Sejumlah Sekolah di Jakarta Kekurangan Ruang Bermain
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selain menerapkan sistem pembelajaran interaktif, juga diperlukan ruang terbuka untuk menciptakan suasana sekolah yang nyaman bagi para siswa. Namun, di Jakarta belum semua sekolah memiliki taman bermain.
”Sekolah merupakan ekosistem pendidikan. Bibit yang baik membutuhkan lahan yang subur, tanpa lahan yang subur, bibit yang baik sulit untuk tumbuh,” kata Anies saat menyampaikan arahan kepada 721 kepala sekolah negeri yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan tingkat dasar hingga menengah di halaman Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Pendidikan di sekolah, kata Anies, menjadi penentu karena siswa menghabiskan waktu yang cukup lama di sekolah. Misalnya, di sekolah dasar, para siswa menghabiskan waktu hampir enam jam di sekolah.
Anies juga meminta para kepala sekolah untuk berlaku sebagai pemimpin yang baik di sekolah masing-masing. Kepala sekolah bukan sekadar sebagai petugas administrasi, melainkan merupakan amanat yang dipercayakan negara untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang baik di sekolah masing-masing agar anak Indonesia tumbuh sebagai anak yang berguna bagi bangsa dan negara.
Lahan terbatas
Pantauan pada pukul 14.00 di Sekolah Menegah Atas Negeri (SMAN) 24 Jakarta, di halaman depan sekolah itu terdapat ruang terbuka dengan luas sekitar 50 meter persegi, tetapi dimanfaatkan sebagai lahan parkir.
Di halaman belakang sekolah terdapat sebuah lapangan basket. Tampak sejumlah siswa sedang mengikuti kegiatan Pramuka di tempat itu. Meski lahan sempit, siswa-siswa itu tampak bersemangat melaksanakan berbagai kegiatan mengikuti arahan pembimbing.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMAN 24 Jakarta Dwiyani mengatakan, pihaknya memiliki berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dimanfaatkan sekitar 500 siswa untuk mengisi waktu luang dan mengembangkan bakat. Pihaknya juga berencana menyediakan sarana olahraga dan tempat baca dengan menata bekas area kantin di tempat itu.
”Kami memang kekurangan ruang. Solusinya kami menata sisa-sisa ruang yang ada untuk dijadikan sudut baca dan menyediakan alat-alat olahraga. Tujuannya untuk menyenangkan anak-anak,” katanya.
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 251 Jakarta Rosnani mengatakan, dalam menciptakan suasana nyaman bagi siswa, ia bersama guru lain menerapkan pembelajaran siswa aktif. Pembelajaran dilakukan dengan memberi kesempatan kepada siswa bekerja sama dalam kelompok dengan aktif bertanya, berdiskusi, serta mempresentasikan hasil diskusi itu di depan siswa lain.
Guru, kata Rosnani, menciptakan suasana nyaman bagi para siswa dengan selalu tersenyum dan tidak cemberut. Para guru juga dituntut membangun interaksi positif agar lebih dekat dengan siswa. Selain itu, di luar kelas, para siswa dapat mengembangkan diri dengan terlibat dalam 12 jenis kegiatan ekstrakurikuler pada Sabtu dan Minggu, seperti pencak silat, futsal, basket, voli, tari, pasukan pengibar bendera pusaka, dan palang merah remaja.
Namun, Rosnani mengakui sekolahnya kekurangan taman dan ruang bermain. Dengan 600 siswa, hanya tersedia satu lapangan yang digunakan untuk berbagai kegiatan. Luas lapangan itu 200 meter persegi. Akibatnya, siswa-siswa harus bergantian memanfaatkan lapangan itu saat bermain.
”Sarana prasarana seperti alat peraga itu sudah lengkap. Toilet yang ada hanya lima. Seharusnya dengan jumlah siswa 600 orang idealnya ada sepuluh toilet. Perpustakaan kami juga kecil,” katanya.
Kepala Subbagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Junaedi mengakui, sekolah-sekolah di Jakarta tidak semua dilengkapi fasilitas bermain karena lahan terbatas. Namun, sebagian besar sekolah di Jakarta memiliki lapangan multifungsi yang dapat dimanfaatkan para siswa.
”Kalau lapangan basket, semua sekolah SMP dan SMA sudah punya,” kata Junaedi. (STEFANUS ATO)