CARACAS, RABU Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Rabu (12/9/2018), berangkat menuju Beijing, China, demi mencari kesepakatan untuk meningkatkan ekonomi negaranya sebagai pengekspor minyak yang tengah ambruk. Maduro mengatakan, kunjungannya kali ini sangat diperlukan, sangat tepat, dan sekaligus penuh dengan harapan besar.
”Kami pergi dalam kondisi yang lebih baik setelah mengaktifkan program pemulihan ekonomi, pertumbuhan, dan kemakmuran. Kami akan meningkatkan, memperluas, dan memperdalam hubungan dengan kekuatan dunia yang besar ini,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan televisi di Venezuela.
Perjalanan ke China adalah perjalanan Maduro yang pertama ke luar negeri sejak ia diduga menjadi sasaran ledakan pesawat tanpa awak dalam sebuah parade militer di Caracas, 4 Agustus lalu. Adapun kunjungan terakhirnya ke China dilakukan pada Maret 2017.
Pemerintahan Maduro telah secara besar-besaran mendevaluasi mata uangnya sebagai bagian dari sejumlah langkah guna menghentikan jatuhnya ekonomi negeri itu akibat hiperinflasi. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan tingkat inflasi Venezuela akan mencapai 1 juta persen pada akhir tahun ini.
Kondisi itu ikut menyebabkan ratusan ribu warga negeri tersebut memilih melarikan diri ke luar negeri. Mereka terutama memilih negara-negara Amerika Latin yang berdekatan dengan Venezuela demi mencari kehidupan yang lebih baik.
Di tengah fluktuasi harga minyak, Venezuela dihadapkan pada masalah yang pelik. Merujuk data yang dirilis Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), produksi minyak mentah Venezuela pada Agustus turun sebesar 21.000 barrel per hari secara bulanan menjadi 1,45 juta barrel per hari. Angka ini mewakili tingkat terendah minyak mentah yang diproduksi dalam tiga dekade di Venezuela, tidak termasuk saat dilanda pemogokan pada Desember 2002 hingga Februari 2003.
Pemerintahan Maduro mengaitkan keterpurukan ekonomi negaranya dengan keruntuhan manajemen yang buruk dari raksasa minyak negara, PDVSA. Selain telah terperangkap dalam berbagai kasus korupsi, manajemen perseroan berupaya mengurangi investasi di bidang infrastruktur sebagai akibat dari penurunan pendapatan. Di samping itu, Maduro juga menyalahkan sanksi oleh Washington yang mencegah perusahaan minyak negeri itu untuk melakukan negosiasi utang baru di Amerika Serikat.
Utang baru
China telah meminjamkan uang senilai 50 miliar dollar AS kepada Venezuela dalam satu dekade terakhir. Caracas membayar utang lewat pengiriman minyak. Negara Amerika Latin yang dipimpin sosialis itu kini masih berutang 20 miliar dollar AS kepada Beijing.
Menurut lembaga konsultan Venezuela, Ecoanalitica, lewat kunjungannya kali ini ke Beijing, Maduro diperkirakan dapat membawa pulang pinjaman baru senilai 5 miliar dollar AS. Di samping itu, Maduro bertekad mendapatkan tenor pembayaran utang lebih lama, paling tidak selama enam bulan.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, kedatangan Maduro ke Beijing adalah memenuhi undangan Presiden China Xi Jinping. Ia akan berada di Beijing hingga Sabtu (15/9). ”Baru-baru ini, Presiden Venezuela telah secara aktif mendorong reformasi ekonomi dan telah ada reaksi positif terhadap hal ini dari masyarakat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, kepada wartawan.
Menurut Geng, Venezuela yang terus berkembang adalah kepentingan semua orang. China memiliki keyakinan bahwa rakyat Venezuela dan pemerintahnya akan dapat menangani urusan domestiknya sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
”Kunjungan Presiden Maduro ini bermanfaat bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan rasa saling percaya, mendorong kerja sama, memperluas hubungan kedua negara, dan sekaligus mempromosikan pembangunan Venezuela,” kata Geng.
Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodriguez, yang telah lebih dulu berkunjung ke Beijing awal pekan ini, telah bertemu dengan Wakil Presiden China Wang Qishan dan petinggi Bank Pembangunan China. Inisiasi bentuk kerja sama hingga program utang antara China dan Venezuela diduga turut dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan itu.
Rodriguez juga dilaporkan telah bertemu dengan Zhang Jianhua, presiden perusahaan energi China, CNPC. Dalam situs resminya, manajemen CNPC mengatakan, Zhang menyampaikan kepada Rodriguez bahwa ia berharap kedua belah pihak bekerja lebih keras memperdalam kerja sama di sektor minyak dan gas. Rodriguez turut didampingi petinggi sejumlah PDVSA.
Rodriguez dilaporkan telah menyatakan harapannya agar CNPC dapat membantu Venezuela meningkatkan hasil kinerja perseroan. (AFP/REUTERS/BEN)