JAKARTA, KOMPAS — Santri di masa sekarang mengemban tugas untuk tidak hanya unggul dalam hal keagamaan dan kebangsaan, tetapi juga harus dapat menerjemahkan konsep-konsep yang kaku tersebut ke bahasa yang lebih mudah dipahami generasi muda. Teknologi informasi dan cara-cara pendekatan baru harus dikuasai santri.
Tugas yang diemban seorang santri dari waktu ke waktu tetaplah sama, yakni misi keagamaan dan kebangsaan. Namun, berada di lingkungan yang senantiasa berubah memberikan tantangan yang baru.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas, Rabu (12/9/2018) di Jakarta, mengatakan, di era digital dan di tengah-tengah generasi milenial, santri harus menguasai dunia digital melalui teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi yang baik diperlukan untuk mengenal generasi milenial dan dapat berkomunikasi dengan mereka secara lebih baik.
”Tanpa mengenali dan menggunakan bahasa anak muda zaman sekarang, nilai baik apa pun yang ditawarkan tentu tidak akan bisa diterima,” kata Robikin ketika ditemui seusai konferensi pers Hari Santri 2018 di Kantor PBNU di Senen, Jakarta Pusat.
Tanpa mengenali dan menggunakan bahasa anak muda zaman sekarang, nilai baik apa pun yang ditawarkan tentu tidak akan bisa diterima.
Robikin menyebutkan, pesantren kini tidak hanya mengajarkan ilmu agama. Pesantren-pesantren, lanjutnya, memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna bagi santri-santri apabila terjun di tengah masyarakat, seperti pelajaran teknologi informasi dan sosiologi.
”Setelah bekal-bekal itu cukup, (santri) harus terkoneksi dengan dunia. Iman harus kokoh dan pengetahuan harus luas. Dan, dua-duanya harus dibahasakan dengan bahasa yang dimengerti anak muda,” ujar Robikin.
Hal senada disampaikan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj. Said Aqil mengatakan, santri harus mampu mengimplementasikan dan mengontekstualisasikan ajaran Islam.
”Seandainya santri berkiprah di tengah masyarakat, insya Allah, dapat mampu di bidang agama, sosial, budaya, dan ekonomi. Seperti Kiai Ma’ruf Amin itu mampu diajak diskusi di bidang ekonomi,” ucap Said Aqil.
Kemandirian bangsa
Robikin menuturkan, semangat modern santri akan tecermin dalam peringatan Hari Santri Nasional 2018. Hari Santri Nasional diperingati pada 22 Oktober setiap tahun. Salah satu kegiatan dalam rangkaian acara adalah Santripreneur Awards. Penghargaan ini diberikan kepada wirausaha pilihan yang didirikan oleh santri.
”Dengan (santripreneur), diharapkan ujungnya adalah kemandirian bangsa dan negara,” lanjut Robikin.
Kemandirian bangsa memang menjadi semangat yang dibawa dalam peringatan Hari Santri Nasional 2018. Tajuk ”Dedikasi Santri untuk Indonesia Mandiri” yang dipilih panitia menjadi tema peringatan untuk mengenang pengorbanan para santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ketua panitia yang juga Ketua PBNU Marsudi Syuhud mengatakan, rangkaian acara akan diselenggarakan dalam beberapa hari dan tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa acara yang akan digelar adalah istigasah dan doa, jalan sehat, lomba pidato, dan diskusi antaragama.
Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan, Hari Santri Nasional harus dilihat sebagai pembangkit semangat kebangsaan Indonesia, membela dan memelihara Tanah Air.