JAKARTA, KOMPAS – Puncak musim panas di Jawa diperkirakan masih akan berlangsung sepanjang bulan September hingga Oktober 2018. Suhu udara cukup panas terpantau terjadi di beberapa tempat. Meski saat ini sudah menurun, tetapi dengan kondisi El Nino yang saat ini masih netral, maka dalam dua bulan ke depan ada peluang suhu udara lebih panas lagi.
Suhu tertinggi terpantau di Makassar dan di Ciputat, Banten dengan suhu maksimum pernah mencapai 37 derajat celcius. Sedangkan di Semarang suhu tertinggi tercatat 36,4 derajat celcius dan di Kemayoran tercatat 35,1 derajat celcius.
Suhu tertinggi terpantau di Makassar dan di Ciputat, Banten dengan suhu maksimum pernah mencapai 37 derajat celcius.
"Suhu tinggi di beberapa lokasi ini lebih karena variasi harian. Indikasinya, saat ini kondisi suhu sudah mulai menurun. Misalnya, di Ciputat kini sudah mencapai 35 derajat celcius. Tingginya suhu di sejumlah daerah ini karena kulminasi gerak semu matahari pada bulan September ini berada dekat ekuator," kata Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, KLimatologi, dan Geofisika (BMKG) Siswanto di Jakarta, Rabu (12/8). .
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kata Siswanto, temperatur maksimum siang hari di bulan September ini tergolong lebih tinggi. Misalnya, di Semarang, suhu maksimum pada bulan September berkisar 33-35 derajat celcius. Namun demikian, pada tahun 1997, 2006, 2009, dan 2015 tercatat suhu maksimal siang hari pernah mencapai lebih dari 36 derajat celcius.
"Dua hari lalu suhu tergolong tinggi sampai ada yang maksimum 37 derajat celcius. Di tahun-tahun lalu pada tahun normal maksimal 35 derajat celcius. Tapi pada umumnya 33-34 derajat celcius," kata dia.
Kebakaran hutan dan lahan di beberapa lokasi di Pulau Jawa disebabkan oleh angin kencang dan cuaca yang panas. Monitoring BMKG terhadap titik panas menggunakan satelit Terra/Aqua menunjukkan tujuh titik panas di Jawa, dengan derajat kepercayaan 81 -100 persen. Aplikasi Geohotspot BMKG yang berbasis satelit Himawari juga mengkonfirmasi adanya titik panas di Kalikajar- Wonosobo dan Tomo-Sumedang.
"Kebakaran hutan juga dilaporkan terjadi di Gunung Sindoro di Jawa Tengah dan Gunung Wilis di Jawa Timur," kata Siswanto .
Berpeluang lebih panas
Menurut Siswanto, suhu tinggi yang terjadi pada tahun lalu terkait dengan kejadian El Nino. "Padahal, sampai saat ini kondisi El Nino masih netral. Baru diprediksi akan menguat di atas +0,5 pada September-Oktober-November, sehingga ada peluang lebih panas lagi," kata dia.
Sampai saat ini kondisi El Nino masih netral. Baru diprediksi akan menguat di atas +0,5 pada September-Oktober-November, sehingga ada peluang lebih panas lagi.
Siswanto menambahkan, selain saat ini di Jawa hingga Nusa Tenggara Timur masih mengalami puncak musim kemarau, suhu tinggi kali ini juga dipengaruhi oleh keberadaan siklon Mangkhut di Samudera Pasifik yang menarik sebagian besar masa udara dari wilayah Indonesia dan mengintesifkan kecepatan aliran angin monsun kering dari benua Australia.
"Sebagai dampaknya udara lebih kering, cuaca cerah sedikit awan, dan suhu panas akibat radiasi langsung matahari di siang hari mnjadi lebih optimum," kata dia.
Selain fenomena cuaca yang bersifat temporer ini, kajian klimatologis yang bersifat jangka panjang juga menunjukkan bahwa kondisi cuaca di Indonesia memiliki kecenderungan mengering. Kajian peneliti BMKG Supari dan tim menunjukkan, sebagian besar wilayah Indonesia cenderung mengering dari tahun ke tahun.
Disebutkan, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan secara signifikan. Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur termasuk yang paling parah mengalami penurunan hujan. Pada tahun 2031- 2051, penurunan total jumlah hujan tahunan diperkirakan mencapai 10 persen, sedangkan dari deret hari kering akan bertambah panjang hingga 20 persen.
Siklon Tropis
Selain suhu panas di Pulau Jawa, saat ini juga cuaca di Indonesia juga dipengaruhi dengan munculnya siklon tropis Mangkhut di peraian sebelah utara Manokwari, Papau Barat. Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) BMKG menyebutkan, siklon tropis ini pada Kamis pagi berada di 13,9 Lintang Utara, 136,2 Bujur Timur atausekitar 1.660 km sebelah utara Kota Manokwari.
Selain suhu panas di Pulau Jawa, saat ini juga cuaca di Indonesia juga dipengaruhi dengan munculnya siklon tropis Mangkhut di peraian sebelah utara Manokwari, Papau Barat.
Siklon tropis ini bergerak ke barat dengan kecepatan 12 knot atau 23 km per jam menjauhi wilayah Indonesia. Sedangkan kecepatan angin maksimum 110 knot atau 205 km/jam. Diprediksi Jumat (13/9) pagi, siklon tropis ini akan berada sekitar 1.780 km sebelah utara Manokwari.
Kepala Bidang Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko menyebutkan, siklon tropis Mangkhut ini lebih berdampak terhadap tingginya gelombang di sejumlah perairan Indonesia. Gelombang laut dengan ketinggian 1,25 - 2,5 meter diperkirakan terkadi di perairan Kepulauan Sangihe, Laut Maluku bagian utara, perairan Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat, perairan utara Biak, Samudra Pasifik utara Papua, perairan barat Pulau Misol, perairan selatan KepulauanKei - Aru, Laut Arafuru bagian tengah dan timur, dan perairan barat Yos Sudarso.
Sedangkan gelombang laut dengan ketinggian 2,5- 4 meter diperkirkaan terjadi di perairan utara Kepulauan Talaud dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua Barat