SURABAYA, KOMPAS — Persatuan Pemerintah Daerah Se-Asia Pasifik, United Cities and Local Governments Asia-Pacific, mendorong pemerintah daerah menggunakan pendekatan budaya dan kearifan lokal dalam membangun kota. Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan partisipasi publik karena bisa menyatukan warga dari beragam golongan.
”Budaya adalah pendekatan bagus karena menyatukan seluruh elemen masyarakat. Pembangunan yang disesuaikan kearifan lokal menciptakan partisipasi warga untuk terlibat menciptakan inovasi demi kota berkelanjutan,” kata Presiden United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG ASPAC) Won Hee-ryong saat Kongres Ke-7 UCLG ASPAC di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/9/2018).
Acara dibuka Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dan dihadiri antara lain Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Soni Sumarsono, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kongres dua tahunan bertema ”Pembangunan Berbasis Inovasi Menuju Kota Berkelanjutan” itu juga diikuti 1.200 perwakilan pemerintah daerah, akademisi, dan organisasi nonpemerintah se-Asia Pasifik.
Won mengatakan, pembangunan kota harus melibatkan masyarakatnya. Sebab, pembangunan tidak sekadar membuat bangunan, tetapi juga terkait penghuninya. Pembangunan akan lebih efektif apabila disesuaikan kearifan lokal masyarakat sekitar sehingga menciptakan kebanggaan terhadap identitas kota yang dihuni.
Won yang juga Gubernur Jeju, Korea Selatan, itu mencontohkan, di daerahnya ada sebuah komite budaya yang mengakselerasi pembangunan di kota itu. Di Provinsi Jeju, masyarakat pernah terbelah menjadi dua kubu yang saling membenci. Kondisi itu menjadi tantangan tersendiri untuk membangun dan menata kota tanpa ada pertentangan.
Perbedaan akhirnya disatukan melalui pendekatan budaya. Pembangunan oleh pemerintah setempat disesuaikan dengan karakter warga. Pemerintah mengedepankan kepentingan bersama demi menciptakan kota yang nyaman untuk dihuni semua kalangan masyarakat.
”Jeju adalah kota yang berkembang tanpa menghilangkan tradisi dan gaya hidup masyarakat. Inovasi kami selalu solid dan mendapat dukungan warga,” kata Won.
Risma mengatakan, kearifan lokal menjadi salah satu kekuatan membangun kota berkelanjutan. Di Surabaya, ia membangun kota dari kampung karena 50 persen wilayahnya perkampungan. Oleh sebab itu, masyarakat perkampungan menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan kota karena partisipasinya cukup tinggi.
”Surabaya menjadi kota metropolitan yang tidak meninggalkan keramahan masyarakat perkampungan. Identitas kampung yang hijau dan asri penuh dengan tanaman tetap asri terawat,” ucapnya.
Selain bisa meningkatkan partisipasi masyarakat, pendekatan budaya dalam pembangunan kota juga bisa menjadi solusi atas keterbatasan anggaran pemerintah daerah. Masyarakat ikut aktif mengisi pembangunan di wilayahnya secara swadaya dan tetap sejalan dengan pemerintah.
”Bagaimanapun, kota itu yang menempati masyarakat. Jadi pembangunan kota harus membuat warga nyaman,” katanya.
Anies menambahkan, arah pembangunan perlu menggunakan pendekatan bottom-up (dari bawah). Masyarakat perlu dihargai dan diberi ruang untuk menentukan pembangunan wilayahnya sendiri.
Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC Bernadia Irawati Tjandradewi mengatakan, pembangunan yang tidak sesuai kearifan lokal berpotensi tidak maksimal. Gedung-gedung dan ruang publik tidak akan dimanfaatkan masyarakat jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakatnya. ”Budaya itu membuat keunikan kota satu dengan lainnya,” ucapnya.
Soni mengatakan, pembangunan menuju kota berkelanjutan harus mengedepankan partisipasi masyarakat. Pemerintah daerah tidak boleh mendiskriminasi satu kelompok masyarakat dan selalu menjaga prinsip demokrasi dan kesetaraan setiap warga negara. ”Filantropis, akademisi, dan masyarakat harus bersatu dengan pemerintah mewujudkan kota yang nyaman,” katanya.
Kandidat presiden
Sementara itu, Jonan mengajak pemerintah daerah bersinergi memecahkan energi yang menjadi salah satu masalah dalam mewujudkan kota berkelanjutan. Pemerintah daerah didorong untuk membangun pembangkit listrik tenaga sampah guna mengatasi permasalahan sampah dan energi listrik dari energi baru terbarukan.
”Saya juga meminta pemda membuat kebijakan yang mendukung kendaraan listrik karena itu bukan urusan masa depan, melainkan harus dilakukan saat ini,” kata Jonan.
Dalam kesempatan yang sama, UCLG ASPAC juga akan melangsungkan pemilihan presiden pada Jumat (14/9/2018). Menurut Won, Risma menjadi kandidat terkuat menggantikan dirinya memimpin organisasi tersebut. Risma merupakan calon tunggal dan mendapatkan dukungan dari beberapa anggota.
”Di bawah kepemimpinan Ibu Risma, Surabaya melakukan hal-hal yang luar biasa berdampak pada perubahan iklim. Saya berharap Ibu Risma juga akan menjadi Presiden UCLG yang luar biasa,” katanya.