design).
“Menurut Pergub (Peraturan Gubernur) DKI Jakarta No. 33/2018, pembangunan akan berlangsung kurang lebih tiga tahun. Akhir tahun 2021 diharapkan ITF Sunter bisa beroperasi,” kata Aditya, Selasa (11/9/2018).
Setiap hari, ITF Sunter akan membakar 2.200 ton sampah dengan suhu 850oC—1000oC. Pembakar (boiler) akan menyalakan api selama 2 detik dengan gas dan solar sebagai bahan bakar, kemudian api akan terus menyala dan membakar 80—90 persen sampah yang ditampung.
Panas yang dihasilkan pembakaran akan memansakan air dan mengubahnya menjadi uap. Tekanan uap akan menggerakkan generator turbin uap untuk membangkitkan tenaga listrik.
Pembakaran tersebutmenghasilkan listrik sebesar 35 MW/jam. Dalam setahun, ITF Sunter diperkirakan dapat menghasilkan tenaga listrik lebih dari 277 GWh dengan mengolah 720.000—750.000 ton sampah.
Sampah yang dapat dibakar di ITF hanya sampah yang memenuhi beberapa kriteria, antara lain dapat terbakar dan ramah lingkungan atau non B3 (bahan berbahaya dan beracun). “Yang bisa dibakar adalah sampah rumah tangga. Plastik dan sampah organik tidak perlu dipilah untuk dibakar,” kata Aditya.
Meski demikian, kualitas sampah di Jakarta tergolong jelek, dengan sampah organik membentuk 52 persen bagian dari keseluruhan. Artinya, kandungan air dalam sampah tergolong tinggi, mencapai 60 persen. Namun, Direktur Teknis Fortum Jaakko Kuusisto yakin itu tidak menjadi kendala.
“Boiler kami berbasis teknologi api besar, didesain untuk membakar sampah dengan karakteristik demikian,” kata Jaakko. Ia menambahkan, ITF Sunter adalah yang pertama dengan kapasitas sedemikian besar di Indonesia, yang sudah umum di negara-negara Eropa.
Pembakaran sampah menghasilkan dua jenis abu, yakni abu bawah dan abu terbang. Abu bawah akan dikelola oleh perusahaan pengolah limbah lainnya, sedangkan abu terbang akan diolah melalui sistem flue gas treatment bersama dengan asap pembakaran.
Sistem ini dilengkapi penyaring khusus untuk mereduksi senyawa-senyawa berbahaya seperti karbon monoksida, nitrogen oksida, dan merkuri sehingga gas pembuangan lebih ramah lingkungan. Penasihat Senior Fortum Juha Christensen mengatakan, sistem flue gas treatment pada ITF merupakan versi yang paling mutakhir.
“Salah satu pengembangan dilakukan pada sistem flue gas treatment. Teknologi yang akan didatangkan ke Sunter adalah yang paling mutakhir,” kata Juha. Kualitas emisi dari ITF Sunter akan disesuaikan dengan standar Uni Eropa menurut EU Directives 2000/76/EC yang jauh lebih ketat dibandingkan standar Indonesia.
ITF Sunter merupakan investasi PLTSa pertama Fortum di Asia. Jaakko mengatakan, saat ini Fortum tengah membangun PLTSa serupa di Lithuania dan Polandia.
Juha menambahkan, Jakarta dipilih menjadi kota metropolitan pertama yang dipilih Fortum karena kebutuhan pengolahan sampah serta pasar yang besar. Alasan lainnya adalah hubungan diplomatik Indonesia-Finlandia yang telah terjalin lama.
Nilai investasi ITF Sunter diperkirakan mencapai 250 juta dolar AS. Dalam tahap pembangunan, Fortum akan memegang 56 persen saham, sementara PT Jakpro memegang 44 persen. Setelah ITF Sunter dioperasikan, PT Jakpro akan beralih menjadi pemilik mayoritas saham PLTSa tersebut.
Aditya memperkirakan ITF Sunter dapat mempekerjakan 93—100 orang teknisi Indonesia untuk mengoperasikan PLTSa tersebut. Mereka akan bekerja di bawah pengawasan 3—5 teknisi dari Fortum. Di samping itu, kebutuhan pemilahan sampah yang dapat terbakar dari sampah lainnya di tempat pembuangan sementara (TPS) seluruh Jakarta diperkirakan dapat membuka lapangan pekerjaan untuk 5.000—7.000 orang.
Masterplan Jakarta
Sampah seberat 2.200 ton yang dapat diolah ITF Sunter dalam sehari baru mencakup 31,4 persen dari total sampah yang dihasilkan Jakarta. Menurut data PT Jakpro, jumlah sampah yang dihasilkan Jakarta setiap hari adalah 7.000 ton dengan tingkat pertumbuhan 500 ton setiap tahun.
Untuk mengatasi sisanya, kata Aditya, rapat pimpinan terbatas PT Jakpro dengan pemerintah DKI Jakarta menyepakati pembangunan tiga proyek ITF lainnya sesuai masterplan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Ketiga ITF tersebut adalah ITF Marunda, Jakarta Utara, ITF Cakung Cilincing, Jakarta Timur, dan dan ITF Duri Kosambi, Jakarta Barat.
“Pak Gubernur Anies Baswedan akan mengeksekusi tiga proyek lainnya secara paralel. Saat ini, PT Jakpro akan membantu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Dinas) untuk melakukan pra-studi melalui pembangunan ITF Sunter,” kata Aditya. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)